Dijual oleh Ayah kandungnya sendiri sebagai pengganti taruhan berjudi, Zena gadis berusia 21 tahun yang pergi dari rumah, dia meminta pertolongan dari ibu kandungnya, tidak disangka, ditempat ibu kandungnya dia hampir dilecehkan oleh Ayah tirinya,
Depresi, trauma sempat mengguncang jiwa Zena, lalu tidak disengaja dewa penyelamat datang, Steven Fernando, pria berusia 35tahun yang sudah 3 tahun bertahan dengan statusnya yang Duda,
Setelah diselamatkan oleh Steven, siapa sangka hidup Zena semakin hancur, Steven meminta Zena menjadi partner ranjangnya,
Ancaman akan dikembalikan pada rentenir paruh baya itu dan keselamatan keluarga ibunya mengakibatkan Zena menurut patuh menyetujui semua syarat dan peraturan yang diberikan Steven
Hari demi hari Zena menjadi partner ranjang dari seorang Steven yang mempunyai libido akut,
Akankah Zena bisa bertahan dan mencintai Steven
Jika berjalan maju membuat Zena menelan kepahitan, dan jika berjalan mundur Zena akan membuat keluarga ibunya hancur.
Seperti apa kisahnya, ayok kita simak cerita Zena dan Steven
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11_Kepulangan Steven
Sudah 1 minggu Zena dan Steven tak bertemu, tak ada kabar dari Steven, dan Zena pun sudah bekerja di perusahaan SC Group sebagai model, pemilik perusahaan yang tempat Zena bekerja sangat baik padanya, beberapa kali jika Zena tak ada pasangan, CEO perusahaan SC group akan menyerahkan dirinya sebagai pasangan Zena
Riski Cort adalah CEO dari perusahaan SC Group, pria berparas tampan berusia 30 tahun dengan wajah blasteran membuat semua karyawannya terpukau, perusahaan yang baru 1tahun dia pimpinan sudah menujukkan perkembangan yang pesat, sikapnya yang selalu tersenyum membuat semua karyawan tak ingin pulang ke rumah,
Tapi tak ada yang tahu sisi Riski yang sesungguhnya, mereka hanya menyakini bahwa boss mudanya ini sangat tampan dan berwibawa
"Terimakasih Tuan" Ucap Zena yang baru saja melakukan pemotretan dengan pemilik perusahaan tempat dia bekerjasama bekerja
"Sama-sama, Oh iya aku antar pulang ya, ini sudah larut malam" Riski melihat jam dipergelangan tangannya sudah menujukkan pukul 21.30
"Tidak usah Tuan Riski, saya sudah ditunggu oleh Nida" Tolak Zena dengan halus, bisa gawat jika sekertaris sekertaris Nanda mengetahui dia diantar dengan seorang pria, apalagi sekertaris sekertaris Nanda akan selalu menunggu kepulangan Zena selama Steven melakukan perjalanan keluar negri
"Nida sudah aku suruh pulang, aku sengaja ingin mengantarkan kamu pulang, karna aku ingin lebih dekat denganmu"
Zena tersenyum kikuk, di dalam hatinya dia sangat bingung, dia bingung harus menjawab apa, beberapa hari ini Tuan Riski pemilik perusahaan SC group selalu meminta untuk mengantarkannya pulang.
Tiba-tiba ponsel Zena bergetar, terdapat notif pesan masuk dari sekertaris Nanda
"Cepat pulang Nyonya, karna Tuan Muda sudah pulang dan mencari anda"
Mata Zena membulat, dia bergegas memakai jaketnya lalu berlari meninggalkan Riski yang mematung,
Sampai diluar perusahaan Zena mencari taksi tapi karna hari sudah larut malam, Zena tak mendapatkan taksi, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki, sampai di mana dari arah belakang mobil sport berwarna hitam datang dan berhenti di dekat Zena
"Masuk Zen, hari sudah larut malam, sangat susah untuk mencari taksi, dan malam rawan dengan begal"
Ucapan Tuan Riski mampu membuat Zena ketakutan, dia takut jika dilecehkan, bayangan Ayah tirinya tiba-tiba terlintas dipikirannya, dengan terpaksa Zena masuk kedalam mobiRiski
"Terimakasih Tuan"
"Jangan panggil Tuan, panggil saja Riski, bukankah semua model memanggil namaku tidak menggunakan embel-embel Tuan? Jawab Riski sambil fokus menyetir mobil
" Dimana rumahmu? " Sambungnya lagi saat Zena gelisah
"Rumah saya masuk kedalam jalan kecil dan sempit, Tuan eh maksudku boss Riski, anda bisa turunkan saya di alamat ini, di dekatnya ada gang kecil"
"Bos? panggil aku mas"
"M-mas? tapi saya tidak terbiasa, menurut saya panggilan boss sudah mewakili dan sangat cocok"
"Tidak, panggil aku mas"
"Baik m-mas" Ucap Zena kaku, lidahnya terasa kesleo saat memanggil bossnya dengan sebutan mas
Riski mengangguk dia tersenyum saat Zena memanggilnya dengan sebutan mas
"Kenapa tersenyum? " Tanya Zena
"Aku suka kamu memanggilku dengan sebutan Mas"
Setelah beberapa menit, akhirnya Riski memikirkan mobilnya di depan jalan kecil yang ditunjukan Zena,
"Di dalam sangat sepi, aku akan antar sampai depan rumahmu" Ucap Riski sambil melepas sabuk pengamannya tapi dicegah oleh Zena, tak sengaja tangan Zena menyentuh tangan Riski
"Maaf mas, kamu tidak usah mengantarkan aku, didalam sana ramai kok" Ucap Zena langsung membuka pintu mobil, lalu menunggu sampai mobil Riski berjalan, setelah melihat mobil Riski berjalan, Zena berlari cepat, bersyukur jarak perumahan suaminya dengan jalan setapak itu tidak terlalu jauh
"Hei Nyonya kenapa berlari" Ucap pak satpam penjaga perumahan
"Tidak apa-apa pak, aku hanya lelah dan ingin beristirahat lebih cepat"
"Anda jangan berlari Nyonya
" Dan hati-hati Nyonya, kau bisa membayahakan dirimu jika berlari secepat itu"
Zena sekan tuli dia mengabaikan ucapan pak satpam, dia berlari lalu membuka gerbang rumah suaminya
Terlihat mobil Steven terpakir mulus dihalaman rumah yang cukup luas, perlahan Zena mengusap wajahnya yang dipenuhi oleh keringat, dan berjalan mengendap-endap masuk kedalam rumah berharap suaminya sudah tertidur dan dia bisa tidur di kamar tamu, diliriknya jam tangan yang melekat di pergelangan tangannya
"Aduh sudah jam 10 malam"
"Semoga saja dia sudah tidur karna kelelahan" Gumam Zena dari dalam hatinya
Zena melihat lampu di rumah suaminya sudah ada beberapa yang dipadamkan, dengan jurus andalannya dia mengambil langkah cepat, dia memencet tombol lift tapi tidak bisa, liftnya sudah mati, dengan kesal Zena menaiki tangga, terlihat bi sari berjalan menghampiri Nyonya mudanya yang mau menaiki tangga
"Nyonya" Ucap bi Sari
Zena yang mendengar bi sari memanggilnya segera memberi instruksi untuk diam
"Husttt, diam"
"Bibi diam, apa Steven sudah tidur? jika sudah, Bibi bisa membangunkannya,
" Bagaimana jika dia marah, Bibi tidak mau kan membangunkan singa tidur, aku juga tidak mau bi, takut diterkam hahaha"
"Sekarang Bibi diam ya, Bibi kembali ke kamar Bibi dan beristirahatlah ini sudah malam"
Bi sari diam, semakin mendengarkan ucapan Nyonya mudanya semakin juga dia mengerutkan keningnya "Marah? singa? Nyonya-" Belum selesai bi sari berbicara, Zena sudah memotong ucapannya,
"Bi, dia sudah tidur kan?
"Bi, aku lapar, apa ada makanan untuku? aku lupa membeli makanan"
"Nyonya"
"Ish Bibi, dia sudah tidur kan,! "
Bi sari menunduk, "Tuan muda belum tidur Nyonya, bahkan dia yang menyuruh saya menghampiri Nyonya disini"
Mata Zena membulat, dia melihat kesekeliling ruangan, alangkah terkejutnya saat Zena tak sengaja menatap seseorang yang sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kedua kakinya di atas meja
"Kenapa bibi tidak berutahu aku dulu jika dia ada disana, jika sudah seperti ini habislah nasibku, Kira-kira ucapanku terdengar tidak yang membangunkan singa tidur" Tanya Zena dengan wajah pucat pasi
"Nyonya, ucapan saya selalu dipotong oleh Nyonya saat bibi mau memberitahu keberadaan Tuan Muda pada Nyonya"
"Matilah aku bi, Bibi temani aku hadapi singa itu"
"Nyonya, Bibi juga takut"
"Bibi mau pergi dulu"
"Ets, Bibi disini saja, temani aku" Tarik lengan bi sari dengan kencang
"Ekhem'" Deheman Steven mampu membuat Zena dan bi sari yang sedang mengobrol terdiam
Steven berjalan mendekat lalu menyuruh bi sari pergi dan memperingatkan pada bi sari untuk memberitahukan bahwa tak ada yang boleh keluar dari kamarnya sampai esok
"Bi, jangan pergi" lirih Zena yang tak mau melepaskan genggamannya
"Biarkan dia pergi! " Pekik Steven membuat tangan Zena langsung terlepas dari tangan bi sari,
Glek, Zena menelan salivanya dengan susah payah
"Apa yang dia lakukan, kenapa wajah tampannya sama sekali terlihat mengerikan seperti singa marah, apa dia mendengar ucapanku tentang singa marah? , ya Tuhan aku tarik lagi ucapan singa marah itu menjadi malaikat bersayap agar dia terbang dan tidak menemuiku kembali" Gumam Zena dalam hati dia menundukkan kepalanya tak berani menatap suaminya yang sedang marah
"Ikut aku" Steven menyeret tubuh Zena dengan paksa
Note : Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
-Like
-Komen
-Favorite
Vote
dan- Hadiah🎁
Bersambung😘