Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 02
ALMO DA COSTA
Suara desahan kecil yang keluar dari mulut Luna, sungguh tak akan pernah Almo lupakan. Air mata yang mengalir dari ekor mata Luna pun tak akan pernah terlupakan saat dia menjilatnya dan merasakan tubuhnya menyatu dengan wanita asing.
Setelah melakukan hal bejatnya, Almo mengenakan kembali pakaiannya, meneguk segelas beer sebelum akhirnya dia pergi keluar meninggalkan Luna begitu saja, dalam keadaan telanjang dan tengkurap malu sambil menangis sesenggukan.
“I like our fuck!” ucap Almo sebelum dia benar-benar pergi.
...***...
Luna berjalan lingai. Tubuhnya lemas, area kewanitaannya juga masih terasa sakit akibat permainkan yang Almo berikan dengan paksa. “Pria sialan! Mereka semua sialan!” umpat Luna hingga geram sendiri.
Tentu saja, dia merasa ditipu. pria bernama Almo itu rupanya pandai berbahasa inggris, lalu kenapa harus menyewanya, lalu memperkosanya.
“Menjijikan." Gumam Luna sembari mengusap lengannya dengan merinding. Dia masih bisa merasakan lidah basah Almo di kulitnya.
Ceklek! Luna baru saja melangkah masuk ke sebuah apartemen sederhana, tempat tinggalnya bersama sahabatnya— Biel Monroe! Wanita cantik dengan rambut pirang sedikit bergelombang.
“Luna! Kau tidak akan percaya, hari ini aku mendapat tip berlipat ganda karena para orang kaya yang menyukai gerakan baruku di tiang! Besok aku akan mengajakmu— ” Wanita cerewet itu terbungkam saat dia melihat wajah murung Luna dengan bekas air mata di kedua bulu mata lentiknya.
“Hey! Kau baik-baik saja? Kenapa? Katakan... apa ada yang menghinamu lagi?” tanya Biel si wanita pengertian, meski dia cerewet.
Mendengar pertanyaan itu, Luna tentu saja menahan air matanya sambil menggeleng kecil dan tersenyum. “Tidak ada. Aku hanya lelah! Maaf, aku akan mendengarkan mu besok!” ucap Luna yang masih muram hingga dia berjalan melewati temannya dan masuk ke kamar.
Sesampainya di kamar, Luna langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dalam posisi tengkurap. Saat ia menutup mata untuk menghilangkan keburaman akibat air matanya yang terkumpul di balik kelopak mata— Luna kembali terbayang akan adegan panasnya dengan Almo.
“Aarrgghhh~ ”
Suara erangan yang seksi dari pria tampan bermata indah. rahang tegas, tatapan tajam. Luna memperhatikan semuanya saat mereka beradu pandang.
Kini dia hanya bisa meremas kuat kepalan kedua tangannya dengan geram.
...***...
“Apa aku harus melempar jasadnya ke kandang Citah?" tanya Enzo, si pria berjas yang sempat bertemu dengan Luna juga di club.
Kini pria itu tengah berdiri bersama seorang pria berkaos hitam yang sibuk menghisap rokok di kegelapan malam. “Hhfffuuuu....” Asap mengepul ke udara saat Almo menghela mengeluarkan asap rokoknya.
“Penggal kepalanya dan kirim ke keluarganya.” Pinta Almo dengan tatapan datar tak peduli reaksi apa yang akan muncul dari keluarga pria bernama Liam Jackson. Masih ingat? pria yang duduk di sebelah Enzo.
Itu adalah taktik dan permainan Almo. Dia memiliki alasan tersendiri dengan menutupi identitasnya sebagai mafia. Sudah 3 tahun ia bertahan seperti ini, hanya untuk permintaan sang ayah tercintanya yang sekarat dan tak bisa bergerak, hanya terbaring di atas kasur dan menunggu ajal menjemput.
“Baik Tuan Almo." Enzo mengeluarkan sebuah pisau besar dari dalam bagasi mobil. Terlihat Liam Jackson yang saat ini tergeletak tak bernyawa dengan bersimbah darah akibat penyiksaan yang Enzo lakukan atas perintah tuannya, Almo Da Costa.
Tanpa banyak bicara, Enzo dengan lihainya mulai menggorok leher pria malang itu hingga putus. Dan Almo sendiri hanya berdiri menatap lekat tanpa menunjukkan wajah jijik ataupun takut, seperti seseorang yang sudah terbiasa melihat adegan seperti itu.
Kini sarung tangan hitam Enzo berlumuran darah. “Tuan Almo! Mereka akan bertanya soal Anda, apakah aku harus mengungkap identitas Anda?" tanya Enzo.
“Jangan. Biarkan ini berjalan seperti sebelumnya.” Pintanya yang masih memilih menutupi identitasnya.
Tak banyak basa-basi, Enzo pria yang sangat cekatan sehingga Almo sendiri sangat mempercayainya dan sangat suka dengan semua pekerjaan yang pria itu tuntaskan dengan cepat.
Almo membuangnya rokoknya tepat di kakinya, lalu berjalan ke arah mobil hitam lainnya. “Dan iya, buat wanita penerjemah itu tak bisa berkutik di kepolisian. Aku yakin dia akan melapor ke sana!" ucap Almo menyeringai licik hingga akhirnya dia masuk ke dalam mobil yang ia kendarai sendirian.
Enzo hanya mengangguk faham dan melihat kepergian mobil bosnya. Sedangkan dia dan dua anak buah yang dia bawa, dengan segera membungkus jasad Liam, memisahkan kepalanya ke kantong plastik lainnya untuk dikirim ke keluarga Jackson.
...***...
Keesokan harinya. Biel sama sekali tidak melihat temannya itu keluar dari kamar, dan ini sudah memasuki siang hari bahkan tepat di jam makan siang.
Tok! Tok! Tok!
“Luna!! Kau yakin baik-baik saja?? Aku khawatir, katakan saja jika ingin bercerita!” ucap wanita dengan Cepol tinggi.
Sudah berkali-kali wanita itu mengetuk pintu kamar Luna, namun masih tak ada jawaban hingga beberapa menit kemudian, barulah pintu terbuka dan memperlihatkan Luna yang sudah mandi segar.
“Maaf, aku kesiangan!” ucapnya yang selalu tersenyum ramah. Ya! wanita itu memanglah ramah terhadap siapapun, sehingga di pikiran Luna hanya ada positif thinking. Namun kini dia sudah merubah pikiran tersebut.
Bahkan— “Kau... Rambut panjang mu... ” Biel terkejut melihat rambut Luna menjadi pendek, meski itu tak memudarkan kecantikannya, tetap saja Biel terkejut karena Luna sendiri pernah bercerita tentang rambut panjangnya yang sangat dia sayangi.
“Kau yakin baik-baik saja?” tanya nya masih khawatir.
“Sekarang sudah baik!” balas wanita itu yang sudah tak memperdulikan akan rambutnya.
Luna hanya ingin membuang kepanikannya agar tak menjadi wanita depresi karena pemerkosaan itu. Meski sepele, tapi bagi seorang wanita itu bukanlah hal sepele.
.
.
.
Sisilia — Italy
Mansion Da Costa
Langkah kaki panjang dan cepat, diikuti oleh beberapa pasang kaki lainnya yang berada di belakangnya. Almo dengan kaos hitam dan jas hitamnya, berjalan tergesa dan panik saat mendapat kabar dari Mansion tentang keadaan ayahnya.
“Dov'è mio padre? (Dimana ayahku)?" tanya tegas Almo kepada penjaga kamar ayahnya.
“Nyonya Lorella mengirim medisnya untuk mengambil paksa Tuan Morrone kembali ke Milan.” Jelas penjaga tadi malah memancing emosi Almo.
Pria itu terlihat menahan amarahnya hingga mengepalkan tangannya. Dengan gerakan cepat, dia langsung membenturkan kepala anak buahnya itu ke tembok hingga berdarah. “Seharusnya kau mencegahnya.” Ucap Almo dengan suara serak beratnya itu.
Pria itu langsung bergegas pergi. Tentu saja dia akan mengambil ayahnya kembali. Lorella adalah ibu tirinya, namun Almo sangat membencinya karena alasan tersendiri.
“Fucking Lorella!” umpat Almo yang benar-benar kesal. Selama 3 tahun dia harus berpura-pura mengabdi kepadanya atas perintah ayahnya. Namun kali ini dia tak akan tinggal diam saja. 3 tahun sudah cukup bagi Almo Da Costa untuk menahan emosinya.
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung