Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa kepala desa?
Setelah sarapan selesai, Candra pun mengajak Kirana untuk berjalan-jalan keliling desa.
Candra dan Kirana berjalan berduaan melewati permukiman desa. Yang membuat semua penduduk yang ada di sana terlihat terkejut melihat Candra berjalan bersama seorang gadis yang sangat cantik.
"Nak Candra!" panggil seorang pria tua yang membuat Candra serta Kirana langsung menoleh. Candra langsung menyunggingkan senyumannya ketika tahu siapa pria tua yang baru saja memanggilnya itu.
"Pakde Sutrino," seru Candra. Pakde Sutrino segera mendekati Candra dan Kirana.
"Kamu ingin ke mana, Nak?" tanya Pakde Sutrino.
"Jalan-jalan keliling Desa, Pakde," jawab Candra.
"Lalu, siapa gadis ini, Nak?" tanya pria tua itu lagi seraya menatap Kirana yang masih setia berdiri di samping Candra.
"Ini tamu dari kota, Pakde. Ibu menyuruh saya membawanya jalan-jalan keliling desa," jawab Candra. "Kirana, ini Pakde Sutrino. Seorang yang berpengaruh di Desa ini," ucap Candra mengenalkan Pakde Sutrino pada Kirana.
Kirana pun menganggukan kepalanya dengan canggung. "A--Aku Kirana," ucap Kirana sedikit gugup seraya mengulurkan salah satu tangannya untuk salaman dengan Pakde Sutrino.
"Saya Sutrino, kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Pakde, Nak Kirana," ujar Pakde Sutrino, kemudian membalas uluran tangan Kirana.
"Iya, Pakde ...."
"Kalau begitu saya duluan ya, Pakde. Perjalanan kami masih sangat panjang," ujar Candra yang segera dibalas anggukan kepala oleh Pakde Sutrino.
Candra dan Kirana pun lanjut jalan. Tatapan para penduduk masih tertuju pada mereka. Para penduduk masih merasa penasaran siapa yang sedang jalan bersama Candra itu. Namun mereka semua enggan untuk bertanya karena malu.
"Tadi itu siapa?" tanya Kirana.
"Pakde Sutrino?" tanya Candra yang segera dibalas anggukan kepala oleh Kirana.
"Dia Pakde Sutrino. Mantan kepala desa di sini," jawab Candra memfokuskan pandangannya ke arah depan.
"Mantan kepala desa? Lalu siapa kepala Desa saat ini?" tanya Kirana penasaran.
"Kenapa kau kepo sekali dengan siapa kepala desa saat ini?" tanya Candra yang kini berahlih menatap si gadis kota itu.
"Aku hanya bertanya. Emang tidak boleh?!" sungut Kirana yang mulai sedikit akrab dengan Candra.
"Kepala desa di desa ini adalah seorang pria yang sangat tampan dan bijak sana. Banyak yang suka padanya, makanya ia menjadi kepala desa saat ini. Kau tahu, beliau menjabat dari usia 20 tahun hingga sekarang sudah berusia 30 tahun!" jelas Candra yang membuat kedua mata Kirana langsung melotot dengan sempurna ketika mendengarnya.
"Jadi sudah 10 tahun dong dia menjabat sebagai kepala desa? Wah, dia pasti sangat hebat kan? Di usianya yang ke 20 tahun sudah bisa menjabat sebagai kepala desa. Umur segitu kan masih muda banget," timpal Kirana.
"Tentu saja!" ucap Candra seraya menganggukan kepalanya dengan perasaan yang bangga.
"Lalu, di mana kepala desa itu sekarang?" tanya Kirana lagi.
"Dari tadi kau terus bertanya tentang kepala desa itu. Kenapa kau begitu penaran dengan kepala desa itu?" tanya Candra dengan kening yang mengkerut.
"Entahlah. Tiba-tiba aku penasaran dengan wajahmya. Kau bilang dia itu sangat tampan dan bijaksana," sungut Kirana.
"Ya, kau benar. Ketampanan yang dimiliki kepala desa itu memang tidak main-main." Candra tersenyum penuh arti, seolah ia sedang menyembunyikan sesuatu dari Kirana.
"Ayo ajak aku pergi melihat kepala desa itu. Aku sangat penasaran, Candra."
"Bagaimana aku bisa mengajakmu melihatnya kalau kepala desa itu sedang berdiri di sampingmu?"
"Maksudnya?" Kirana mengerutkan keningnya, ia tak mengerti dengan ucapan Candra saat ini.
"Sebenarnya kepala desa itu, aku sendiri," jawab Candra seraya terkekeh yang membuat kedua mata Kirana langsung melotot dengan sempurna.
"Jadi kamu kepala desanya?" tanya Kirana tidak menyangka. Candra pun hanya bisa menganggukan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan Kirana itu.
"Bagaimana? Aku benarkan? Kalau kepala desa itu sangat tampan dan bijaksana?" timpal Candra seraya terkekeh yang membuat emosi Kirana meluap.
"Kampret! Kalau tahu jika kepala desa itu kamu, aku tidak akan penasaran sama sekali! Tampan dan bijaksana apanya! Ngeselin yang ada!"
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.