NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 DBAP

Satu bulan kemudian…

Naya berdiri di depan cermin kamar mandi, menatap wajahnya yang pucat. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tangannya gemetar, menggenggam alat uji kehamilan yang baru saja menunjukkan dua garis merah terang. Dunia seperti berhenti sejenak.

“Tidak… ini nggak mungkin…” bisiknya pelan, suaranya hampir hilang.

Kakinya terasa lemas, tubuhnya seolah tak bisa berdiri. Rasanya seperti mimpi buruk yang akhirnya jadi kenyataan. Seharusnya ini nggak terjadi. Ia sudah minum obat dari apotek setelah malam itu, malam yang ia kira bersama Zayan, malam yang seharusnya tidak pernah terjadi sebelum kata 'sah' terucap.

Dan kini, ia hamil.

Perutnya terasa nyeri, mual datang lagi. Ia terhuyung, berpegangan pada wastafel agar tak jatuh. Napasnya terengah-engah. Haruskah ia mencari Zayan? Haruskah ia memberi tahu dia? Tapi… bagaimana kalau Zayan benar-benar membencinya? Bagaimana jika dia tidak menginginkan anak ini? Karena sampai saat ini lelaki itu menghilang bak tertelan bumi.

“Nay?”

Suara ibunya, Reni, terdengar dari balik pintu, penuh kecemasan. “Kamu kenapa, Nak?”

Naya menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata yang hampir tumpah. “Aku… nggak apa-apa, Bu.”

Suara ibunya terdengar ragu, ada keresahan yang tak bisa disembunyikan. “Kamu muntah lagi? Sudah beberapa hari, kamu yakin cuma kecapekan?”

Naya menutup mata, berusaha menenangkan dirinya. Ia tak bisa memberitahu ibunya sekarang. Pikirannya kacau.

“Aku baik-baik aja, Bu. Mungkin cuma maag.”

Reni terdiam, seolah merasakan ada yang tak beres. Dia sudah terlalu lama mengenal Naya untuk tahu kalau ada yang disembunyikan.

“Nay, jangan bohong sama Ibu,” kata Reni dengan nada yang lebih tegas, lebih keras. “Kamu kayak Ibu waktu hamil dulu.”

Itu membuat tubuh Naya membeku. Seperti dipukul langsung ke jantung. Ibunya tahu. Ia tak bisa lagi mengelak.

“Bu, aku gak tahu,” suaranya serak, hampir tak terdengar.

“Nggak tahu?” Reni mengulang kata-kata itu dengan nada penuh tekanan. “Nay, kamu calon dokter, harusnya kamu tahu apa yang terjadi sama tubuhmu!”

Naya menunduk, menggigit bibirnya sampai rasanya sakit. Air mata yang sejak tadi tertahan, kini hampir tumpah. Tapi ia berusaha keras agar ibunya tidak melihatnya menangis.

“Bu… aku…” kata-katanya terhenti, tenggelam dalam rasa sakit yang semakin membuncah.

Reni menarik napas panjang, tampak frustrasi. “Jangan diam aja, Naya! Ini bukan hal sepele! Kamu hamil, kan?”

Naya terdiam, mulutnya kering. Ini bukan hanya masalah fisik, tapi juga perasaan yang begitu berat. Ia menundukkan kepala, mencoba menghindari tatapan ibunya yang penuh kecemasan.

“Aku… maafin Naya, Bu…”

Kata maaf yang baru saja terucap seolah sudah memberikan jawaban yang diinginkan Reni. Wanita itu menatap putrinya dengan pandangan yang sangat berbeda. Sorot matanya penuh kecewa.

“Kamu putri yang Ibu banggakan, Nay, tapi sekarang...”

Matanya mulai berkaca-kaca, namun amarahnya lebih kuat daripada rasa itu.

“Anak itu… anak Zayan?” tebaknya langsung.

Naya terdiam, tak bisa lagi membela diri. Ibunya sudah tahu segalanya, dan Naya hanya bisa menunduk.

Reni menatap putrinya dengan penuh kekecewaan. “Ibu sudah sering bilang, hati-hati sama dia. Tapi kamu nggak mau dengar. Kamu selalu yakin dia orang yang tepat. Tapi lihat sekarang! Kamu hamil! Apa kamu benar-benar nggak mikir apa-apa sebelum semuanya terjadi?”

“Bu, aku...” Naya ingin menjelaskan, tapi kata-katanya terhenti.

Reni menatapnya dengan kesal, matanya penuh amarah yang sulit dibendung. "Sekarang kamu baru menyesal? Apa kamu nggak bisa berpikir dulu? Nama keluarga kamu, nama kamu, sekarang semua itu jadi hancur gini..."

Hati Naya terasa remuk mendengarnya, tapi ia hanya bisa diam. Ia tak tahu harus menjelaskan apa, bagaimana malam itu terjadi, bagaimana ia terperangkap dalam perasaan yang bahkan kini terasa begitu membingungkan. Tapi Naya tahu, jika ia membuka mulut sekarang, ibunya akan semakin marah. Jadi, ia memilih untuk diam. Kadang, diam memang lebih baik.

Pikiran Naya tersentak saat pergelangan tangannya tiba-tiba dicekal kuat oleh Reni. "Sekarang, ikut Ibu! Kita minta pertanggungjawaban!"

"Ta... tapi Bu..." Naya mencoba membuka suara, tapi kata-katanya tercekat di tenggorokan.

Reni tak memberi kesempatan untuk alasan. Bagi Reni, yang dipertaruhkan saat ini bukan hanya masalah perasaan Naya, tapi juga nama keluarga mereka.

***

Keluarga Alastair...

"Arsen, kapan kamu akan menikah?" Suara Puput terdengar setengah putus asa. "Aku ini sudah nggak muda lagi, dan kamu juga sudah dipanggil ‘Paman’. Jangan bikin kakakmu ini tambah stres!"

Lelaki berusia 32 tahun itu hanya melirik sekilas sebelum kembali sibuk dengan ponselnya. "Tenang saja, Kak. Aku sedang mencarinya," jawabnya santai.

Puput melipat tangan di dada, menatap adiknya dengan kesal. Jawaban itu sudah terlalu sering ia dengar. "Arsen, kamu tahu kan, sejak orang tua kita meninggal, kamu tanggung jawabku?"

Arsen menghela napas, akhirnya meletakkan ponselnya dan menatap Puput dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Aku tahu, Kak."

"Kalau tahu, kenapa santai sekali? Kamu pikir mencari pasangan itu kayak pesan makanan online? Tinggal klik, terus datang sendiri?"

Arsen terkekeh kecil. "Kalau bisa begitu, aku sudah pesan dari dulu."

Puput mendesah berat. "Arsen, aku serius."

Lelaki itu tersenyum kecil, kali ini lebih tulus. "Aku tahu, Kak. Aku benar-benar sedang mencarinya. Tapi yang terpenting saat ini sepertinya bukan aku, tapi anak Kakak, Zayan."

Puput mengerutkan kening. "Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan dengan menumbalkan ponakanmu!"

Arsen mengangkat bahu. "Aku nggak menumbalkan siapa-siapa, Kak. Tapi aku baru saja dapat laporan dari beberapa temanku yang ada di luar negeri. Dia sedang bersama seorang wanita."

Puput menegang.

"Dan aku yakin sebentar lagi Kakak bakal menggendong cucu," lanjut Arsen, nada suaranya terdengar menggoda.

Puput mendelik tajam. "Ponakanmu itu beda sama kamu! Dia ingin jadi dokter yang kompeten, bukan bikin anak orang hamil duluan."

Arsen tersenyum miring. "Kakak yakin banget?"

"Tentu saja! Zayan itu anak baik, penurut, lembut." Puput menatap adiknya dengan penuh cibir. "Nggak kayak kamu. Dingin, kaku. Aku heran, gimana bisa rumah sakit ternama di kota ini merekrut kamu, bela-belain bayar gaji kamu puluhan juta, bahkan maksa kamu pulang dari luar negeri? Apa mereka nggak takut rumah sakitnya bangkrut dalam semalam?"

Arsen tertawa pelan, matanya berkilat jahil. "Kakak nggak tahu daya tarik seorang paman."

"Sudahlah!" Puput memutar bola matanya dengan kesal. "Balik ke Zayan. Dia apa?"

Tawa Arsen mereda. Ada jeda yang tak biasa sebelum ia berbicara lagi, kali ini dengan nada lebih dalam. "Zayan... dia mungkin nggak sebaik yang Kakak kira."

Puput merasakan hawa dingin menjalari tubuhnya. "Arsen, kamu…"

Sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, seorang pembantu muncul di ambang pintu, membungkuk sopan. "Bu, ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda."

Puput menoleh dengan kening berkerut. "Siapa?"

"Saya tidak tahu, Bu. Tapi beliau bilang ini penting."

Arsen bersandar di sofa, tangannya terlipat di dada. Wajahnya tetap tenang, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Puput semakin gelisah.

"Baik, suruh masuk."

Tak butuh waktu lama. Langkah-langkah terdengar mendekat dari arah pintu, lalu seorang wanita muncul di hadapan mereka. Puput mengamati sosok itu, begitu pula Arsen. Wajahnya terasa asing, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya, sesuatu yang familiar.

"Dia..."

1
Kimo Miko
ws pokokke jempol kak👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: terimakasih kakak
total 1 replies
Kimo Miko
wkwkwk..... dito panik dikira nisa mau terbang gak tahunya cuma mau teriak biar beban berkurang. ws ayo lak pulang tanggal pernikahanmu sudah dekat dan juga kasihan kakek meskipun dia salah. kakek melakukan itu karena punya alasan sendiri
Kimo Miko
kejar dito... mana tahan ditinggal nisa. ternyata dito bisa bucin juga
Kimo Miko
lanjut thor ..
Kimo Miko
gak komen thor aku sudah ilfil sama mbokne naya.
Kimo Miko
ada rahasia apa🤔
Kimo Miko
emang ada apa sampai naya terbelalak?
Kimo Miko
coba tes DNA ulang nisa. mungkin ada sabotase waktu kamu tes DNA.
Kimo Miko
waduh... data diri naya belum terungkap malah mamke naya kritis piye coba guys?
Kimo Miko
emang enak.... makanya punya mulut di rem gak asal nyolot. yang kamu sentil adalah orang yang gak bisa disentuh. pelajaran buat kamu dara apalagi kamu lagi koas ... pingin gak lulus?
Kimo Miko
dito itu seorang dokter atau intelejen sih. setiap langkahnya selalu jitu hampir tidak ada yang meleset. coba dito selidiki dan kerjasama dengan kakek salim siapa tahu naya adalah cucu kakek salim yang hilang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia keturunan mafia, tapi malah jadi dokter
total 1 replies
Kimo Miko
semoga saja nisa adikmu adalah naya.
Kimo Miko
ya ya ya... bingungkan? kedua duanya sama pentingnya . gimana thor siapa yang lebih penting?
Kimo Miko
segeralah terkuak thor siapa naya sebenarnya. sekarang roki dan zayan memetik buah yang ditanam. terima hasil kerasmu ya pak dan anak
Kimo Miko
ahhhh ..... serasa dunia milik mereka berdua
Kimo Miko
so sweetnya.....
Kimo Miko
aku suka cara arsen jika mengingatkan naya. jika arsen keliru harus selalu diingatkan. itulah yang namanya rumah tangga 👍
Kimo Miko
waduh sekalinya sakit hati si puput gak tanggung tanggung utk menyingkirkan roki secara halus. dan anak semata wayang yang di gadang gadang juga telah mengecewakaannya . genap sudah perasaan sakit kecewa dan hancur. ayan bersiap siaplah kamu dari titik terendah untuk memulainya jalan hidupmu
Kimo Miko
bongkar sekalian put. siapa reok. sudah menghabiskan uang berapa aja si reok.
Kimo Miko
sudah saatnya kelicikan keserakahan bapak dan anak terkuak. dari bicaranya si zayan sudah ketahuan jika anak yang dikandung naya bukan anak arsen hak waris jatuh ditangan zayan. itu kan sudah kelihatan. lanjut thor sudah gak sabar ikut tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!