WARNING AREA 21+
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN
Dia bukan pengusaha kaya raya. Dia bukan Sultan. Dia bukan Presdir pemilik perusahaan. Dia pria biasa. Pria yang kadang menyeramkan. Namun Lebih meresahkan bagi jiwa perempuan. Postur tubuh yang indah dan sempurna. Tato yang melekat. Senyum yang menawan. Tatap mata yang tajam. Sungguh dia jadi pujaan dan rebutan hingga dia terjebak dalam cinta tiga janda. Kenapa bisa? Bagaimana ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu Menguras Hati..
Hari pun berganti. Kini Jaka sudah siap memulai harinya bergelut kesana kemari mengejar orang orang yang ingin lepas tanggung jawab dari yang namanya hutang. Masih mending kalau hutangnya kecil. Yang Jaka hadapi adalah para orang orang yang mementingkan gaya hidup dengan cara salah. Bagaimana mungkin orang pengangguran bisa mengajukan kredit motor. Kan aneh. Itu hanya contoh dari beberapa karakter orang yang memang berbeda beda .
Jaka kini meluncur ke kota dimana sudah ada janda yang menanti kedatangannya. Ya hari ini jatahnya Jaka berburu orang di kompleknya Ninis. Kalau bukan karena tugas, Jaka sangat enggan bertemu dengan Ninis. Jaka juga heran kenapa dulu mau saja dia memberi kesempatan kepada janda muda itu. Padahal dulu urusannya cuma hutang. Dulu orang lain yang tugas disitu dan katanya Ninis susah kalau ditarik utangnya malah sering sembunyi. Namun sejak daerah itu dipindah tangankan ke Jaka, janda muda itu malah gencar sekali mendekatinya.
Kini Jaka terlihat sedang duduk di warung gorengan salah satu warga yang satu komplek dengan Ninis. Jaka lebih betah duduk di warung tersebut dari pada ke rumah Ninis karena Jaka tahu apa yang Ninis inginkan jika ke rumahnya. Kalaupun bertandang ke rumah Ninis paling duduk di depan rumah. Tak pernah sekalipun Jaka mau masuk. Ninis adalah orang terakhir yang Jaka tarik hutangnya di daerah situ.
Mungkin Ninis adalah salah satu penyebab nama janda itu menjadi nama yang buruk dimata orang orang.
"Eh abang tampan udah ngejogrok dimari aja. narik ya bang." Sapa seorang ibu dengan genitnya.
"Iya nih bu,." Jawab Jaka seperti biasa mencoba ramah.
"Bang Jaka, sekali kali mampir sih ke rumah ibu. Ibu pengin tanya soal cara hutang ke bang Jaka." Tawar ibu itu yang usia nya sekitar tiga puluh lima dan tubuhnya terlihat sangat semok.
Jaka tahu banget tujuan ibu itu mengajak dirinya main dirumah. Ibu itu ditinggal suaminya merantau ke Jepang. kebayang kan bagaimana kesepiannya dia. Anaknya dua, dia melimpah harta namun sudah dipastikan dia juga kesepian.
"Gampanglah bu, kapan kapan yah, lagian kan ibu sudah kaya" Tolak Jaka sopan. Ibu itu hanya menyunggingkan senyum namun nampak banget kalau dirinya kecewa.
Sehebat itulah pesona seorang Jaka. Dia digilai banyak wanita namun juga dibenci banyak pria karena pesonanya itu. Mereka yang membenci hanya berani mereka tunjukkan dalam hati saja dan paling banter ngomongin Jaka di belakangnya. Mana ada yang mau berurusan dengan Jaka. Ngeri.
"Bang Jaka." Kagi lagi suara seorang perempuan menyapanya. Mamun kali ini Jaka kenal betul pemilik suara itu.
"Eh iya Nis." ucap Jaka singkat.
Si Ninis langsung saja duduk dibangku panjang sebalah Jaka. Sedangkan ibu yang tadi seketika pergi dengan wajah tak suka menatap Ninis.
"Bang ke rumah yuk." Ajaknya sambil bergelayut manja di lengan kekar Jaka.
Jaka menghempas nafasnya kasar dan berusaha melepas tangan yang melingkar di bahunya.
"Jaga sikap lah nis." ucap Jaka kasar dan dia langsung berdiri. Sedangkan pemilik warung diam saja melihat drama yang sedang terjadi di depan warungnya.
"Kenapa gitu banget sih bang? Ninis kangen loh." Cicitnya dengan wajah cemberut. Namun sungguh sikap Ninis membuat Jaka muak.
"Mau setor berapa hari ini?" Tanya Jaka langsung ke intinya.
"Makanya ke rumah ayuk, nanti uangnya aku kasih pas kita di rumah." Jawab Ninis beralasan.
"Kamu tuh dari rumah loh Nis. Masa sudah jelas jelas aku tiap hari senin kesini kamu nggak bawa duit. Kamu itu mau mebodohi aku apa gimana?" Ucap Jaka berang.
"Ya ampun bang, aku lupa serius. aku kalau tahu abang mau kesini tuh yang ada di otak ku cuma abang doang." Ninis terus beralasan.
"Kamu harus bisa bedain dong Nis, antara tanggung jawab sama perasaan?"
"Makanya ayo ke rumah, di rumah nggak ada orang ini." Bujuk Ninis lagi.
"Aku tuh lagi kerja Nis, mata kamu nggak buta kan? ngapain lagi kerja siang siang kerumah perempuan yang sepi. dipikirnya aku tuh apaan Nis?"
"Ya bukan gitu maksudku bang, kok bang Jaka kasar banget sih ngomongnya?"
"Trus mau kamu, aku bersikap lembut gitu? ngertiin kamu? nurutin kamu? maaf itu bukan aku Nis."
"Kenapa sih bang, aku aja ngertiin kamu. sampai kamu deket sama cewek lain aku aja mau berbagi. Masa giliran ketemu aku, kamu lebih sering marah marah, nggak kaya dulu pas pertama deket."
"Wajarlah Nis orang berubah, sikap kamu juga kaya gitu terus. Merusak mood aja. Tiap aku kesini bukannya kamu setor utangmu malah minta yang aneh aneh. Kalau kamu nggak suka sama sikapku, Oke mending kita nggak ada hubungan sekalian." Jaka benar benar emosi.
"Ya nggak bisa gitu dong bang. Aku tuh cinta banget sama bang Jaka. Dan semalam ibu bilang, Bang Jaka kapan ke rumah ketemu sama ibu?"
"Ntar kalo aku sudah punya istri lima." Jawab Jaka asal.
Jaka menyambar jaketnya yang tergeletak di meja. Dia membayar kopi terus melangkah menuju motornya meningalkan perempuan yang menahan geram karena lagi lagi usahanya menjerat Jaka lebih jauh gagal.
Jaka pergi dengan perasaan yang bergemuruh. Dia marah, namun marah bukan karena ada hati sama Ninis tapi karena dia tidak berhasil mendapat uang yang seharunsnya Ninis setorkan. Karena sudah hampir satu bulan Ninis tak setor sekalipun.
Jaka berkeliling ke tempat berikutnya. Seperti biasa godaan godaan ibu muda menjadi nyanyian yang biasa dia dengar. Entah itu serius atau bercanda tapi godaan itu jika melunncur ke lelaki lain bisa jadi laki laki itu akan luluh. Namun tidak bagi Jaka. Sebenarnya Jaka tipe pria yang setia.
Setelah di satu tempat sudah selesai, Jaka beralih lagi ke tempat lain.
Saat di dalam perjalanan, dia dikejutkan dengan sosok yang sangat dia kenal.
"Melati?"
Naka memicingkan matanya. Di seberang sana nampak Melati sedang duduk tertawa dengan seorang pria. Bahkan keduanya terlihat begitu arab.
Sontak saja, Jaka yang memang lagi dalam suasana hati yang buruk langsung terbakar amarah. Cemburu, sudah pasti. Jaka sudah jatuh hati sama janda itu namun detik ini Jaka menyaksikan bau bau dia dikhianati.
Jaka hendak mendekat namun tiba tiba ponselnya berdering, dan ketika Jaka mengangkatnya mau tak mau Jaka pergi menuruti perintah dari si penelfon yang sepertinya itu dari atasannya.
Sebelum pergi dia memandang tajam ke arah Melati yang sedang tertawa riang.
"Awas aja kalau kamu berkhianat Mel." Gumamnya dan dia melajukan motornya meninggalkan tempat itu. Entah apa yang akan Jaka lakukan. Yang pasti dia benar benar terlihat marah melihat Melati bersama pria lain.
@@@@@
Untuk yang menunggu adegan panas membaranya. nanti setelah karya ini lolos kontrak ya. Dan ini baru perkenalan tokoh dan bermunculan konfik. Jadi tetep kawal Jaka dan Melati ya