Divya Veronika Ibrahim Gadis Manis yang punya segudang mimpi yang ingin dicapai nya.
Perjodohan nya dengan Tuan Muda yang tak lain sahabat masa kecilnya dulu berjalan rumit karena masa lalu orangtua mereka.
kisah ini ditulis berdasarkan pemikiran dari sang penulis,jika ada kesamaan tempat,Nama,Karakter bahkan alur cerita, mohon untuk memakluminya
karya pertama ku
Bissmillah dukung terus Ya jangan lupa like dan komen nya,terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RhinYani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02. Pesan terakhir ayah
Dokter keluar setelah beberapa saat kemudian.
"Bagaimana keadaan ayah kami, dok?" Divya langsung bertanya dengan perasaan yang berkecamuk,pikirannya sudah sangat takut,airmata tak mau berhenti menetes.
"Beliau baik-baik saja kan,katakan sesuatu dokter" Bahkan Dimas pun ikut bertanya seakan tak memberi kesempatan dokter itu untuk menjawab.
"Beliau...baik-baik saja sekarang,sudah kembali sadar,hanya saja belum cukup stabil untuk di ajak bicara" Dokter menjelaskan "beliau juga menanyakan anak-anaknya.Temui lah beliau tapi tolong jaga emosinya.
Panggil saya jika terjadi sesuatu" Dokter itu berlalu seakan menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
Ketiganya masuk setelah dokter pergi.
"Ayah..." Divya meraih tangan kanan ayah.
"lihat yah,lihat ini...!" Menunjukkan keberhasilannya " harusnya ayah tadi hadir,tapi tak apa yang terpenting ayah cepat sehat " Tersenyum memberi semangat.
"Iya ayah.Ayah harus sehat" Si bungsu Ameera ikut menyemangati "Aku Rindu ayah suapi" Memasang raut wajah manja.
Walaupun sudah remaja Ameera memang masih sering bersikap manja,sering minta di suapi oleh ayah bahkan oleh kakak-kakaknya.
"Ayah pasti sembuh,dek...Iya kan yah?" Dimas berdiri disisi kiri ayahnya ikut menyemangatinya juga.
Ayah sedikit tersenyum,
"kalian anak-anak ayah yang hebat" Mulai bicara terbata-bata.
"Ka-kau hebat anakku" Mengusap rambut Divya yang duduk di samping sambil menyandarkan kepala ke tubuh Ibrahim.
Pria berusia sekitar 60 tahunan terlihat pucat,pria hebat yang memiliki ketiga putra putri yang hebat pula.
Putri pertama Divya lulus dengan nilai terbaik dan bahkan sebenarnya saat lulus dari SMU ia mendapatkan kesempatan kuliah di luar negri hanya saja ia lebih memilih kuliah di kotanya agar tidak perlu meninggalkan ayah dan kedua adiknya.
"Apa ayah butuh sesuatu?" Dimas
"Ti-tidak Nak"
"Ayah hanya ingin berpesan pada kalian"
"Ayah,kata dokter ayah harus istirahat jangan terlalu banyak bicara dulu,yah" Ameera mengingatkan ayahnya untuk beristirahat dan tidak memikirkan dulu hal-hal yang tidak penting.
"Iya ayah istirahat,kami disini jika butuh sesuatu" Divya
"Nak..." Tangan ayah terulur berusaha meraih tangan putri sulungnya.
"Ya, ayah !" Divya pun segera meraih tangan ayahnya.
"Nak,dengarkan ayah...sepeninggal ayah kalian harus hidup rukun" Menarik nafas berat.
"Ayah..."Ketiganya langsung terisak mendengar pernyataan Ibrahim.
"Ayah ingin kalian sukses dalam hidup,rukun dan menurut lah pada kakakmu,Divya anakku ingin sekali rasanya ayah melihatmu menikah,tapi ayah tidak bisa nak,menikahlah dengan laki-laki yang baik,yang bisa membimbingmu nantinya"
"Yah...ayah lupa aku tidak kuliah hanya untuk menikah,aku ingin bekerja, sukses dan membahagiakan ayah,masih banyak impian yang ingin aku wujudkan,ayah tahu itu.Lagi pula kenapa ayah bicara seperti ini,ayah tidak akan meninggal kan kami bukan? Ayah pasti sembuh !"
"Nak,jika ayah pergi nanti tolong tinggallah bersama paman dan bibi di ibukota,kalian akan hidup jauh lebih baik disana,Dimas sudah tinggal bersama mereka dengan baik bukan? bawa adik dan kakakmu kesana"
kenapa ini terdengar menyedihkan seperti ini,apa ayah akan benar-benar meninggalkan kami? Batin Dimas berkecamuk.
"Ada kotak di lemari ayah tolong berikan itu pada pamanmu"Menarik nafas panjang satu kali,dua kali.
Lalu.
"Dimas panggil dokter,Dimas !" Panik meminta adiknya memanggil dokter.
"cepat!!"
"Ayah...."Ameera sudah ambruk memeluk ayahnya.
Dokter masuk bersama dua orang perawat.
"Tolong mba sama mas nya tunggu diluar" Salah satu perawat meminta ketiga anak Ibrahim menunggu di luar.
Ibrahim menarik nafas dalam untuk ketiga kalinya,tangan tidak lepas menggenggam tangan putri sulungnya.
"A-ayah su-sudah tidak kuat la-lagi nak,jaga adik-adikmu !"Terkulai lemas. Tangan ayah jatuh.
Dokter bersiap dengan peralatan pacu jantungnya.
Divya,Dimas dan Ameera yang ambruk di lantai menunggu disisi ruangan,mereka tidak ingin keluar.
sampai akhirnya dokter melepaskan semua alat dari tubuh Ibrahim dan menyatakan bahwa beliau telah meninggal dunia.
Suara tangis pun pecah memenuhi setiap sudut ruangan,tidak menyangka tiga hari Ibrahim dirawat dan pergi secepat ini.
Memang penyakit jantung dan diabetes sudah lama di idapnya.
Sudah sejak istrinya meninggal 4 tahun yang lalu,tapi selama ini ayah tidak pernah mengeluh sakit,beliau sering memeriksakan kondisi kesehatannya secara rutin,sungguh kejadian ini seperti mimpi buruk yang terulang.
Empat tahun yang lalu
mereka menangisi kepergian Ibu dan sekarang.
Ayah.
Ayah yang membuat mereka bangkit.
Ayah yang membuat mereka semangat.
Ayah yang mereka cintai.
Ayah yang mereka sayangi,
kini
pergi meninggalkan
pergi untuk selamanya.
Ayah
bersambung....