Karena ditinggalkan oleh kekasihnya dalam keadaan hamil, Felinova terpaksa setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya untuk menutupi aib keluarga.
Faisal Ramadhan, lelaki pekerja keras yang hidup sebatang kara dan pernah diasuh oleh keluarga Handoko pada akhirnya menikah dengan putri tunggal keluarga konglomerat itu sebagai bentuk balas budinya.
Kehidupan pernikahan yang dingin dan tanpa cinta membuat Feli tersiksa, terlebih setelah ia diasingkan di desa kecil bersama suaminya yang lebih tua 15 tahun darinya.
Sanggupkah Feli bertahan dan jatuh hati pada ketulusan Faisal? Atau pernikahan itu akan usai setelah si bayi lahir seperti kesepakatan di awal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Morning Sickness
Karena kondisi Feli masih lemah, ia baru boleh pulang dari Polindes keesokan harinya. Faisal menemani istri kecilnya itu dan tak nyenyak tidur semalaman karena Feli selalu mengeluh digigit nyamuk. Alhasil Faisal bolak-balik bangun untuk mengipasi Feli agar tak dikerubuti nyamuk.
Esok paginya, Zul menjemput mereka untuk pulang. Meskipun jarak polindes dan rumahnya tak begitu jauh namun Faisal tak ingin Feli kelelahan. Sarah sudah menyarankan Feli agar jangan terlalu banyak pikiran dan kurangi aktifitas berlebihan agar kandungannya aman.
Tiba di rumah, Bik Sum yang sudah membuatkan bubur untuk Nona Mudanya langsung menyajikan sarapan itu.
"Tuan Faisal nggak sarapan?" tanya Bik Sum saat Faisal hanya berdiri mematung di sebelah Feli yang tengah melahap buburnya.
"Aku mau mandi dulu, Bik. Nanti saja." Faisal berbalik dan beringsut pergi. Ia harus segera berangkat karena hari ini adalah waktunya semua pekerjanya untuk gajian.
Feli membiarkan Faisal pergi. Seluruh badannya masih lemas, kepalanya terasa berat. Ia masih teringat jelas kejadian kemarin sesaat sebelum dirinya pingsan.
Waktu itu, Feli baru saja melambaikan tangan pada Maminya yang berpamitan pulang. Ia iseng mengecek sinyal di ponselnya, dan betapa bahagianya Feli saat melihat dua strip sinyal muncul secara tiba-tiba. Dengan gesit, tangannya mulai membuka aplikasi chat. Ia hendak mengecek waktu online terakhir Jonas. Tapi alangkah kecewanya Feli saat melihat pesan-pesannya yang terdahulu belum juga terbaca, bahkan masih centang 1.
[Jonas, where r you!]
[Jonas, I'm pregnant! Kamu di mana? Angkat telefonku!]
[Di mana kamu, brengsek! Tanggung jawablah dengan perbuatanmu!]
[ Jonas, I Hate You! Aku bersumpah akan mengulitimu hidup-hidup.]
[Jonas, I Miss You. Please, comeback. I'm dying]
[Jonas, kalo kamu masih nggak jawab pesanku dan nggak angkat telefonku, aku akan gugurkan bayi ini, aku bersumpah!]
[ Jonas, Please! Angkat telefonku!]
[Jonas, orang tuaku tau tentang kehamilanku. Aku harus bagaimana? Kamu di mana, Baby?]
[ Jonas, besok aku menikah! Tolong selamatkan aku.]
[Baby, where are you! Aku kangen sama kamu. Tolong aku, Baby. Aku nggak mau menikah sama Kakakku sendiri!]
[Ini terakhir kali aku menghubungimu. Di manapun kamu saat ini, semoga kamu bahagia. Aku sudah sah jadi istri orang sekarang.]
Air mata Feli menetes saat membaca pesan-pesan itu. Hatinya sakit, ditinggal dalam keadaan hamil seperti ini membuatnya merasa sangat terluka dan terhina. Ia kemudian menulis sebuah pesan, mungkin pesan yang terakhir kali untuk Jonas.
[Di manapun kamu, jemputlah aku dan anakmu.]
Dan kemudian semuanya gelap. Feli pingsan.
"Fel ..."
Feli tersentak. Faisal sudah duduk di sebelahnya dengan wajah bingung.
"Aku berangkat. Jangan lupa obatnya diminum," lanjut Faisal sembari menyodorkan obat yang diberi oleh Bidan tadi.
Feli mengangguk, ia menyeka sudut matanya yang basah. Tak ingin berlarut-larut sedih, Feli bangkit dan memutuskan untuk mandi.
Melihat tingkah Feli yang aneh, Faisal mulai bertanya-tanya. Tapi karena waktu semakin beranjak siang, ia pun memutuskan akan menanyakan hal itu nanti saja sepulang kerja. Masih banyak hal lebih penting yang harus Faisal tangani.
Di kamar mandi, rasa mual yang tiba-tiba datang membuat Feli memuntahkan lagi semua makanan yang sudah ia telan.
"Saat sudah mulai masuk usia kandungan 7 minggu, biasanya akan muncul mual muntah."
Feli teringat lagi pada perkataan Bidan yang semalam merawatnya. Mungkinkah ia mulai mengalami morning sickness? Tidak bisakah proses ini di skip?
Mengingat ia akan menjalani tahap morning sickness ini sendirian membuat air mata Feli mulai menetes. Rasa rindunya pada Jonas semakin menjadi-jadi. Faisal yang selalu sibuk bekerja mana mungkin mau peduli dengan kehamilannya! Terlebih Feli tidak sedang mengandung anaknya! Sangat mustahil Faisal akan perhatian dan rela menemani proses morning sickness yang memilukan ini.
Usai mengeluarkan semua isi perutnya, Feli bergegas mandi dan istirahat. Semalaman tidur di polindes sangat menyiksanya!
Entah sudah berapa jam Feli tertidur, suara berisik di luar kamar membuatnya membuka mata. Ia mencoba menajamkan pendengarannya, suara Bik Sum seperti sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Karena tak kunjung bisa mengingat suara siapa yang sedang berada di luar, akhirnya Feli memutuskan untuk turun dari ranjang.
Cklik.
Feli membuka pintu kamarnya dengan lebar. Bik Sum yang tengah berdiri di depan pintu kamar sontak menoleh takut, seorang lelaki yang tadi mengobrol dengannya ternyata adalah Zul. Lelaki yang merupakan karyawan Faisal itu beringsut mendekat ke tempat Feli dan berdiri di depannya.
"Hai, Kakak. Aku kemari untu--"
"Whoeek!"
Pyass.
...****************...
wahh sumpah y kak ical jd knytaan mlh lgsung nikah y jg ma kak ical bkn dgn yg mirip sma dia🤣🤣🤣
ku fkir jonas mw bicara klo dia ga akn bw feli k amerika degh krn dia jg ga tega misahin feli n love dr haikal