Kehamilan merupakan sebuah impian besar bagi semua wanita yang sudah berumah tangga. Begitu pun dengan Arumi. Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter bedah di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Ia memiliki impian agar bisa hamil. Namun, apa daya selama 5 tahun pernikahan, Tuhan belum juga memberikan amanah padanya.
Hanya karena belum hamil, Mahesa dan kedua mertua Arumi mendukung sang anak untuk berselingkuh.
Di saat kisruh rumah tangga semakin memanas, Arumi harus menerima perlakuan kasar dari rekan sejawatnya, bernama Rayyan. Akibat sering bertemu, tumbuh cinta di antara mereka.
Akankah Arumi mempertahankan rumah tangganya bersama Mahesa atau malah memilih Rayyan untuk dijadikan pelabuhan terakhir?
Kisah ini menguras emosi tetapi juga mengandung kebucinan yang hakiki. Ikuti terus kisahnya di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kotak Makan
Ting!
Ketika pintu lift terbuka, Arumi bergegas masuk. Kebetulan lift yang digunakan oleh wanita itu diperuntukkan khusus bagi orang-orang penting perusahaan termasuk seluruh keluarga Adiguna tanpa terkecuali. Kala pintu lift belum tertutup sempurna, netra wanita itu menangkap sosok gadis yang sangat familiar baginya.
"Loh, bukankah itu ...." Belum sempat Arumi menyelesaikan kalimat pintu lift sudah tertutup. "Ah, mana mungkin dia ke kantor. Hubungan Mas Mahes dengan dia 'kan tidak terlalu akrab. Mungkin hanya mirip saja," gumam wanita itu.
Perlahan, lift itu membawa tubuh Arumi naik ke lantai sembilan belas. Sepanjang perjalanan menuju ruangan Mahesa banyak karyawan menyapa wanita itu. Hampir semua pekerja PT Adiguna Properti memberikan senyuman terbaik yang miliki oleh mereka guna menyapa wanita anggun bak bidadari itu.
Berdiri di depan pintu berwarna coklat, wanita itu termangu menatap nama Mahesa terpajang di papan yang ada di depan pintu.
"Jangan perlihatkan wajah masam di hadapan suamimu. Ayo, tersenyumlah!" gumam Arumi menyemangati diri sendiri.
Meskipun kecewa akan sikap Mahesa tetapi wanita cantik kelahiran dua puluh tujuh tahun silam enggan berwajah masam ketika bertemu suami tercinta sebab itu bukan merupakan perbuatan terpuji yang patut dipertunjukan pada seorang suami.
Setelah menetralkan kembali pikirannya, tangan Arumi terulur ke depan meraih gagang pintu kemudian dia berdiri di ambang pintu.
Sangat rapi. Itulah kesan pertama yang mampu melukiskan bagaimana penampilan Mahesa saat itu.
Tatanan rambut rapi dengan model comb over hair style. Ciri khas rambut ini terletak pada bagian rambut atas lebih tebal sehingga bisa disisir ke bagian samping terlihat lebih maskulit dibandingkan dengan penampilannya dulu ditambah bulu halus pada bagian pipi, dagu dan dibawah hidung semakin memberikan kesan macho.
Mahesa yang sedang duduk sambil membaca majalah bisnis terperanjat seketika mendapati Arumi berdiri di ambang pintu. Bola mata pria itu melebar sempura, tak percaya bila istri tercinta datang ke kantor karena biasanya wanita yang dipersuntingnya beberapa tahun lalu sangat malas apabila diajak berkunjung ke sana.
"Sayang, tumben ke kantor. Ada urusan apa datang ke sini?" tanya Mahesa setelah bangkit dari keterkejutan.
"Memangnya aku harus memiliki urusan dulu baru boleh bertemu suamiku?" Alih-alih menjawab pertanyaan, Arumi malah memberikan pertanyaan pada pria itu.
'Asem, kenapa sekarang Arumi berani menantangku?'
Mahesa beranjak dari singgasana kebangaan yang super empuk kemudian menghampiri wanitanya. "Bukan begitu maksudku. Hanya saja aku penasaran mengapa kamu tumben datang ke kantor. Bukankah kamu paling malas bila kuajak berkunjung ke sini?"
Mahesa menyentuh pundak Arumi, lalu membimbing wanita itu duduk di sofa panjang berwarna merah marun.
"Aku terpaksa datang ke sini karena semalam kamu tidak membalas pesanku. Aku mengkhawatirkanmu, Mas," lirih Arumi.
Dengan gerakan lembut, Mahesa membawa kepala Arumi lalu menenggelamkannya di dada bidang pria itu kemudian mengecupnya. "Iya, aku bersalah padamu karena tidak memberitahu terlebih dulu jika semalam akan lembur."
"Kamu 'kan tahu, aku tidak bisa tidur nyenyak jika tak dipeluk olehmu." Tak terasa air mata Arumi meleleh. Wanita itu menangis dalam pelukan Mahesa.
Pria itu mengurai pelukan, ditatapnya manik indah Arumi dengan lekat hingga tatapan mereka saling beradu.
"Semalam aku tidak sempat membalas pesanmu karena malam sudah terlalu larut." Mahesa mengusut cairan bening itu dengan jari telunjuk. "Aku takut tidurmu terganggu."
"Di kemudian hari, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Janji!" timpal Mahesa.
Pria itu mengangkat jari kelingking ke udara, kemudian disambut oleh Arumi lalu sepasang suami istri itu tersenyum seolah mengungkapkan rasa cinta lewat isyarat.
Di saat Arumi tersenyum, padangan mata wanita itu tak sengaja mengarah pada meja kerja milik suaminya.
"Mas, itu kotak makan milik siapa? Seingatku kita tidak pernah membelinya," ucap Arumi.
"Ehm ... itu ... milik ...."
TBC
😢😭
Mau menikmati fasilitas dari papa firdaus tapi membenci orang yg selama ini bekerja keras tetap mencari nafkah demi masa depan rayyan
Kesalahan papa firdaus emang membuat sakit hati, tapi keringat yg di keluarkan mencapai kesuksesan rumah sakit yg di pegang rayyan melebihi nyawanya
Tapi kelakuan rayyan melebihi tuhan menghukum orang sampai segitunya 😬
Paling nggak firdaus dan lena tetap kasih makan, fasilitas dan pendidikan yg baik sama rayyan masa rayyan nggak mau balas setitik aja kebaikan mereka dengan menjenguk walaupun itu cuma sekali2
Bukan kewajiban manusia buat membalas kejahatan dengan kejahatan juga yg ada nanti nyesel
Walaupun lagi tidur tapi klo bangun dan nangis semua yg ada kacau balau 😁
Jadi klo rayyan dan raihan jadi pembenci bukan berarti mereka di akhirat bebas dari pertanggung jawaban