NovelToon NovelToon
Secretly Loving You

Secretly Loving You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:9.7M
Nilai: 5
Nama Author: ErKa

"Dear hati ...

Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"

Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.

Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.

Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.

Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?


~Secretly Loving You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 10 - Ada Apa Dengan Pikiranku?

Ketika aku tengah berjalan hilir mudik di depan ruangnya, tiba-tiba pintu itu terbuka. Orang yang menjadi pikiranku berdiri di sana.

"Arsha, apa yang kamu lakukan?" Aku terbatuk-batuk. Serasa tersedak ludah sendiri.

"B-boleh saya masuk Pak?"

***

Aku berada di ruangan itu selama kurang lebih setengah jam. Sebenarnya cukup canggung dan gugup, tapi rasa bersalah jauh lebih besar. Aku melakukan pengakuan dosa. Tentu saja dengan mata berkaca-kaca yang berusaha kusembunyikan.

Pak Armand menatapku dengan tatapan tak terbaca. Dan menanggapi pengakuanku hanya dengan sebaris kata, "Lain kali lebih hati-hati dan teliti lagi."

Selesai mengatakan itu, aku disuruh melanjutkan pekerjaan. Mau tak mau aku keluar dari ruangan.

Siang itu kulanjutkan pekerjaan dengan perasaan bersyukur sekaligus gamang. Menyumpahi diri sendiri atas kelalaian yang telah kulakukan. Berjanji untuk tidak lagi mengulang.

Menjelang pukul lima sore, Pak Haidar ke mejaku.

"Arsha, pulangnya aku antar ya?" Tanpa babibubebo, dia langsung berkata seperti itu. Aku menatapnya dengan bingung. Mulutku sudah terbuka, bersiap untuk menolak ajakannya ....

"Arsha, berkas ini diinput hari ini ya." Pak Armand datang dengan setumpuk berkas di tangan. Beliau meletakkan berkas itu di atas meja. Dua pria dewasa berdiri di depanku. Tak beranjak dari sana, seolah-olah menunggu jawaban.

"Ah ya Pak, akan saya kerjakan hari ini," jawabku sembari berdiri dengan posisi tubuh sedikit membungkuk. Puas mendengar jawabanku, Pak Armand segera berlalu tanpa menyapa Pak Haidar yang juga berada di sana.

"Maaf Pak. Saya masih banyak pekerjaan. Belum bisa pulang ...."

"Pencairannya siapa sih?" Pak Haidar memeriksa file di meja. "Ini masih bisa dipending. Bisa diinput besok-besok. Orangnya baru bisa akad beberapa hari lagi," ungkapnya.

"Ayo pulang. Beberapa hari ini kamu pulang malam terus. Sesekali pulang on time lah."

"Mohon maaf Pak. Saya harus mengerjakannya. Saya juga dijemput orangtua, jadi tidak perlu diantar Pak," tolakku.

"Atasan macam apa yang membiarkan bawahannya lembur terus. Ya sudah, mungkin lain kali." Beliau berlalu sembari menggerutu. Terlihat tak puas dengan jawabanku.

Pak Haidar cukup gencar mengirimiku pesan. Entah apa maksudnya.

Pak Haidar memiliki tinggi sekitar 175 cm. Perawakannya tegap dengan rambut ikal. Hidung mancung dengan mata sedikit besar. Kumis dan jambang tipis menghiasi wajahnya, sedangkan bibirnya sedikit bervolume. Tipikal wajah kearab-araban. Perkiraanku, usia beliau hampir sama dengan Pak Armand. Mungkin akhir dua puluhan.

Berbeda dengan Pak Armand, Pak Haidar tipikal pria yang ramah. Banyak senyum kepada semua orang. Tipikal pria seperti beliau, lebih tepat menjabat sebagai head of operation dibanding Pak Armand. Kenapa aku mengatakan seperti itu? Karena divisi operasional itu mengutamakan pelayanan dan kepuasaan nasabah. Itu artinya dituntut orang yang memiliki pembawaan luwes. Tidak kaku. Sementara Pak Armand, lebih cocok memimpin tim lending. Pembawaannya yang kaku dan mendominasi akan membuat debitur segan bila harus menunggak angsuran.

Meskipun berwajah datar, kaku dan berbicara seperlunya, tapi entah mengapa aku lebih mempercayai Pak Armand dibanding Pak Haidar.

Dari bias mata Pak Haidar, terlihat kilatan tak biasa. Memang dia mempesona, namun aku merasa tidak nyaman. Entahlah, aku pun tak mengerti perasaanku.

Bila dipikir-pikir, aku merasa lebih aman bila bersama Pak Armand. Entah mengapa aku merasa Pak Armand bisa dipercaya dan tidak mengancam. Padahal kalau ditilik dari postur tubuh, harusnya Pak Armand lebih mengancam.

***

"Sudah selesai?" Pak Armand tiba-tiba muncul ketika aku tengah membereskan barang-barang yang bergeletakan di meja.

"Eh, iya. Sudah Pak."

"Ayo pulang."

"I-iya ...." Beliau berjalan lebih dulu, aku mengekorinya, bagai anak ayam yang mengikuti induknya. Kutatap punggung tegapnya.

Semenjak peristiwa tadi pagi, pandanganku terhadapnya menjadi berubah. Aku tidak akan memanggilnya 'Pak Kaku' lagi. Kupanggil 'Pak Dewa' saja. Karena beliau sudah menjelma menjadi dewa penolong. Ada dewa kaku seperti dia nggak sih?

"Mau makan dimana?" tanyanya lagi, begitu kami telah mencapai banking hall.

"Di depan Pak," jawabku sembari menunjuk jalan raya.

"Ada makanan apa?"

"Nasgor, migor. Lalapan juga ada."

"Ayo."

"Hah?"

"Aku juga belum makan. Bareng aja." Pria itu langsung ngeloyor pergi. Mau tak mau, aku pun mengikutinya.

Di sepanjang jalan Gajah Mada dipenuhi dengan pedagang kaki lima. Berbagai jenis makanan ada di sana. Sistem makannya berupa lesehan. Yaitu duduk di atas tikar yang digelar di trotoar.

"Ada yang pedas nggak?"

"Em, kalau Bapak pesannya minta pedas, pasti akan pedas Pak ...."

"Kamu makan apa?"

"Saya nasgor ...."

"Ya sudah, aku nasgor juga. Gerobak yang mana?"

"Itu Pak." Aku menunjuk gerobak berwarna kuning dan hijau. Tanpa banyak tanya, beliau berjalan mendahuluiku. Lagi-lagi aku mengekorinya.

Satu hal lagi yang kutahu dari Pak Armand. Beliau menyukai makanan pedas. Nasi gorengnya dipenuhi dengan cabe tumbuk, cabe irisan maupun cabe utuh. Beliau memakannya seolah-olah tidak pedas sama sekali.

Aku cukup suka pedas juga, tapi tidak sebarbar beliau. Satu atau dua cabe sudah cukup dalam setiap makananku.

Seperti biasa, kami makan dalam diam. Aku mencoba fokus pada makananku, hanya berpura-pura fokus, karena pada kenyataannya keberadaan beliau tetap mencekamku.

Setelah lima belas menit tanpa sepatah kata terucap, akhirnya kami menyelesaikan acara makan malam kami. Beliau berdiri lebih dulu dan menghampiri penjual nasgor. Melihat indikasi akan dibayari, aku ikut-ikutan beranjak.

"Punya saya berapa Pak?" tanyaku sembari merogoh dompet.

"Sudah dibayari suaminya Dek." Ucapan Bapak Penjual Nasgor membuat wajahku memerah.

Duh, kenapa si Bapak mengira Pak Armand suamiku sih? Apa kami cocok sebagai pasangan? Itu artinya aku cukup cantik ya? Secara Pak Armand ganteng, meskipun kaku kayak kanebo kering. Duh, kenapa pikiranku jadi kemana-mana sih?

"Ah, b-beliau atasan saya Pak. Bukan suami saya," ucapku. Cepat-cepat meralat seraya menatap wajah Pak Kaku eh Pak Dewa yang seperti biasa, datar-datar saja. Hah, ternyata hanya aku saja yang merasa bingung dan senang.

What?? Aku senang?? Dianggap sebagai istri Pak Armand aku senang? Ada apa denganku? Mengapa aku bisa senang? Apa otakku sedang tidak waras?

"B-berapa tadi Pak? Saya bayar sendiri ...."

"Jangan membuatku malu. Ayo pulang."

"Tapi Pak ...." Pak Armand telah berjalan menjauh. Tidak menggubrisku. Lagi-lagi aku mengekorinya.

Bahkan hanya berjalan saja dia terlihat gagah. Pundak lebar dengan otot bahu liat yang tercetak dalam setelan. Kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Otot pahanya terlihat sangat kokoh. Berjalan dengan penuh rasa percaya diri. Dan b*kongnya ....

Argh!! Aku mikir apa sih? Kenapa anak perawan sepertiku bisa memperhatikan pria dewasa dengan sedetail ini?! Ada apa dengan pikiranku? Kenapa jadi mesum seperti ini? Astaga!!

"Lho, Bapak mau kemana? Mobil Bapak di sebelah sana." Aku menunjuk Xpander Silver yang terparkir di depan kantor, sementara Pak Armand berjalan ke arah sebaliknya.

"Ayo cepat."

"Tapi, Bapak mau kemana?" tanyaku setelah berhasil menyusulnya.

"Mengantarmu pulang."

***

Happy Reading 🥰

NB : Sisa 1 eps utangku untuk minggu ini ya 😅🙏

1
Endang Sulistia
bagus banget Thor...
Endang Sulistia
huuff...akhirnya sadar juga si nadya
Endang Sulistia
ada ya cewek kayak Nadya.,pengen aja nampol pala nya biar normal
Endang Sulistia
BESTie Abang si nay rupanya
Endang Sulistia
gak mungkin ...mencurigakan
Endang Sulistia
gini kan enak...rame jadinya
Endang Sulistia
kenapa nih si Nadya?
Endang Sulistia
jaga martabat ortumu nay..
Endang Sulistia
duuaarr...jedder..
Endang Sulistia
ngilu aku..
Endang Sulistia
Arsa,arka arman
Endang Sulistia
padahal bahu yg sebelah blom kena iler tuh 🤭🤭
Endang Sulistia
gak papa Thor..dijelasin aku pun bingung, yg penting ngertilah...🤭🤭🤭
Endang Sulistia
cie..cie...masnya tau aja
Endang Sulistia
arab maklum 🤪🤪🤪
Endang Sulistia
biar besok besok si Arsa dah gak banyak kerjaannya trus bisa deh di ajak jalan2 Ama si bos. 😘😘😘
Endang Sulistia
kejam banget si mas Arman...Arsa kan pengen kencan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
heran sama yg marah2 sama anak baru, namanya dia masih baru ya pasti masih grogi lagi pula yg lama aja masih aja ada yg khilap..
Endang Sulistia
si Arsa ...gayanya mau bebas, eh baru sehari dah ketakutan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
aturan dari si bos kaku itu..bukan dari perusahaan 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!