PERJAKA DAN TIGA JANDA
Siang hari di sebuah desa langit nampak begitu gelap. Padahal jam di tangan menunjukkan baru pukul satu siang. Seperti yang diperkiraan, kemungkinan hari ini akan hujan lebat. Terlihat beberapa ibu rumah tangga sibuk mengangkat jemuran yang sudah kering dan ada juga yang mencari anaknya untuk segera pulang.
Begitu juga seorang pemuda yang nampak berpakaian rapi sedang duduk di samping rumah seseorang.
Celana panjang dengan sepatu safety warna hitam dan kemeja polos berwarna biru yang ditutup dekat jaket tebal menambah pesona tersendiri pada pria yang usianya baru menginjak dua puluh enam tahun itu.
Dia bukan seorang CEO atau pengusaha sukses kaya raya. Dia hanya karyawan biasa yang kerjanya mengetuk dari satu rumah kerumah yang lain dengan membawa setumpuk kertas berisi tunggakan utang milik orang orang yang bersangkutan hutang dengan Bank besar atau kredit barang mewah.
Sehari harinya dia harus berkeliling memburu orang orang yang hendak lepas tanggung jawab dari hutang yang sudah menjerat mereka.
Bukan perkara mudah menjalankan pekerjaan seperti itu. Tapi dia beruntung, pekerjaannya legal jadi dia tidak takut jika ada kendala atau ada yang tidak terima. Tapi kalau dilihat dari wajahnya, Banyak yang takut jika dia sudah menunjukkan taringnya.
Meski kadang terlihat menyeramkan tetapi dia sesungguhnya adalah pria yang sangat menawan dan menggoda iman. Terutama kaum perempuan. postur tubuh dan ketampanannya sungguh sangat meresahkan bagi kaum hawa.
Godaan godaan kecil dan besar senantiasa menghampirinya. Dan hal itu sering dia dapatkan dari keisengan para ibu rumah tangga yang kadang tingkat malunya seperti terkikis oleh statusnya.
Namun tidak untuk detik ini. Pria bernama Perjaka Putra Sodiq atau yang akrab dipanggil Jaka itu seakan terperangkap hujan deras yang mulai turun. Hujan yang makin lama makin deras itu membuatnya harus berteduh di tepian salah satu rumah warga. Dan sialnya rumah itu nampak sepi dan sedikit lebih jauh dari rumah tetangganya yang lain.
Di belakang rumah itu terdapat sawah. Di sisi kanan dan depannya ada setapak dan kebun warga. Dia memilih berteduh di samping rumah karena kebetulan dia datangnya dari arah setapak samping rumah tersebut.
Hujan yang semakin deras membuat dia pindah posisi ke pintu samping rumah itu. Selain ada semacam anak tangga, genting yang menutupinya juga lebih lebar jadi dia bisa menyelamatkan sepatu dan celananya agar tidak basah.
Jaka duduk bersandar pintu, dia merogoh tasnya dan meraih benda pipih.
"Duh mau lowbet lagi ni hp." Keluhnya. Dia kembali memasukan ponsel itu ke dalam ranselnya. Jaka melamun wajahnya benar benar kusut. dan yang pasti rasa lapar juga menderanya.
"Hujan deras, perut lapar, ampun dah, mana ini rumah kayak nggak ada tetangganya lagi, serem amat." Gerutu Jaka.
Saat dia larut dalam lamunannya tiba tiba.
Cekrek..
Jaka terlonjak dan dia segera bangkit.
"Astaga.. !!." Teriaknya dan dia menoleh ke arah pintu yang menjadi sandarannya tadi. Munculah seorang perempuan yang rambutnya nampak basah.
Sejenak Jaka terpana. Perempuan itu terlihat cantik meski hanya menggunakan daster selutut. Pikiran nakal seorang pria pun berkelana kemana mana melihat kecantikan perempuan dengan rambut ikal dihadapannya.
Saat Jaka memikirkan hal yang tidak tidak tiba tiba
Jedeerrr..!!!
Suara petir yang begitu keras membuat dia terlonjak dan dengan spontan dia maju ke tepian pintu sedangkan perempuan itu menunduk sembari menekuk kaki dan memegang kedua telinganya.
"Masuk aja mba, petirnya serem loh.." Saran Jaka.
"Aku ngagetin ya mas barusan? maaf ya? Kirain nggak ada orang.." Balas perempuan itu dan dia berdiri lagi.
"Iya tadi sempet kaget, kirain rumah kosong, habis tempatnya terpisah dengan yang lain. Mana gelap lagi." Ucap Jaka dan dia menggeser badannya agak menjauh dari bibir pintu.
"Mas masuk aja sini?" Tawarnya. Entah itu basa basi atau tidak yang jelas Jaka sedikit tertegun.
"Nggak usah mba, disini aja, bentar lagi sepertinya hujannya reda." Tolak Jaka sopan.
"Sepertinya masih lama mas redanya, tapi kalau ngga mau ya udah nggak apa apa.."
Baru selesai perempuan itu menghentikan ucapannya tiba tiba
Jederrr..!!!
Lagi lagi petir terdengar begitu besar bahkan kilatannya pun jelas terlihat.
"Mas masuk aja deh, nggak apa apa, ngeri kalau diluar. Dan hujannya makin deres tuh.."
Sejenak Jaka berpikir. Sepertinya ucapan perempuan itu ada benarnya.
"Beneran nih mba boleh masuk?" Tanya Jaka memastikan.
"Beneran? silahkan masuk saja nggak apa apa.."
"Baiklah, makasih ya mba." dan Jaka pun masuk. Perempuan itu sejenak menutup pintu dan kemudian beranjak ke dalam rumah, Jaka mengikutinya.
Mata Jaka memandang ke sekliling rumah sederhana itu. Rumah itu hanya ada dua kamar, ruang tamu, ruang tengah yang mungkin bisa digunakan untuk apa saja, dapur dan kamar mandi.
Jaka sedikit heran, jika diperhatikan rumah ini seperti rumah baru dan penghuninya pun sepertinya tidak ada yang lain selain perempuan itu. Jaka ingin bertanya namun secepatnya dia mengurungkan niatnya
"Silahkan duduk mas." Tawar perempuan itu. Jika diperhatikan perempuan itu mungkin usianya tak jauh beda dengan Jaka.
"Kacanya bagus ya mba. dari luar nggak kelihatan kalau rumah ini ada penghuninya." ucap Jaka. Sang perempuan hanya tersenyum sambil meletakkan beberapa toples berisi cemilan di atas meja.
"Nggak usah repot repot mba, sudah diijinin masuk dan berteduh aja sudah syukur banget saya." Tolak Jaka merasa tak enak.
"Nggak apa apa, biar cepet habis juga. daripada dibuang. Bentar yah aku ambil minum." Jaka hendak mencegah namun perempuan itu keburu melenggang ke dapur.
Jaka mencuri pandang perempuan berdaster itu. Meski berdaster tapi lekuk tubuhnya kelihatan banget nampak indah. Pikiran nakalnya kembali berkelana. Sontak saja sesuatu yang bersembunyi di balik celana kini sedikit mengeras.
"Hust mikir apa aku.." Rutuk Jaka sambil menjitak keningnya sendiri.
"Kenapa kepala sendiri dijitak?" Tanya perempuan itu tiba tiba. Tangannya membawa nampan berisi dua teh hangat dan dua mangkok mie rebus.
"Ya ampun mba, jadi ngerepotin begini.."
"Nggak apa apa mas, kebetulan tadi aku lagi bikin mie rebus, kamu pasti lapar kan?" Dan tebakan perempuan itu memang benar.
"Makasih ya mba." Jaka pun menyantap mie rebus itu dengan perasaan canggung.
Tak butuh waktu lama. Mie dalam mangkok pun habis tanpa sisa. Perempuan itu tersenyum manis dan Jaka terpana.
"Gimana? kenyang?" Tanya perempuan itu begitu melihat mangkok Jaka bersih tak tersisa.
"Alhamdulillah mba, makasih ya."
"Sama sama."
"Rumah sepertinya sepi, yang lain pada kemana mba?" tanya Jaka akhirnya memberanikan diri bertanya karena penasaran.
"Oh, nggak ada.." jawab perempuan itu santai. Dan pastinya Jaka terkejut.
"Nggak ada? maskudnya?"
"Iya nggak ada, saya hidup sendirian mas."
"Apa? kok bisa?" Jaka semakin keheranan.
"Ya bisa lah, masa nggak bisa."
"Emang mba nggak punya keluarga? Misal suami atau.."
"Suami? Nggak punya mas."
"Oh, mba belum nikah?"
Perempuan itu mengulas senyum dan sedikit tertawa renyah kemudian dia berkata.
"Aku janda mas.."
Waduh
@@@@@@
Perjaka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Al^Grizzly🐨
katanya banyak tatto...ini yg di bawah polos
2024-01-27
1
Bandoel SarKas
si Joni mulai bangun
2023-07-03
0
Arjuna Bayu
dir mase'h ☝️☝️☝️
2023-06-24
0