NovelToon NovelToon
Terjebak Pernikahan Kontrak

Terjebak Pernikahan Kontrak

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati / Duda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:27.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Clarissa icha

Harap bijak memilih bacaan.
riview bintang ⭐ - ⭐⭐⭐ = langsung BLOK.!


Barra D. Bagaskara, laki-laki berusia 31 tahun itu terpaksa menikah lagi untuk kedua kalinya.
Karena ingin mempertahankan istri pertamanya yang tidak bisa memliki seorang anak, Barra membuat kontrak pernikahan dengan Yuna.
Barra menjadikan Yuna sebagai istri kedua untuk mengandung darah dagingnya.

Akibat kecerobohan Yuna yang tidak membaca keseluruhan poin perjanjian itu, Yuna tidak tau bahwa tujuan Barra menikahinya hanya untuk mendapatkan anak, setelah itu akan menceraikannya dan membawa pergi anak mereka.

Namun karena hadirnya baby twins di dalam rahim Yuna, Barra terjebak dengan permainannya sendiri. Dia mengurungkan niatnya untuk menceraikan Yuna. Tapi disisi lain Yuna yang telah mengetahui niat jahat Barra, bersikeras untuk bercerai setelah melahirkan dan masing-masing akan membawa 1 anak untuk dirawat.

Mampukah Barra menyakinkan Yuna untuk tetap berada di sampingnya.?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

"Di belakang saja, temani Mama kamu." Ujar Barra yang melihat Yuna kebingungan setelah Mama Rena masuk ke dalam mobil.

"Iya,," Yuna bergegas masuk menyusul Mama Rena sesuai permintaan Barra. Lagipula memang tadinya dia ingin duduk di belakang agar bisa menjaga Mama Rena yang terlihat masih lemah.

Interaksi antara Yuna dan Barra tidak lebih dari sebatas itu setelah mereka masuk kedalam mobil. Tidak ada obrolan yang terjadi. Keduanya juga bingung harus membicarakan apa. Karna begitu mereka sah sebagai suami istri, keduanya seolah hidup masing-masing dan pernikahan mereka hanya sebuah status semata.

Kecanggungan yang terjadi di dalam mobil, kembali menarik perhatian Mama Rena. Beliau bukan mau mencampuri urusan rumah tangga putrinya, bukan juga ingin tau lebih jauh kehidupan mereka. Namun interaksi dan gerak tubuh keduanya, memaksa Mama Rena harus berfikir keras mengenai apa yang sebenarnya terjadi di antara anak dan menantunya.

Berulang kali mencoba berpikir positif, namun berulang kali juga sikap keduanya mematahkan pemikiran postif itu.

Sebagai orang tua yang tau bagaimana kehidupan dan kesedihan Yuna selama ini, Mama Rena berharap Yuna bisa bahagia dengan orang yang tepat. Menjalani pernikahan tanpa adanya kegagalan dan luka seperti yang menimpa dirinya.

"Apa rumahnya jauh.?" Mama Rena membuka pembicaraan. Menatap Yuna dan Barra bergantian.

Mengulas senyum tipis untuk menutupi kecurigaan yang sedang dirasakan.

"Nggak jauh dari tempat tinggal kita sebelumnya Mah."

"Rumahnya enak, adem soalnya banyak pohon. Mama pasti betah tinggal di sana." Tutur Yuna antusias. Dia mengusap pundak Mama Rena berulang kali sambil terus menatapnya.

"Semoga Papa nggak tau kita pindah tempat tinggal. Yuna pengen kita hidup tenang, fokus sama pemulihan kesehatan Mama." Yuna berdoa penuh harap. Dia ingin hidup tenang dan bahagia meski keluarganya sudah tidak utuh lagi.

Kehadiran Barra sedikit mengisi kekosongan yang Yuna rasakan setelah di tinggal pergi sang Papa yang entah kemana. Meski Yuna tidak akan berharap apapun pada Barra, setidaknya Barra menjadi orang terdepan yang membuat kehidupan dia dan sang Mama sampai berada di tahap ini. Terbebas dari segala permasalahan yang mereka hadapi berkat Barra.

"Kita buka lembaran baru yah Mah, Yuna tau ini pemikiran yang salah, tapi anggap saja Papa sudah nggak ada di hati dan hidup kita kedepannya." Pinta Yuna memohon.

"Dengan begitu, Yuna yakin kita bisa memulai lembaran baru." Mata Yuna berbinar, sudut bibirnya terangkat. Yuna sudah tidak sabar menjalani kehidupan baru dengan kehilangan satu anggota keluarga dan masuknya orang baru dalam hidupnya.

"Mama nggak membenarkan pemikiran kamu yang salah, karna bagaimana pun di Papa kamu. Tapi selagi itu membuat kamu tenang dan bahagia, Mama nggak akan melarang. Mama tau bagaimana perasaan kamu yang menjadi korban akibat kesalahan Papa dan Mama."

Suara Mama Rena bergetar. Dia sadar permasalahan rumah tangganya bersama Handoko telah menghancurkan mental dan perasaan Yuna.

Setiap kegagalan rumah tangga memang selalu menimbulkan dampak negatif pada psikis anak. Apalagi perpisahannya dengan Handoko sudah menguras air mata dan beberapa kali menerima kekerasan fikis didepan Yuna.

"Makasih Mah,,," Yuna memeluk erat Mama Rena.

Pembicaraan keduanya menyita perhatian Barra yang diam - diam menyimak hingga akhir meski tidak memberikan komentar apapun dan berpura-pura fokus pada jalanan.

Barra sudah tau banyak tentang kehidupan Yuna dan Mama Rena. Namun dia tidak mengira kalau luka batin yang mereka rasakan akan sedalam itu.

Kini Barra mulai berfikir tentang tujuannya yang suatu saat akan memberikan luka dan kehancuran pada mereka yang mungkin lebih besar dari saat ini.

Barra mulai menimbang ucapan Cindy yang menyuruhnya agar bersikap adil pada Yuna. Memperlakukan Yuna dengan baik, bertanggungjawab dan belajar untuk mencintainya.

Barra mungkin mampu melakukan poin pertama dan kedua, tapi tidak dengan poin ketiga. Karna sampai kapanpun, dia tidak akan pernah membagi cintanya pada wanita lain. Cindy akan menjadi yang pertama dan terakhir dalam hatinya.

...****...

"Hati-hati Mah,,," Barra membantu Mama Rena turun dari mobil.

"Makasih nak Barra." Mama Rena tersenyum bangga pada menantunya. Sikap Barra memang membuat siapapun bisa mengagumi sosoknya.

"Rumahnya bagus. Yuna benar, sepertinya Mama akan nyaman dan betah ditinggal disini." Mama Rena menatap ke sekeliling rumahnya.

"Syukurlah kalau kalian suka dan nyaman disini." Ucap Barra.

Yuna tersenyum tipis ke arahnya, merasa bersyukur Barra bisa bersikap sopan dan lembut pada Mama Rena meski Barra menikahinya hanya sebatas hitam di atas putih.

"Sekali terimakasih untuk kebaikan nak Barra. Semoga nak Barra mendapat ganti yang lebih dan pernikahan kalian selalu bahagia hingga akhir hayat."

"Aamiin,," Ucap Barra. Yuna hanya menatap penuh tanya. Untuk kedua kalinya Barra mengaminkan doa Mama Rena, padahal Barra akan mengakhiri pernikahan mereka 1 tahun kedepan.

"Yuna, buka pintunya,," Tegur Barra yang membuyarkan lamunan Yuna.

"Ehh,, iya,," Yuna maju 2 langkah di depan Barra dan Mama Rena untuk membuka lintu.

Mereka masuk kedalam, Barra masih menuntun Mama Rena hingga sampai ke ruang keluarga. Membiasakan Mama Rena santai sejenak dan melihat keadaan rumah sebelum di bawa ke kamar untuk istirahat.

"Aku simpan tas ini dulu sekali mau bikin minum." Pamit Yuna. Dia menyimpan tas ke kamar Mama Rena, setelah itu pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

Kemarin Yuna sempat belanja bahan makanan dan kebutuhan dia serta Mama Rena untuk 1 bulan kedepan. Jadi begitu Mama Rena pulang, semua sudah lengkap.

"Saya tinggal dulu Mah, mau ambil baju ganti di mobil." Pamit Barra.

Mama Rena hanya mengangguk.

Yuna membawa nampan berisi 3cangkir teh hangat. Matanya langsung mengarahkan kesemua sudut ruangan untuk mencari keberadaan Barra yang tidak ada di ruang keluarga.

"Mas Barra kemana Mah.?" Tanya Yuna. Dia meletakkan nampan itu di atas meja, mengambil 1 cangkir dan diberikan pada Mama Rena.

"Di luar, katanya mau ambil baju ganti di mobil."

"Sudah sana siapin dulu keperluan suami kamu, mungkin dia mau mandi."

"Mama masih mau disini, nanti saja pindah ke kamarnya."

Yuna hanya bisa diam mendengar perintah Mama Rena. Rasanya tidak mungkin dia berani menyiapkan keperluan Barra karna terkesan mendalami peran, sedangkan pernikahan mereka tidak seperti pernikahan pada umumnya.

"Yuna.?" Mama Rena menepuk pelan pundak Yuna.

"Iya kenapa Mah.?" Jawab Yuna pelan.

"Barra sudah naik ke atas, sana susul dia."

"Jadi istri itu harus sigap dan pengertian, jangan sampai nanti seperti Mama." Mama Rena menunduk sendu.

"Memangnya Mama kenapa.? Selama ini Mama sudah jadi istri yang baik buat Papa, memang dasar Papa saja yang nggak bisa bersyukur." Ucap Yuna kesal.

"Biar saja sekarang Papa nyesel sudah sia-siain Mama.!" Geram Yuna.

"Sudah, sana berikan tehnya sama suami kamu."

Mama Rena memilih mengakhiri obrolan. Dia ingin Yuna bisa memberikan yang terbaik untuk Barra. Karna sudah dilayani dengan baik saja terkadang bisa meninggalkan. Apalagi jika tidak dilayani dengan baik. Meski tidak semua laki-laki seperti itu.

"Iya Mah,," Yuna beranjak dari duduknya dengan membawa nampan tadi. Berjalan menaiki tangga dengan ragu-ragu. Entah apa yang harus dia katakan pada Barra setelah sampai di kamar mereka.

Pasti akan sangat malu kalau meminta ijin untuk masuk kedalam kamar yang sama.

1
Sriza Juniarti
kocak..kayaknya🤣🤣
roza prasinta
oon yuna, mau pula kd madu
Etha Margaretha
goblooookkkkk..gamau dket ama papanya anak² dngn maksd gamau dihina...tp masuk ke apartemen lelaki lainnnnn...TOLOL !!!!
Etha Margaretha
cewek anjeng
Etha Margaretha
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
barra, serakah harusnya dia milih Yuna dan anaknya
Heldina Togatorop Dina
harusnya barra milih Yuna, karena ada anak"
Leha Valenia
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
yuna bodoh bgt, kog mau sih ngasih anaknya, tetap aj cerai, karena bara ngak ada cinta SM km yuna,sadar dong
moemoet
Luar biasa
Inggrianie Sikumbang
ceritanya bagus
elluph
iklannya lama bgt
Quieenarra Nathaniella Kayleen
Luar biasa
Muki Roh
Kecewa
Muki Roh
Buruk
Annisa Rizki
Luar biasa
Muki Roh
bara jahat banget yaaa😭😭
Muki Roh
dasar si boro... licik
Susana Sari Sari
ceritanya biarpun panjang tp tidak sama sekali jd bosan thor...karyamu keren....
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺nada Mυɳҽҽყ☪️
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!