Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
"Guk guk guk guk guk guk guk" anjing hitam pekat itu terus menyalak keras, hingga para sipir pun mendengar nya.
Tapi sipir-sipir yang mendengar nya tidak terlalu memperdulikan nya. Mereka malas menghampiri nya, karena anjing-anjing yang ada di komplek penjara tersebut sering sekali menyalak tanpa sebab. Berulang kali sipir penjara menghampiri anjing-anjing nya yang menyalak, tapi setelah di hampiri, tidak ada seorang pun.
Hingga para sipir berfikiran, bahwa anjing-anjing rottweiler nya menggonggong karena melihat hantu. Karena sipir-sipir tersebut sudah bertahun-tahun menjaga penjara itu, mereka tahu betul bahwa penjara yang mereka jaga adalah penjara angker.Jadi para sipir tidak terlalu memperdulikan suara anjing penjaga nya yang dari tadi menyalak keras.
"Bang, mari kita tengok kenapa itu anjing?" ajak seorang sipir menghampiri kawan nya, yang sama-sama sedang berpatroli di atas tembok benteng penjara sambil berbagi rokok, tangan kanan nya menyodorkan bungkus rokok marlboro yang masih berisi separuh
"Halah, pasti seperti malam-malam kemarin. Di tengok tak ada apa-apa pula" jawab teman nya dengan ekspresi wajah menyepelekan suara anjing yang menggonggong tersebut, sambil tangan kanan nya menyambut tawaran rokok dari kawan nya itu.
"Iya juga sih" jawab teman nya setuju dengan alasan nya tersebut.
Mereka sejenak asik menghisap tembakau rokok itu, hingga masing-masing melanjutkan tugas nya lagi berpatroli di atas tembok benteng penjara.
...☠️💀☠️...
Sementara di saluran air, di bawah komplek gedung penjara itu, Prapto sedang berjuang keras melarikan diri. Sedangkan teman-teman nya yang masih di dalam sel penjara, menunggu giliran di panen habis organ tubuh nya yang bernilai, yang kemudian akan berakhir di penggal atau di mutilasi oleh sipir-sipir kejam dan bengis.
"Hah hah hah hah hah hah" Prapto terus berlari masuk lebih dalam ke lorong saluran air itu. Sesekali kepala nya menengok ke belakang untuk memastikan anjing itu tidak mengejar nya.
"Guk guk guk guk guk guk.." gonggongan anjing di depan lubang ventilasi masih terdengar di kedua telinga nya yang semakin lama semakin lirih, karena dia semakin masuk ke dalam lorong yang panjang itu dan semakin menjauh dari anjing itu.
Pyak pyak pyak
Suara telapak kakinya beradu dengan genangan air di lorong saluran pembuangan. Perlahan langkah kakinya melambat, sembari mengatur ritme nafas nya.
"Hah hah hah hah hah hah"
Ia mencoba menstabilkan ritme nafas nya, berhenti sejenak di lorong itu dengan posisi rukuk dan sesekali kepala nya menghadap lurus ke depan yang sepanjang lorong tersebut gelap gulita.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..!!" Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara orang menjerit kesakitan.
Suara nya menggema jelas di dalam lorong itu. Spontan Prapto kaget, ia mematung sejenak dengan posisi masih rukuk, tetapi kepala nya menghadap ke depan dengan ekspresi wajah serius dan takut. Perlahan ia mulai bisa memelankan nafas nya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa...." Jeritan histeris orang kesakitan itu terdengar lagi
"Aaaaaaaaaaaa....." Suara kepedihan itu seperti nya akan terus berlanjut selama ruh nya masih menempel di raga nya.
Dengan wajah serius dan tegang, sepasang telinga Prapto mencoba melacak asal sumber suara itu. Perlahan ia mulai berjalan ke depan mengikuti sumber gelombang suara tersebut.
Pyak,,,pyak,,,pyak,,,pyak,,,pyak,,,
Ia sengaja memelankan langkah kakinya, supaya suara menggema telapak kakinya yang beradu dengan genangan air tidak mengganggu pendengaran nya yang sedang fokus melacak suara jeritan kesakitan.
