Evan Dinata Dan Anggita sudah menikah satu tahun. Sesuai kesepakatan mereka akan bercerai jika kakek Martin kakek dari Evan meninggal. Kakek Martin masih hidup, Evan sudah tidak sabar untuk menjemput kebahagiaan dengan wanita lain.
Tidak ingin anaknya menjadi penghambat kebahagiaan suaminya akhirnya Anggita
rela mengorbankan anak dalam kandungan demi kebahagiaan suaminya dengan wanita lain. Anggita, wanita cantik itu melakukan hal itu dengan terpaksa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buah Kiwi
Tidak seperti permintaan Evan yang meminta berpura pura menjadi istri yang baik. Anggita melaksanakan kewajibanya dengan ikhlas. Setelah Evan makan siang, Anggita juga langsung pergi ke supermarket untuk membeli bahan bahan makanannya yang akan diolahnya menjadi makanan enak untuk sang suami. Tidak lupa, dia juga membeli buah buahan segar.
Karena tidak mengetahui buah apa yang menjadi kesukaan suaminya. Anggita membeli beberapa buah lokal dan imfort.
Entah karena dirinya yang menginginkan, kini trolinya hampir penuh dengan bermacam buah buahan. Walau seperti itu, keinginannya untuk membeli buah yang lain tidak terbendung. Matanya berbinar melihat buah kiwi. Anggita menggerakkan tangannya untuk menjangkau tapi tangan orang lain lebih cepat mengambil buah kiwi yang tinggal hanya sedikit itu. Dan yang membuat Anggita merasa sial. Tangan itu bisa mengambil semua buah kiwi yang berjumlah lima buah itu dalam sekali mengambil. Anggita menatap rak itu dengan kecewa.
Anggita menoleh ke pemilik tangan itu yang sedang memasukkan buah tersebut ke trolinya. Pantas saja pria itu yang berhasil mengambil buah kiwi itu. Pria jangkung yang tingginya diatas rata rata tinggi pria di negara ini. Dari postur tubuhnya bisa dipastikan jika tangannya pria itu lebih panjang dari tangannya.
Anggita menatap buah kiwi itu dengan sorot mata yang tidak berbinar seperti tadi. Diantara buah yang sudah ada di trolinya, dia lebih berselera untuk menyantap buah kiwi tersebut. Ternyata tatapannya itu tidak luput dari pria jangkung itu.
"Kamu mau juga buah kiwinya?" tanya pria itu membuat Anggita cepat menganggukkan kepalanya. Sorot matanya kembali berbinar.
"Di supermarket lain masih banyak. Kami boleh membelinya disana."
Anggita kecewa dan jengkel mendengar perkataan pria jangkung yang menyebalkan itu.
"Seharusnya kamu tidak perlu bertanya atau basa basi jika hanya untuk membuat aku kesal."
Pria jangkung itu terkekeh mendengar perkataan Anggita.
"Aku sangat menyukai buah kiwi. Bisa dikatakan jika buah favoritku adalah buah ini. Aku hanya mengalah kepada orang dalam situasi seperti ini kepada seseorang yang memenuhi kriteria." Pria itu tersenyum membuat Anggita semakin jengkel.
"Kriteria?. Kriteria seperti apa," tanya Anggita antusias. Keinginannya untuk memiliki dan makan buah kiwi itu semakin kuat.
"Aku hanya mengalah kepada wanita yang hamil dan mengidam," jawab pria itu sambil tersenyum.
"Kalau begitu, kiwi itu berjodoh dengan aku tuan. Saat ini aku sedang hamil anak pertama," kata Anggita sopan dan senang. Dia sangat yakin jika pria itu akan mengalah dan memberikan kiwi itu untuk dirinya. Anggita keceplosan tentang kehamilan demi buah kiwi. Menyadari hal itu, Anggita langsung mengedarkan pandangannya. Dia takut jika ada orang yang dia kenal atau mengenal dirinya atau keluaga besar suaminya.
Anggita menarik nafas lega. Tidak ada yang mengenal dan dia kenal di sekitarnya.
Sedangkan pria itu sedikit terkejut dan berhasil menyembunyikan keterkejutannya mendengar perkataan Anggita. Dia langsung memusatkan pandangannya ke perut milik Anggita. Dia tidak menyangka jika wanita cantik yang ada di dekatnya sudah menikah Dan bahkan sedang hamil anak pertama.
"Jangan menghalalkan semua cara untuk memperoleh sesuatu Nona. Termasuk berbohong." Pria jangkung itu tidak mempercayai jika Anggita sedang hamil. Penampilan Anggita yang seperti anak sekolahan. Membuat pria itu sangat yakin jika Anggita berbohong.
"Tapi aku tidak berbohong tuan. Tolong berikan kiwinya."
"Tidak semudah itu Nona. Aku tidak percaya dengan kebohonganmu.'
"Makan tuh kiwi," kata Anggita kesal kemudian mendorong trolinya untuk menjauh dari pria jangkung itu. Tidak ada gunanya berlama lama memperebutkan buah kiwi itu jika pria itu tidak mempercayai tentang kehamilannya. Biarlah dirinya mencari kiwi di supermarket yang lain nanti. Anggita terus berjalan melewati rak demi rak until mencari perlengkapan rumah tangga lainnya.
Setelah merasa cukup berbelanja. Anggita menuju kasir. Anggita merasa beruntung karena tidak perlu lama mengantri.
"Ini untukmu."
Suaranya itu mengagetkan Anggita yang baru saja menyelesaikan pembayaran.
"Anggita tidak langsung percaya dengan pria itu. Dia pura pura tidak mendengar. Baru saja kakinya hendak melangkah, kini buah kiwi itu sudah berada di tangannya. Setelah meletakkan buah kiwi itu, tanpa mengucapkan kata pria itu berlalu dari hadapan Anggita.
"Terima kasih," kata Anggita sambil menatap pria itu yang semakin menjauh. Ketika pria itu menoleh ke belakang, Anggita memberikan senyum dan dibalas pria itu dengan lambaian tangan.
Sesampai di rumah. Anggita membawa beberapa buah termasuk buah kiwi ke kamar atas.
"Buah apa yang ingin kamu makan mas?" tanya Anggita setelah duduk di bangku dekat ranjang. Di tangannya sudah tersedia pisau buah siap mengupas buah apapun yang menjadi keinginan suaminya.
"Aku mau buah kiwi saja," jawab Evan. Denggan cepat Anggita mengupas dan memotong buah kiwi tersebut. Ternyata mereka berdua menginginkan buah yang sama.
Evan terlihat sangat lahap memakan buah kiwi itu. Rasa yang agak asam tapi segar sangat cocok di lidahnya membuat tangannya tidak berhenti mengambil potongan buah itu dari wadah yang diletakkan Anggita di atas kedua paha suaminya.
"Mas, jangan dihabiskan aku juga mau," kata Anggita yang baru sadar jika potongan buah itu sudah habis dari wadah yang tersisa tinggal yang di tangan suaminya.
Evan tidak mendengar perkataan istrinya. Pria itu dengan santai memasukkan potongan buah terakhir itu ke dalam mulutnya.
Hal itu membuat mata Anggita berkaca kaca ingin menangis. Entah karena faktor hormon kehamilan, wanita kini mengusap pipinya karena tidak kesampaian memakan buah kiwi saat ini.
"Dasar rakus," umpat Anggita berani dan kesal. Dia meletakkan pisau buah itu di atas nakas. Evan menatap istrinya dengan bingung yang tidak biasanya cengeng seperti saat ini. Wanita itu melangkah ke dalam kamar mandi.
Seperti anak kecil yang tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Anggita menangis di kamar mandi.
"Hah, gara gara buah kiwi itu dia menangis. Aku tidak menyangka jika dia ternyata masih bersifat kekanakan," gumam Evan yang bisa melihat istrinya menangis dalam diam. Dia tidak peka dengan perubahan mood istrinya.
Anggita keluar dari kamar mandi setelah hatinya tidak lagi sedih karena buah kiwi.
"Aku sudah menyuruh Rico membawakan buah kiwi yang banyak untuk kamu."
Anggita tersenyum mendengar perkataan suaminya. Walau Evan berkata dengan dingin tapi mendengar buah kiwi bisa membuat moodnya membaik.
"Terima kasih mas," kata Anggita masih dengan senyum manis terukir di bibirnya.
tapi di ending bikin Sad
senggol dong
tapi mengemis no.