NovelToon NovelToon
MAS KADES, I LOVE YOU

MAS KADES, I LOVE YOU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Cintamanis / Menyembunyikan Identitas / Budidaya dan Peningkatan / Chicklit
Popularitas:19.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

#Mertua Julid

Amelia, putri seorang konglomerat, memilih mengikuti kata hatinya dengan menekuni pertanian, hal yang sangat ditentang sang ayah.

Penolakan Amelia terhadap perjodohan yang diatur ayahnya memicu kemarahan sang ayah hingga menantangnya untuk hidup mandiri tanpa embel-embel kekayaan keluarga.

Amelia menerima tantangan itu dan memilih meninggalkan gemerlap dunia mewahnya. Terlunta-lunta tanpa arah, Amelia akhirnya mencari perlindungan pada mantan pengasuhnya di sebuah desa.

Di tengah kesederhanaan desa, Amelia menemukan cinta pada seorang pemuda yang menjadi kepala desa. Namun, kebahagiaannya terancam karena keluarga sang kepala desa yang menganggapnya rendah karena mengira dirinya hanya anak seorang pembantu.

Bagaimanakah Amelia menyikapi semua itu?
Ataukah dia akhirnya melepas impian untuk bersama sang kekasih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05. Penolakan para sahabat. #Awal sebuah harapan

.

Pagi datang dengan sinar matahari yang menyusup masuk melalui celah jendela kamar hotel. Amelia merentangkan tangannya, kemudian membuka perlahan matanya, dan sinar matahari menyilaukan sedikit menyinari wajahnya. Ia segera menyadari dirinya sedang berada di dalam kamar yang asing.

“Ternyata yang kemarin itu benar-benar nyata, bukan hanya mimpi buruk,” gumamnya.

Ia menghembuskan nafas perlahan, wajahnya memerah penuh dengan tekad kuat. “Tapi tidak… aku tak akan menyerah. Aku akan buktikan pada Papa kalau aku bisa hidup tanpa nama Bramasta.”

Gadis itu mulai bangkit, membersihkan diri ke kamar mandi, dan mengenakan baju yang sederhana. Setelah itu, ia turun ke lantai dasar untuk mencari makan di restoran milik hotel.

Sambil memakan nasi goreng yang ia pesan, ia mengirim pesan pada Lina, Novi dan Aulia. Para sahabat yang selama ini selalu dekat dengannya, untuk datang menemuinya di hotel tersebut. Mereka pasti bisa membantu, entah mencari tempat tinggal atau pekerjaan.

Tak lama, Lina tiba dengan wajah yang terkejut melihat Amelia.

“Amel? Kamu kenapa kenapa minta kami datang ke sini?” tanya Lina sambil duduk. Gadis itu memperhatikan sekeliling. Tak biasanya Amelia minta bertemu di tempat seperti ini. Biasanya mereka bertemu di restoran mewah atau hotel bintang lima. Lina juga memperhatikan pakaian yang saat ini dikenakan oleh Amelia, benar-benar berbeda dari biasanya membuat gadis itu mengerutkan kening.

Belum sempat Amel menjawab, Novi datang bersama dengan Aulia dengan ekspresi yang sama terkejutnya dengan Lina.

Setelah mengambil nafas dalam-dalam, Amelia menceritakan semua yang terjadi kemarin, perdebatan antara dirinya dengan sang ayah dan juga rencana perjodohan yang dia tolak, hingga akhirnya dirinya diusir dari rumah bahkan tanpa membawa apapun.

“Aku butuh bantuan kalian,” ucap Amelia di akhir cerita, seraya menatap ketiganya penuh harap

Lina dan dua teman lainnya terdiam dan saling pandang. Wajah ketiganya tampak cemas. Ia menggaruk kepala, mata tidak berani menatap Amelia. “Amel… maaf ya,” katanya dengan suara lembut. “Aku sendiri sedang dalam kesulitan—ayahku sakit, dan aku harus bayar biaya perawatan. Aku tidak bisa membantu apapun, benar-benar.”

“Aku juga," sahut Novi. “Adikku sedang butuh biaya kuliah."

“Aku…"

“Oke, tak masalah. Tidak apa-apa.” Amelia memotong sebelum Aulia mengeluarkan suara. Ia mengangguk tegas, menyembunyikan rasa kecewa di dalam hati.

Amelia ingat hari-hari yang telah mereka lalui bersama. Dulu, ketika mereka butuh bantuan berupa apa saja, Amelia selalu ada untuk mereka. Tapi sekarang, ketika ia membutuhkan bantuan, mereka seolah berlomba-lomba untuk melarikan diri.

Tanpa basa-basi, Amelia memanggil pelayan untuk membayar tagihan makan dan minumnya lalu berdiri. “Ya sudah aku pergi dulu."

“Amelia… bukan seperti itu!" teriak Lina. “Kami benar-benar…”

Tapi Amelia sudah tak peduli, juga tak ingin lagi mendengar alasan mereka. Ia melangkah meninggalkan mereka bertiga tanpa menoleh kembali, meskipun hatinya terasa seperti tertusuk duri. Sekarang, dia semakin menyadari bahwa dia hanya bisa bergantung pada dirinya sendiri.

.

Amelia telah kembali berada di dalam kamar hotelnya, duduk di tepi ranjang sambil menatap lantai dengan pikiran yang bergejolak. Dia sedang menimbang apa yang hendak dia lakukan sekarang. Untuk saat ini dirinya memang masih memiliki tabungan, tapi itu juga tidak mungkin bertahan lama jika dia tidak segera mencari pekerjaan. Apalagi dia juga tidak mungkin selamanya tinggal di hotel.

Ketika dirinya masih kalut, tiba-tiba, ponselnya berdring, ada nama mamanya yang muncul di layar. Dia segera menggeser ikon hijau untuk menjawab. “Assalamualaikum, Ma?” sapanya dengan suara yang berusaha riang.

“Amel, sayangku! Kamu baik-baik saja? Kamu sudah makan apa belum? Kamu tidur di mana tadi malam?” pertanyaan beruntun dari Eliza. Suara wanita itu terdengar cemas di ujung telepon.

Amelia mengangguk meskipun tidak terlihat. “Ya, Ma, aku baik-baik saja. Sekarang aku menginap di hotel. Jangan khawatir, Ma. Aku pasti bisa menjaga diri.”

Setelah beberapa menit berbincang, Amelia menutup telepon. Dia kembali bergulat dengan pikirannya sendiri, merasa semakin terjebak. Tiba-tiba saja, ia teringat pada Bu Sukma, bibi pelayan yang dulu bekerja di rumahnya. Wanita yang mengundurkan diri dua bulan yang lalu, karena suaminya sedang sakit dan memintanya tidak lagi bekerja.

Sebersit ide muncul di otaknya. “Apa aku pergi ke desanya, ke Bu Sukma saja ya?” gumamnya. Dia berpikir, dengan tinggal di desa bersama Bu Sukma, mungkin dia bisa menerapkan apa yang selama ini dia pelajari tentang tanaman dan alam.

Amelia menjentikkan jari dengan senang, merasa ada harapan lagi. Dia segera membuka ponselnya, dan mencari nomor kontak Bu Sukma. Setelah beberapa saat mencari, dia akhirnya menemukan nomor itu dan segera menekan tombol panggil. Jantungnya berdebar kencang menunggu jawaban dari sisi lain.

Setelah beberapa detik menunggu, suara lembut Bu Sukma terdengar dari ujung telepon.

“Assalamualaikum… siapa ya ini?”

Amelia segera tersenyum, dada terasa lega. “Waalaikumsalam, Bu Sukma. Ini Amelia, Bu. Amelia Bramasta.”

“Amelia?” Ada jeda sejenak di sisi lain. Kemudian, suara Bu Sukma menjadi lebih meriah. “Ya Allah, Non Amel? Alhamdulillah, bagaimana kabarnya, Non?”

Amelia menekan bibirnya, merasa rasa rindu muncul kembali. “Aku baik kok, Bu. Tapi… Bu, maaf mengganggu, ya. Ada sesuatu yang Amelia mau minta ke Ibu.”

“Ya, nak, silakan saja. Apa pun itu, Ibu dengar.”

Amelia mengambil nafas dalam-dalam sebelum berbicara. “Bu… Amelia mau minta tolong. Kalau misal Amelia ingin pergi ke tempat Ibu, boleh tidak?”

Bu Sukma terdiam, masih belum bisa mencerna maksud Amelia. Dalam pikirannya Amelia ingin datang untuk berlibur. “Oh, ya boleh, Non. Datang aja. Ibu senang kalau Non Amel mau main ke sini."

"Beneran boleh, Bu?” Amel begitu gembira.

“Ya, boleh dong, Non. Kapan Non Amel mau datang? Ibu bisa minta keponakan ibu buat jemput Non Amel di terminal, lho.”

Amelia merasa mendapat harapan. Ia segera meminta alamat desa Bu Sukma.

Setelah menutup telepon, Amelia menangis lepas sambil tersenyum. Akhirnya, ada tempat yang mau menerimanya. Rasanya seperti beban di dada semakin ringan, dan untuk pertama kalinya sejak kemarin, dia merasakan harapan yang sesungguhnya.

Amelia segera mulai mengemas seluruh barang-barangnya dan kembali memasukkan ke dalam koper dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah itu dia segera membuka aplikasi taksi di ponselnya. Dia memesan taksi yang akan menjemputnya di depan hotel.

Setelah memastikan semua beres, Amelia menarik kopernya menuju pintu kamar. Sebelum keluar, dia menoleh sejenak, menatap kamar yang telah menjadi tempat perlindungan dia tadi malam.

Tiba-tiba, ponselnya bunyi—notifikasi bahwa taksi sudah tiba di depan hotel. Amelia mengangkat kepala, mata penuh semangat. Dia membuka pintu kamar dan melangkah keluar, menuju lift yang akan membawanya ke lantai dasar.

Sesampainya di lantai dasar, Amelia mendekati resepsionis. “Pak, saya mau check out,” ucapnya dengan senyum cerah.

Pria resepsionis mengangguk dan memeriksa datanya. “Baik, nona Amelia. Semua sudah lunas. Semoga hari Anda menyenangkan ya. Jangan kapok untuk datang lagi.”

“Terima kasih, pak,” jawab Amelia sambil mengembalikan kunci kamar.

Setelah check out, Amelia menarik kopernya keluar dari hotel menuju taksi yang sudah menunggu. Udara pagi segar menyentuh wajahnya, matahari menyinari halaman hotel dengan hangat. Amelia mengangkat wajah menatap langit, merasakan kebebasan yang sesungguhnya.

“Alam pedesaan, aku datang,” ucapnya dalam hati, langkahnya semakin mantap menuju jalan yang baru.

1
Nar Sih
pasti di ibu tiri busun ,bisa marah bsr bila tau raka udh lamar amel ,
Supryatin 123
mendapatkan pelajaran d cerita ini sangat penting buat para petani nich.boleh.d share nich ke para petani lnjut thor 💪💪
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: semoga bermanfaat
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
sawah
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
ini mana tanda bacanya mak, tak pikir td narasi ternyata dialog amel
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
jangan salah pak-pak, tikus lobang kecil aja bisa masuk kok😜
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
kayak ada kata yg kurang, dialog bu sun
qin
Ooo.. begono ok2 Suwon Thor lanjot up😄
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: mugo2 bermanfaat.
total 1 replies
juwita
km salah pilih kawan busun Amel g akn bisa di tindas
juwita
klo nikah harus dtg org tua amel kan harus jd wali nikahnya
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: memang harus. kalo GK ada papa ya Amel. sebagai wali nanti tidak sah
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
mainkan playing victim mu, minyak sawit/Right Bah!//Right Bah!/
〈⎳ FT. Zira
yg ini meragukan.. bisa bisa langsung di depak keluar🤧🤧
〈⎳ FT. Zira
wadawww.. sat set ya Raka😏😏
Amy
emang lulusan IPB Kayaknya calon istrimu tuuuh Raka
Evy
makasih mom...dapat satu ilmu lagi....
bentar lagi nanam padi jg 🥰
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: daerah mana bund, kok baru mau tanam? kalo daerah saya rata2 udah umur 15 hari
total 2 replies
bundis
bu sundari tdk sadar diri untung bukan ibu kandung mas kades
Supryatin 123
bagus pak lurah buang jauh2 emak tirimu itu sekalian aja masukkan kedalam jurang 🤣🤣 lnjut thor 💪💪
Cindy
lanjut
ora
Mantap/Casual/
ora
Kamu salah pilih istri baru sih Pak. Juga di pikir bisa mudah apa nerima ibu baru, apalagi yang mulutnya modelan Sundari😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!