Terjebak Pernikahan Kontrak
"Aku harus gimana Mah,,?" Lirih Yuna dengan nada keputusasaan.
Dia menggenggam tangan Mamanya yang sedang tertidur pulas di ranjang pasien.
Sudah 5 hari di rawat di rumah sakit besar di Jakarta, akibat sakit jantung yang diderita sejak beberapa tahun yang lalu. Tepatnya sejak sang suami bermain perempuan sampai menghabiskan harta benda mereka tanpa sisa. Bahkan sekarang terlilit hutang dengan rentenir yang nilainya hampir 100 juta.
Kini laki-laki biadab itu hilang bak ditelan bumi. Menjadi beban bagi Yuna dan sang Mama karna seluruh hutangnya harus di tanggung oleh mereka.
Sorot mata Yuna dipenuhi kebencian setiap kali mengingat laki-laki yang ditakdirkan menjadi ayah kandungnya.
Kalau saja bisa memilih, Yuna tidak akan sudi memiliki ayah kandung seperti itu.
Laki-laki kejam yang hanya bisa menggoreskan luka di hati anak dan istrinya.
"Sampe kapan kamu mau nangis kayak gini.?!"
"Kamu pikir tangisan kamu bisa buat Mba Rena sembuh dari sakitnya.?!"
Yuna beranjak dari duduknya. Dia menatap Bibinya yang tiba - tiba masuk dan langsung memarahinya.
"Pelanin suaranya Bi, Mama lagi tidur." Tegur Yuna lirih.
Tidak peduli dengan teguran Yuna, Liona justru berdecak kesal. Tatapan matanya pada Yuna penuh dengan kebencian, meski Yuna adalah keponakannya.
Kebencian Liona pada Ayah kandung Yuna, membuat Liona juga ikut membenci Yuna.
Semua itu bermula ketika Ayah Yuna menggadaikan sertifikat rumahnya, juga menggelapkan beberapa harta bendanya yang terbilang cukup mahal.
Dari situlah, Liona membenci keluarga kakaknya.
Bahkan disaat sang kakak sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi, Liona enggan mengeluarkan uang sepeserpun.
Dia justru terus mendesak Yuna agar mau menikah dengan rentenir, sebagai pelunas hutang atas nama Ayah kandung Yuna.
"Waktu kamu tinggal 3 hari lagi Yuna.!"
"Kalau kamu mau Mba Rena cepat di operasi, lebih baik terima tawaran Tuan Hutomo."
"Apa salahnya nikah sama dia.? Hari gini nggak perlu mikirin tampang dan umur, yang penting mapan dan bisa bantu kesulitan kamu."
"Hutang Handoko juga akan di anggap lunas.!"
Liona bicara panjang lebar dengan dua manik mata yang membulat sempurna.
Rasa kesalnya pada keluarga sang Kakak sudah di ambang batas kesabaran.
Yuna menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran Liona.
Satu-satunya orang yang paling mendukung Yuna untuk menikah dengan laki-laki tua yang sudah memiliki 3 istri.
Otak Yuna masih terlampau waras untuk menikah dengan laki-laki tua itu.
Daripada harus menikah dengannya, lebih baik ikut menghilang bak ditelan bumi seperti yang dilakukan oleh Ayahnya.
"Cukup Bi,,! Aku nggak mau denger lagi Bibi sebut nama laki-laki tua itu.!"
"Sampai kapanpun aku nggak akan mau nikah sama dia.!"
"Aku bisa usaha sendiri buat kesembuhan Mama. Masalah hutang, aku akan mencicilnya sampai lunas."
Liona tertawa meledek. Dia tidak yakin dengan kemampuan Yuna untuk mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat. Apalagi untuk mencicil hutang Handoko yang nilainya fantastis.
"Yuna,,, Yuna,,," Liona masih menahan tawa. Menatap Yuna dengan tatapan meremehkan.
"Sekalipun kamu jual diri, kamu nggak akan bisa ngumpulin uang sebanyak itu dalam waktu 3 hari."
Cibirnya tanpa perasaan.
"Li,,Lionnaaa,,," Ucap Rena terbata. Dia sudah bangun sejak tadi dan mendengarkan percakapan anak serta adik kandungnya.
"Mama,,,!" Yuna terlihat panik menatap wajah sang Mama.
"Tega sekali kamu bicara seperti itu sama keponakan kamu sendiri,"
"Mba tau, selama ini Mas Handoko sudah menyusahkan kamu. Tapi bukan berarti kamu bisa melampiaskan kekesalan kamu pada Yuna."
"Cukup lampiaskan saja pada Mba,,"
Rena menangis sambil menatap Liona.
Hubungan dia dan adiknya jadi renggang akibat ulah Handoko.
"Ckk..!!" Liona berdecak sinis.
"Kalian berdua sama saja.!"
"Daripada Mba Rena bicara panjang lebar, mendingan bujuk Yuna biar mau nikah sama Tuan Hutomo."
"Itu juga demi kebaikan Mba Rena sendiri, biar Mba Rena bisa di operasi.!"
Liona bergegas keluar dan menutup pintu dengan kasar.
"Maafin Bibi kamu, dia begitu karna kesal sama Papamu."
"Sebenarnya masih sayang dan peduli sama kita."
Rena mengusap tangan Yuna bermaksud untuk menenangkan, karna Yuna masih menatap kepergian Liona dengan tatapan penuh amarah.
"Nggak usah membelanya Mah, Yuna bukan anak kecil lagi."
"Sudah bisa membedakan mana yang benar-benar peduli dan yang memang nggak peduli."
Yuna menarik nafas dalam, kemudian duduk kembali di samping ranjang sang Mama.
Rena mengusap wajah cantik putrinya yang begitu terbebani. Disaat sulit seperti ini, dia tidak bisa berbuat apapun untuk putrinya. Yang ada hanya menambah beban untuk Yuna.
"Maafin Mama, Yuna,,," Ucap Rena penuh rasa bersalah.
Semua kesulitan yang sedang dihadapi oleh putrinya, semata - mata karna ketidak berdayaannya dalam menjalani pernikahan dengan Handoko.
Jika saat itu dia bisa melawan Handoko, atau melepaskan Handoko, mungkin kesulitan ini tidak akan di alami oleh Yuna.
...******...
"Bagaimana Yuna.? Kamu mau kan menikah sama saya.?" Tatapan Tuan Hutomo begitu menelisik. Memperhatikan setiap inci tubuh Yuna dari atas kepala sampai kaki.
Laki-laki tua itu sungguh tidak malu. Dia mengajak menikah seorang gadis berumur 25 tahun yang lebih pantas menjadi cucunya.
Tubuh mungil Yuna bergidik ngeri. Membayangkan menikah dengan Tuan Hutomo membuat Yuna ketakutan sekaligus jijik.
Bagaimana mungkin dia akan hidup dengan laki-laki tua itu seumur hidupnya.
"Maaf, sekali lagi saya menolak."
"Saya sudah janji akan melunasi hutang Papa saya, beri saya waktu 1 bulan lagi."
"Permisi."
Yuna bangkit dari duduknya. Dia bergegas pergi dari kafe rumah sakit.
Sudah ketiga kalinya Tuan Hutomo datang ke rumah sakit. Selalu mendesak Yuna untuk menikah.
Yuna yang tidak ingin permasalahan ini terus menjadi beban untuk Mama Rena. Itu sebabnya Yuna selalu mengajak Tuan Hutomo agar membicarakan hal ini di tempat lain.
"Bagaimana ini.?" Yuna berhenti di taman rumah sakit. Matanya menerawang jauh. Pikirannya benar-benar kacau saat ini.
2 hari lagi batas operasi yang harus dilakukan oleh Mama Rena, tapi Yuna belum menyetorkan uang sepeserpun untuk biaya operasi itu.
Jika operasi itu tidak dilakukan, sudah pasti akan sangat membahayakan nyawa sang Mama.
"Apa aku harus jual diri.?" Pikiran buruk itu tiba-tiba muncul di benak Yuna.
Tapi beberapa detik kemudian, Yuna mengacak-acak rambutnya sendiri. Dia menyesali ucapannya. Karna sesulit apapun kondisinya, dia tidak akan pernah menjual diri.
"Semoga saja aku masih bisa berfikir waras," Yuna kembali merapikan rambutnya. Dia hendak beranjak dari taman, namun seseorang menahan bahunya dari belakang.
"Tunggu,,"
Yuna bisa mendengar dengan Jelas suara besar dan tegas yang terdengar gagah.
Yuna menoleh, menatap tangan berotot yang menempel di bahunya.
Selang beberapa detik, Yuna bisa melihat sosok pemilik tangan itu.
Laki-laki bertubuh tinggi dan tegap, membuat Yuna yang memiliki tubuh 160 cm harus mendongak untuk menatap wajahnya.
Yuna terkesima, mengagumi ketampanan laki-laki di hadapannya.
"Prookk,,,!"
Tepuk tangan laki-laki itu membuat Yuna sadar dari lamunan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
ketiban duren kah?? 😁😁🤣
2024-09-28
0
Farianingsih
dulu kayak nya udah pernah bc novel ceritanya Yunani,, ceritanya bagus sayang belum sempat selesai,,sekarang mau lanjut bc lagi,,,
2023-12-27
0
Arabiah Bia
lanjut bagus ceritanya...
2023-12-12
0