Kecelakaan maut yang menimpa sahabat baiknya, membuat Dara Asa Nirwana terpaksa menjalani nikah kontrak dengan Dante Alvarendra pria yang paling ia benci.
Hal itu Dara lakukan demi memenuhi wasiat terakhir almarhumah untuk menjaga putra semata wayang sahabatnya.
Bagaimanakah lika-liku perjalanan lernikahan kontrak antara Dara dan Dante?
Cerita selengkapnya hanya ada di novel Nikah Kontrak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 17
Plak..
Satu tamparan keras mendarat di wajah Dante, dan Dara begitu terkejut melihat Bobi menampar putranya, ia sampai membekap mulunya dengan tangan.
Sesaat setelah sang pengacara pergi, orang tua Dante menanyakan keberadaan Dara, mereka meminta Dante untuk menyuruhnya pulang guna menyelesaikan masalah perjanjian pernikahan kontrak antara Dante dan Dara. Bobi dan Alice ingin mendengar pengakuan mereka berdua secara langsung.
Sembari menunggu kedatangan Dara, Alice memandikan Dion, kemudian menyuapinya. Beruntung setelah kenyang bocah itu tertidur kembali karena semalaman begadang membuatnya masih mengantuk berat.
Alice dan Bobi mengambil kesempatan Dion tidur untuk melakukan sidang kepada Dante dan Dara. Keduanya mengakui semuanya,dan menceritakan alasan mengapa mereka sampai akhirnya terpaksa memutuskan kawin kontrak.
"Beraninya kalian mempermainkan janji pernikahan yang kalian ucapkan di hadapan Tuhan!" Bobi tidak dapat lagi menahan amarahnya.
"Dante, Mama tidak pernah mengajarkan kamu berbuat seperti ini," Alice melirik ke arah Dara.
"Aku yang punya ide ini, Mah," ucap Dante agar ibunya tidak menyalahkan Dara. "Aku yang memaksa Dara, bahkan aku yang mengetik surat perjanjian itu dan membawa ke toko rotinya untuk ia tanda tangani."
"Tapi itu semua kami lakukan untuk Dion," sambung Dara. "Kami sangat menyayanginya dan tak ingin Dion di asuh oleh orang lain."
"Sayang kau bilang?" tanya Bobi. "Apa kalian belum sadar juga jika apa yang kalian lakukan ini justru menyakitinya. Anak seusia Dion seharusnya mendapatkan keluarga yang hangat dan harmonis, bukan seperti kalian."
Bobi menunjuk ke arah Dante. "Kau pergi mabuk-mabukan hingga larut malam bersama wanita murahan." Kemudian menunjuk ke arah Dara. "Kau juga kencan dengan suami orang."
Bobi dan Alice mengetahui itu semua dari pengacara Max. Dante dan Dara mengakuinya tanpa ada yang ditutupi lagi.
"Aku sudah putus," Dara tak ingin di sangkut pautkan dengan Alex.
"Intinya kalian tidak bisa menjadi teladan yang baik untuk Dion," Bobi mengatur napasnya yang terengah-engah karena menahan emosi.
"Papa minta setelah putusan Dinas Sosial nanti keluar, kalian tidak boleh naik banding! biarkan Dion di adopsi oleh keluarga yang utuh dan saling mencintai," raut wajah Bobi dan Alice berubah menjadi sedih, tak bisa mereka pungkiri jika mereka pun sesungguhnya terlanjur menyayangi dan sudah menganggap Dion cucu mereka.
Bobi menyeka air mata yang menggenai sudut matanya. "Setelah itu kalian urus perceraian atau pembatalan pernikahan. Terserah kalian, yang jelas aku tidak ingin kalian mempermainkan pernikahan yang suci dan sakral."
Bobi beranjak dari tempatnya, ia mengajak istrinya pulang. Berlama-lama disini membuat tekanan darahnya kian meningkat.
"Semoga mendiang Max dan Yulia tenang di alam sana," gumam Bobi sembari berjalan ke arah pintu depan dengan menggandeng istrinya, ia tak dapat membayangkan suasana keluarga seperti apa yang Dante dan Dara berikan untuk Dion. Yang satu suka mabuk-mabukan dan keluyuran tengah malam bersama wanita murahan, yang satu laginya pacaran dengan suami orang.
Dante dan Dara mengantar hingga pintu depan, sebelumnya Dante sempat menawarkan diri untuk mengantar orang tuanya sampai terminal, namun Bobi menolak, ia memilih untuk memesan taxi online.
"Mah, menginaplah disini semalam saja," bujuk Dara agar Alice membatalkan niatnya untuk pulang.
"Jangan panggil aku Mama lagi, kau tidak pernah menganggapku ibu mertua," ucap Alice.
Ucapan Alice membuat Dara sedih, ia memang membenci Dante tapi tidak dengan kedua orang tuanya. Dara sangat menyayangi Bobi dan Alice. "Tidak. Mama tetap ibuku," Dara menarik Alice dalam pelukannya.
Alice membiarkan Dara memeluknya untuk beberapa saat, ia teringat pada hari pernikahan putranya, dimana orang tua Dara menolak untuk hadir, ia merasa iba pada Dara, dan sejak saat itu ia berjanji pada dirinya sendiri akan menganggap Dara seperti anak kandungnya sendiri.
Bahkan alasan Alice dan Bobi datang ke Jakarta, karena mengetahui Dara sakit. Mereka ingin menengok dan merawat Dara serta Dion. Tapi Dara dan Dante sudah benar-benar membuat kecewa.
Alice menahan diri untuk tidak mengelus punggung Dara meski hatinya ingin sekali membalas pelukannya. "Sudahlah, jaga dirimu baik-baik. Semoga kau menemukan pria yang sesuai dengan keinginanmu," ia langsung membuang wajahnya tak ingin Dara melihat air matanya yang hampir jatuh.
Beruntung taxi yang mereka pesan sudah datang. Alice dan Bobi buru-buru masuk kedalam mobil tanpa melambaikan tangan pada Dante dan Dara. Mereka pun meminta sang supir untuk segera membawa mereka pergi.
Dalam perjalanan, Alice menumpahkan kesedihannya dalam pelukan suaminya. Bobi menepuk-nepuk punggung Alice dengan lembut, ia juga merasakan kesedihan serta kekeceaaan yang sama.
***
Tak jauh berbeda dengan Dara, ia menangis saat melihat tas besar yang di tinggalkan kedua orang tua Dante untuknya.
Alice dan Bobi membawakan banyak oleh-oleh untuknya dan Dion, bahkan Alice membuatkan jamu tradisional untuk Dara.
"Mama...." rengeknya, ia belum pernah mendapatkan perhatian sebesar ini dari siapa pun bahkan dari ibu kandungnya sendiri.
Lama Dara menangis, hingga Dante menghampirinya bersama Dion yang berada dalam gendongannya. Bocah itu melonjak kegirangan melihat Dara sudah pulang. "Ma.. Ma.." ucapnya riang sembari mengulurkan tangannya ke arah Dara.
Dara buru-buru menghapus air matanya, ia langsung mendekap Dion saat Dion ada dihadapannya. "Dante kenapa kau tidak menghubungiku semalam? Aku kira Dion baik-baik saja karena kau tak menelpon." ia mendongak menatap Dante.
"Aku tak ingin mengganggumu" Dante masih sedikit canggung teringat malam panas yang mereka lalui.
"Dion tidak akan pernah menggangguku," ujar Dara walau sebenarnya malam itu ia masih jaga toko sampai larut malam.
Mendadak tokonya sepi pengunjung, seharian itu hanya laku beberapa saja sehingga tengah malam ia memutuskan membagi-bagikan rotinya pada orang-orang pinggir jalan yang membutuhkan.
"Dante, aku minta maaf karena sembarangan menaruh surat itu, aku sama sekali tidak berpikir..."
"Sudahlah..." Dante memotong kalimat Dara. "Toh mereka juga sudah mengantongi bukti lainnya." Ia meminta Dara untuk tidak membahasnya lagi. "Kita maksimalkan waktu yang tersisa bersama Dion." Ia mengulurkan tangannya mengelus lembut kepala bocah itu.
"Aku harap, ada keajaiban yang membuat Dion bisa bersama kita terus." Dara mendekap Dion lebih erat lagi.
Dante tersenyum menganggukan kepala. "Aku harap juga begitu."
sepandainya org yg paham parenting harusnya tauu bahwa anak pasti akan keget ditempat hal2 baru
jangan2 mereka punya maksud nihh
klu menantukan seorang anak hrusnya kalian sebdiri yng mengurus bukannya pengasuh
nihh Dinsos nyaa gimana sihh
kok cepat banget yaa, langsung minta Dion gitu..emang tidak ada survei atau pengenalan thdap anaknya dulu kah..? bagaimana klu anknya tidak cocok? ini anak udah kayak barang ajaa
pleasee dehhh..BERANI KOTOR ITU BAIK
anak2 juga perlu diajarin mwngenal alam
truss salahnya dimanaa 🤣🤣
kamu tinggal balik, ambil baju kamu lalu kamu juga terbang ke Jogya menyusul Dante laaah
emang kok ya...kalian itu senangnya kok malah bikin masalah yang mudah jadi ribet kayak gini
jika ego kalian itu bisa kalian tekan maka saat ini kalian masih bisa bersama Dion tuuuuh