Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#11
Celine mencari kesibukan setelah Aunty Anna membawa Eve ke rumah sakit. Ada terbersit kekuatiran di dalam diri Celine saat melihat Eve, apalagi wanita itu tampak terlihat kesakitan.
Ia mengerjakan pekerjaan seperti biasa hingga akhirnya ia mendengar suara mobil memasuki halaman Kediaman Keluarga Alban.
“Arghhh!!!” Celine sangat kaget ketika Rhys tiba-tiba saja menarik pergelangan tangannya.
“Tidak usah berteriak!!”
Celine mengatupkan bibirnya. Ia tidak tahu mengapa dirinya begitu mudah mengikuti setiap perintah Rhys. Kini Rhys terus menarik tangannya, bahkan genggaman Rhys semakin lama semakin erat.
Celine meringis menahan sakit. Rhys membuka pintu kamar tidurnya lalu menghempaskan Celine begitu saja ke lantai.
“Arghhh!!!”
Rhys berjongkok dan mencengkeram dagu Celine.
“Sa-sakit, Kak,” kata Celine dengan lirih.
“Sakit? Sakit, hah?! Mengapa kamu tidak memikirkan orang lain sakit atau tidak saat kamu mendorong? Saat ini anak dalam kandungan Eve sedang kritis. Apa itu yang kamu inginkan, hah?!”
Mata Celine mulai memerah. Tuduhan yang dialamatkan Rhys padanya seakan tak bisa diganggu gugat. Celine sangat yakin jika ia membela diri, Rhys pun tak akan mempercayainya.
Rhys berjalan mendekati sebuah lemari setelah sebelumnya ia mengambil sebuah kunci di dalam laci nakas. Di dalam lemari, terlihat beberapa botol minuman beralkohol. Rhys mengambil salah satunya dan membuka tutupnya. Ia meminumnya dan dengan cepat ia menjadi mabuk, namun kali ini ia masih sadar.
Rhys menarik lengan atas Celine hingga membuat wanita itu setengah berdiri. Ia langsung menghempaskan Celine ke atas tempat tidur. Ia kembali mencengkeram dagu Celine, membuat Celine kembali meringis.
“Kamu ingin membuat anakku mati, hah?! Jika itu terjadi, maka kamu yang harus menggantikannya,” kata Rhys yang mulai dikuasai oleh alkohol.
Settt
Dengan cepat Rhys merobek pakaian yang dikenakan oleh Celine, membuat Celine berteriak. Ia berusaha melepaskan diri dari Rhys, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melakukannya.
“Lepaskan aku! Aku mohon … aku tidak melakukan apapun. Aku tidak mendorongnya,” kata Celine kini berusaha membela diri.
“Kamu kira aku percaya?” Rhys mengambil kedua tangan Celine dan mengangkatnya ke atas kepala. Kini di hadapannya terpampang dengan jelas kedua aset kembar milik Celine. Ia tak menyangka milik Celine begitu pas di genggamannya, karena biasanya tersembunyi di balik pakaiannya.
Rhys membuka kedua kaki Celine dan menahannya dengan kakinya, setelah sebelumnya ia membuka celananya sendiri.
“Tidak! Tolong! Aku mohon … jangan lakukan itu,” pinta Celine.
“Bukankah kamu istriku? Jadi aku berhak melakukannya!” tanpa peduli dengan Celine yang terus memohon, Rhys langsung memasukkan miliknya yang sudah berdiri tegak layaknya tiang bendera. Ia tak peduli dengan rasa sakit yang dirasakan oleh Celine. Ia terus memaksa miliknya untuk masuk.
“Mengapa sulit sekali,” gumam Rhys. Saat melakukannya dengan Eve, ia memang tidak sadar karena ia dalam keadaan mabuk berat.
Ketika miliknya telah masuk dengan sempurna, Rhys merasakan sesuatu yang berbeda. Hangat, sempit, dan menjepit. Tanpa banyak bicara ia mulai menghentakkan pinggulnya maju mundur.
Celine masih merasakan sakit akibat milik Rhys yang masuk dengan cara memaksa dengan kasar. Tak ada dessahan keluar dari bibir Celine karena ia menutup rapat mulutnya. Yang ia rasakan saat ini adalah sakit di hatinya. Mungkin jika Rhys meminta hak-nya dengan lembut, ia dengan sukarela akan memberikannya, tapi … kini ia seakan telah diperkossa oleh suaminya sendiri.
Kenikmatan yang dirasakan oleh Rhys, membuatnya sampai ke puncak dan melepaskan benih-benihnya ke rahim Celine. Setelah selesai melakukannya, Rhys berbaring di sebelah Celine dan terlelap.
Celine yang melihat itu hanya bisa menangis tanpa suara. Ia bangkit dan mengambil pakaiannya yang sudah tidak layak untuk dipakai karena Rhys merobeknya dengan kasar. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi dan mencari bathrobe yang bisa ia gunakan.
Ia membuka pintu kamar tidur Rhys. Untung saja suasana di rumah tersebut sepi, ia bisa melangkah menuju kamar tidurnya tanpa dilihat oleh siapapun. Celine berjalan dengan tertatih akibat rasa sakit di bagian inti miliknya. Ia masuk ke dalam kamar tidur dan mengambil pakaian ganti, lalu segera masuk ke dalam kamar mandi.
“Ahhh …,” Celine meringis saat inti miliknya terkena air. Rasa perih seketika menjalar. Ia membersihkan tubuhnya sambil sesekali menangis.
“Kamu jahat, Kak. Apa salahku sebenarnya?” gumam Celine.
Ia segera kembali ke kamar tidurnya dan menyelimuti dirinya hingga kepala. Rasanya ia ingin bersembunyi biar tak ada seorang pun yang bisa menemukannya lagi.
**
Rhys terbangun. Ia mengerjapkan matanya. Ia menyadari tubuhnya polos dan bahkan ia masih ingat dengan jelas apa yang ia lakukan semalam. Ia memejamkan matanya dan masih begitu jelas dalam kepalanya, bentuk tubuh Celine dan setiap lekukannya. Rasa nikmat yang diberikan seakan membuatnya menginginkannya lagi. Ia mulai merasa candu.
“Tidak!” kata Rhys menggelengkan kepalanya. Ia ingin menghilangkan semua tentang Celine dari kepalanya.
Ia pun segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Ia akan kembali ke rumah sakit untuk memeriksa bagaimana keadaan Eve.
Kali ini, Rhys menggunakan supir untuk mengemudikan mobilnya. Ia masih merasa sedikit letih dengan apa yang ia lakukan semalam. Ia merasa berbeda saat berhubungan dengan Eve karena ia tak merasa lelah sama sekali dan hanya pusing yang ia rasakan.
Rhys masuk ke dalam kamar rawat Eve. Di sana terlihat Aunty Anna yang sedang berbaring di atas sofa dan masih memejamkan mata.
Ia mendekati Eve dan memegang tangannya, “Eve, honey.”
Eve yang memang sudah terbangun pun kini membuka matanya. Rhys langsung menekan tombol untuk memanggil dokter. Ia ingin Eve langsung diperiksa.
“Keduanya sudah melewati masa-masa kritis. Namun untuk sementara Nyonya harus lebih banyak beristirahat, dan jangan lupa untuk tetap meminum vitamin penguat yang saya berikan,” pesan sang dokter.
“Kapan saya bisa pulang, Dok?” tanya Eve.
“Besok anda sudah boleh pulang. Nanti malam saya akan melakukan pemeriksaan lagi.”
“Terima kasih, Dok,” kata Rhys.
“Kamu sudah tidak apa-apa, besok kita pulang,” kata Rhys menenangkan.
“Hmm …, tapi aku tidak ingin lagi melihat wanita itu, honey. Aku takut ia kembali melukaiku.”
“Tidak, ia tak akan melukaimu lagi. Aku yang akan menjagamu.”
Aunty Anna yang pura-pura terlelap, mendengar semua pembicaraan Rhys dengan Eve. Ia mengepalkan tangannya karena ia gagal menjalankan rencananya. Eve tidak kehilangan bayinya dan kini Rhys akan selalu ada di sampingnya untuk menjaga wanita itu. Tentu akan sulit baginya untuk melakukan sesuatu pada Eve.
🌹🌹🌹