" Kumohon Tuan! lepaskan aku! aku tahu kau tak pernah mencintai ku, kau hanya mencintai kakak ku, dan menganggap ku hanya bayang-bayang dari Kakak ku Sania."
"Aku tak ingin terjebak pernikahan ini selamanya! aku menikahi mu karna kakak ku yang memintanya, bergitu pun diri mu, tak akan pernah terjadi cinta di antara kita! lepaskan aku Tuan, aku juga ingin bahagia!"
Barley dan Sania sudah merencana kan pernikahan mewah, mengingat Barley adalah putra tunggal dari milioner bernama Hasta Raja Prawira.
Disaat pernikahanya tinggal menunggu waktu,.Barley harus kehilangan Sania, calon pengantin yang sangat ia cintai.
Selain itu Barley mengalami patah kaki karna tulangnya yang retak hingga harus menggunakan kursi roda.
Barley menjadi putus asa, keluarga juga memutuskan untuk menjodohkan Barley dan Santi, selain menjadi istri,.tugas Santi adalah merawat anak mereka yang cacat sementara karna mengalami keretakan tulang pada kakinya.
Sanggupkah Santi bertahan dalam menghadapi sikaf arogan dari suaminya tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan ada cinta
Santi membawa Barley kekamar mandi, dengan pasrah Barley mengikuti saja kemana Santi membawanya.
Sesampainya di kamar mandi, Santi langsung menguyur Barley dengan air shower, hingga Barley hampir kehabisan napas karna tak bisa terus di guyur oleh Santi.
Setelah merasa cukup, Santi menutup showernya hingga air tak lagi mengguyur tubuh Barley.
Ha ha ha, nafas Barley terengah-engah, sementara Santi tersenyum puas karna bisa mengerjai tuan muda yang angkuh tersebut.
Sepertinya dia sengaja membuat ku celaka.batin Barley.
Santi pun menggosok tubuh Barley dengan
spon lembut, dari kepala hingga wajah Barley, kali ini Barley tak tinggal diam.
"Hey, apa yang kau lakukan?! kau sengaja ingin menyakitiku?!" tanya Barley dengan mata terpejam karna karna tertutup busa sabun mandi.
Santi tertawa tertahan, dengan kelakuan usilnya.
Biar saja kali ini aku mengerjai tuan muda yang sombong ini, seenaknya saja ia ingin membeli kesucian ku, batin Santi.
Setelah menggosok keseluruh tubuh Barley ia pun menyiram air melalui shower untuk menghilangkan busa sabunnya.
Lagi-lagi Santi mengerjai Barley, ia terus menyiram air tersebut hingga membuat Barley kembali lemas.
"Ha ha ha, kau ingin membunuh ku ya?!"tanya Barley dengan emosi.
"Tuan jangan berteriak aku tidak budek," sahutnya seraya memekik di telinga Barley.
"Kau yang berteriak di telinga ku!"Barley mendengus.
Santi kembali tersenyum, rasanya bahagia melihat tuan muda yang arogan tersebut menderita.
Setelah mandi, Santi kembali membawa Barley ke kamar, Ia mengenakan Barley bathrobes agar pria tersebut tak merasa kedinginan.
Seperti perawat profesional, Santi harus melakoni tugasnya sebagai istri dari Barley.
Kehidupan rumah tangga yang mereka jalani, tak seperti rumah tangga pasangan pengantin baru seperti yang lainya.
Selain tidak saling mengenal, mereka juga tak saling menyukai.
Santi menarik kemeja yang disusun rapi di di lemari pakaian.
Ia menarik celana boxser untuk Barley agar nyaman di pakai sehari-hari.
Dengan telaten Santi mengenakan pakaian tersebut kepada Barley.
Yang paling sulit adalah mengenalan celana boxernya, dimana ia harus menggankat tubuh Barley, meski sulit tapi Santi tak menyerah.
Setelah menggunakan pakaian lengkap, dengan telaten ia pun menyisir rambut Barley, sementara Barley hanya mampu menatap sinis wanita yang telah resmi menjadi istrinya tersebut.
Santi memberi bedak tabur pada wajah Barley, dan tentu saja Barley merasa risih.
"Apa yang kau lakukan?!" bentak Barley.
"Kau tenang saja tuan, aku ingin melihatmu terlihat tampan saja, atau ku poles lipstick ini saja, biar kau terlihat lebih canti?"tanya Santi seraya menyodorkan lipsticknya ke bibir Barley.
"Aku akan membunuhmu jika kau lakukan itu!"teriak Barley.
"Ha ha ngak jadilah, aku jadi takut," ucapnya dengan nada mengejek.
Setelah memandikan Barley dan memakaikanya pakaian.
Santi pun menuju kedapur untuk mengambil makan siang Barley.
Barley menatap kepergian Santi dengan tatapan kebencian, gadis itu begitu merendahkan dirinya.
Santi kembali setelah beberapa saat dengan membawa nampan berisi makan siang untuk Barley.
"Ayo makan dulu tuan muda," ucap Santi.
Barley menatap sinis kearah wanita tersebut.
"Aku bisa makan sendiri," ucapnya dengan ketus.
Santi pun menarik kursi roda Barley agar menghadap kearahnya.
"Ayo makan!" Seru Santi.
"Aku tidak mau makan!" Bentak Barley seraya menepis sendok yang di sodorkan Santi ke mulutnya.
Nasi tersebut tumpah, namun Santi tak menyerah, ia kembali menyodorkan makanan tersebut kembali ke mulut Barley, seraya menendang pelan kaki Barley yang terbalut kain kasa.
"Aw,"Barley memekik tertahan dan saat ia membuka mulutnya, Santi langsung memasukan makanan tersebut kedalam mulut Barley.
Akhirnya nasi tersebut masuk kedalam mulut Barley dan dengan terpaksa Barley pun mengunyah kemudian menelannya,dengan tatapan sinis kearah gadis tersebut.
Santi kembali menyodorkan nasi ke dalam mulut Barley, Barley hendak menepis tangan Santi dengan tangan kirinya, tapi Santi duluan menginjak kakinya hingga membuat ia kembali memekik tertahan.
"Aw" pekiknya seraya mengunyah makanan yang di sumpalkan kemulutnya.
Santi tersenyum kearah Barley yang menatapnya dengan amarah.
"Kau bisa apa tuan muda? Sebaiknya kau jangan mempersulit pekerjaan ku," ucap Santi dengan senyum smirknya.
"Hari ini kau bisa mempermainkan ku lihat saja, suatu saat aku akan membuatmu menderita di tangan ku," dengus Barley.
Santi hanya tersenyum mendengar ancaman Barley.
"Silahkan saja tuan muda, tapi sepertinya kau harus punya tenaga lebih untuk membalaskan dendammu, setidaknya kau harus sembuh dulu,"ucap Santi seraya tetap tenang sembari menyuapi Barley.
Santi terus memaksa suaminya tersebut untuk makan, ia terus mengancam Barley seraya menendang kaki Barley jika ia tak mau membuka mulutnya, dengan terpaksa Barley membuka mulutnya, karna tak ingin kakinua yang terluka terus-terusan di tendang oleh Santi.
"Habis!" seru Santi ketika menyuapi suapan terakhir untuk Barley.
"Sekarang minum tuan muda," ucapnya sambil menyodorkan segelas air putih kepada Barley.
Santi meletakan gelas kosong tersebut di atas nampan, ia begitu senang melihat Barley yang mendengus kesal terhadapnya.
"Baiklah tuan, siang ini tugas ku sudah selesai, setelah ini kau bisa nikmati waktu mu sendiri, aku juga ingin menikmati waktu ku tanpamu," ucap Santi ketus, ia pun beranjak dan meninggalkan Barley yang masih kesal terhadapnya.
Saat membuka pintu Santi malah bertemu berpapasan dengan Andini.
"Santi bagaimana Barley? Apa dia mau makan?"tanya Andini.
"Iya Nyonya, tuan muda Barley sudah menghabiskan makanannya dengan lahap, lihatlah semua piringnya terlihat kosong," papar Santi seraya menunjukan piring dan mangkok kosong di nampan.
Andini tersenyum bahagia, sebelumnya Barley sulit untuk sisuruh makan.
"Bagus kalau begitu, sudahlah simpan nampanyanya,aku ingin bicara pada putraku empat mata."
"Baik nyonya," ucap Santi seraya berlalu.
Andini masuk ke kamar Barley, dilihatnya wajah putranya tersebut terlihat kesal.
"Kenapa kau terlihat kesal Barley, apa Santi yang membuatmu kesal?"tanya Andini.
"Dia memaksaku untuk makan dan menghabiskan makanan itu Mommy, aku ingin dia pergi dari sini!" pinta Barley.
Andini tersenyum menyeringai kearah Barley, "Kau tenang saja, saat ini mommy membutuhkannya untuk merawat mu, setelah kau sembuh, kita campakan saja dia," ucap Andini sedikit berbisik.
"Aku sudah tak tahan Mommy, jika saja dia bukan adik dari Sania,kekasihku maka detik ini juga akan ku buat dia menderita," ucap Barley penuh dendam.
"Justru itu, kau harus segera sembuh agar kau bisa membalas dendam terhadap perempuan itu, " bujuk Andini.
"Lusa kita ke Jerman di sana mommy punya kenalan dokter spesialis tulang terbaik di dunia, Mommy yakin kau bisa kembali seperti sediakala."
"Iya mommy, aku sudah tak sabar untuk membuat gadis itu menderita,"ucapnya sambil menggeram mengepal tanganya.
"Tapi kau jangan sampai tertarik apalagi jatuh cinta kepada gadis itu Barley, karna mommy akan menjodohkan mu dengan gadis yang lebih pantas untuk mu,"ucap Andini.
"Cuih aku tak sudi, mendengarnya saja aku muak," ucap Barley, dengan rahang yang mengeras.
"Ok, kalau begitu kau harus minum obat secara teratur jangan sampai dia terlalu lama merendah kan mu," ucap Andini.
Barley menggangguk setuju, jika selama ini ia tak terlalu berharap untuk sembuh, kini ia berharap bisa segera sembuh agar bisa membalas perbuatan Santi terhadapnya.
"Lihat saja Santi, setelah aku sembuh, akan ku buat kau hidup segan mati tak mau," dengus Barley dengan senyum menyeringainya.
Andini keluar dari kamar tersebut dengan tersenyum, "Bagus, dengan memprofokasi mereka berdua aku bisa membuat Barley bersemangat lagi untuk sembuh, serta membuatnya membenci Santi, agar aku bisa menjodohkan Barley dengan Amora," guman Andini.
Bersambung dukung karya author dengan like, komen vote dan hadiah, terima kasih reader yang baik.
sama aja barley nyakitin santi, menggunakan kesempatan yang ada.
terjeda bukan terjedah
bersikap...bukan bersikaf...