"Gue ga nyangka lo sanggup nyelesain 2 tantangan dari kita" Ardi menepuk pundak Daniel
"Gue penasaran gimana caranya si culun Rara bisa jatuh cinta sama lo?" Tanya David.
Daniel kemudian mendekati David dan berkata "lo harus pintar - pintar ngerayu bro.. bahkan gue ga nyangka kalo bisa dapat perawannya dia" dengan bangganya Daniel berkata demikian kepada para sahabatnya.
Eric yang duduk di atas meja langsung berdiri "gila! Yang bener lo bro! Lo ga bohongin kita kan?" David dan Ardi hanya melongo menatap Daniel tak percaya
"Emang selama ini gue pernah bohong apa" ucap Daniel menyakinkan mereka.
Ardi melemparkan kunci mobilnya ke meja David "karena lo menang taruhan, mulai sekarang mobil gue jadi hak milik lo. Surat-suratnya semua ada di dalam mobil" Ucap Ardi menambahkan.
Tanpa mereka sadari, Rara yang mendengarnya, tak kuasa menahan laju air matanya. Hatinya begitu sakit mengetahui bahwa dirinya hanya di jadikan taruhan. Kehamilannya di jadikan taruhan. Pandangan Rara mulai kabur, dan semakin lama semakin gelap. Hingga ia jatuh tak sadarkan diri
Baaaaaaappp
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ardi
Di salah satu cafe terkenal di kalangan anak muda, berkumpul lah empat orang cewek yang menghabiskan sore mereka dengan hang out bersama. Sesekali mereka tertawa hingga mengundang perhatian dari pengunjung lain. Tapi walaupun begitu salah satu di antara mereka memasang muka kesal sejak dia datang tadi.
"Asti, lo kenapa? Dari tadi gue perhatiin muka lo cemberut mulu. Emang ada apaan?" Naira heran dengan Asti yang lebih banyak diam dari biasanya.
"Asti lo ga kesambet kan?" Asti melempar tatapan tajamnya pada Laura dan membuat Laura sedikit takut.
"Ya habisnya lo dari tadi diam mulu. Kalo lo ga cerita mana kita tau. Ya gak?" Laura meminta dukungan sahabatnya yang lain dan mendapat anggukan dari mereka.
"Gue kesel tau gak." Asti mengacak rambutnya kasar.
"Eh eh lo yang bener aja ti." Rosa menahan tangan Asti agar tidak mengacak rambutnya lagi.
"Tadi gue ke kantornya Daniel mau ketemuan lah pastinya sekalian ngasih tau tentang acara reuni sekolah kita. Ta–"
"Ya harusnya lo senang dong ketemu Daniel." Potong Laura
"Gue belom selesai ngomong ogeb." Asti menatap kesal Laura
"Lo tau yang bikin gue kesal marah?"
Ketiganya menggelengkan kepalanya bersamaan.
"Sekretaris Daniel bilang, kalo Daniel pergi karena ada urusan sama isterinya!!"
Asti setengah berteriak sambil memukul meja.
"Hah??? Isteri???"
Ucap Laura, Naira, Rosa bersamaan terkejut.
"Kaget kan lo?? Gue juga kaget." Sambung Asti dengan wajah putus asanya lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja.
"Tapi gue masih gak percaya kalo Daniel udah nikah. Karena gue ga pernah dengar berita tentang dia nikah." Asti menegakkan kembali tubuhnya.
"Yang lo bilang itu bener Ti. Secara keluarga Daniel adalah keluarga kaya terkenal. Jadi gak mungkin publik gak tau kalo dia udah nikah." Laura menimpali.
"Kayanya lo di bohongin sama itu sekretaris."
"Besok gue kesana lagi. Gue harus ketemu Daniel buat mastiin kalo itu gak bener." Ucap Asti yakin.
Sebenarnya Rosa merasa sudah gatal dengan mulutnya untuk menceritakan tentang pertemuannya dengan Rara pada ketiga sahabatnya ini. Tapi karena melihat situasi yang tidak memungkinkan, terlebih Asti yang menurut Rosa sedang kumat gilanya jadi dia memilih untuk mengurungkan niatnya. Biarlah mereka nanti terkejut sendiri melihat Rara, pikir Rosa.
***
Di lain tempat Ardi tengah pusing menghadapi satu masalah yang tidak dia duga sama sekali. Tapi bagaimanapun dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Padahal itu murni bukan kesalahannya. Mereka di jebak.
Ardi tidak konsentrasi melakukan pekerjaannya. Dia memijit pelipisnya dan menghembuskan nafasnya kasar.
Sesekali dia menatap layar ponselnya kembali dimana ada satu pesan yang membuatnya hampir gila karena memikirkannya.
From : 08521098XXXX
Gue hamil
Disisi lain dia akan bertanggung jawab walaupun mereka berdua tidak saling mencintai. Walaupun dia sering main perempuan tapi kalau menyangkut hak dan tanggung jawab dia pasti akan lakukan itu.Tapi di sisi lain dia takut berhadapan langsung dengan sahabatnya. Karena dia tahu sahabatnya sangat mencintai wanita ini.
Dari sekian banyak wanita, kenapa harus kekasih sahabatnya yang hamil olehnya.
"Aaaaaaaaagggghhh" Ardi melempar apa saja yang ada di atas mejanya.
To : 08521098XXXX
Kita ketemuan di Cafe Sangrila jam makan siang.
Setelah mengirim pesan balasan, Ardi langsung pergi untuk menemui wanita yang dia hamili tanpa sengaja di tempat yang sudah di sepakati.
"Sudah menunggu lama? Maaf gue tadi ada urusan sebentar." Ujar Ardi
"Ga masalah. Gue juga baru aja datang."
"Jadi gimana keputusan lo? Gue ga mau gugurin kandungan gue. Walaupun karir gue taruhannya. Dan lo tau sendiri ini pertama kalinya buat gue."
Ardi menatap wajah wanita di depannya ini dengan rasa bersalah. Dia juga tidak menyangka akan seperti ini. Dia harus mencari tahu siapa yang sudah menjebaknya.
"Gue juga gak mau lo gugurin. Bagaimanapun dia ga salah. Gue pasti tanggung jawab. Lo gak usah kuatir. Mungkin ini sudah takdir kita." Ardi berusaha meyakinkannya kalau dia tidak akan lepas tanggung jawab.
"Minggu depan kita akan datang menghadap orang tua lo. Gue akan nikahi lo secepatnya." Lanjut Ardi lagi.
Wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap Ardi dengan senyum getir. Harus kah dia menikah dengan cara seperti ini? pikirnya. Sedangkan mereka tidak saling mencintai. Tapi ada makhluk hidup lain yang saat ini sedang ada di dalam dirinya. Dia juga merasa bersalah pada kekasihnya yang begitu dia cintai.
Wanita ini mendesah dan menyerah pada takdirnya.
"Baiklah. Kalo gitu gue pulang dulu."
Ujarnya. Tapi sebelum dia beranjak Ardi menahan tangannya.
"Chat gue dimana alamat lo. Nanti malam gue ke sana. Lo istirahat aja. Jangan sampai anak gue kenapa-kenapa." Tukas Ardi mengingatkan.
Mendengar kata 'anak gue' dari mulut Ardi, entah kenapa membuat wajahnya seketika merona. Tiba-tiba dia merasakan getaran aneh di dadanya.
"Nanti gue chat."
Setelah kepergian wanita itu Ardi pun segera beranjak dari sana. Dia harus segera kembali ke kantor karena ada janji meeting.
***
Malamnya Ardi benar-benar menepati janjinya untuk datang ke alamat yang sudah di berikan tadi. Sebelumnya Ardi lebih dulu ke supermarket untuk membeli semua kebutuhan wanita hamil. Dia juga tak lupa membeli susu hamil.
Setelah sampai di depan pintu Ardi memencet bel. Lumayan lama menunggu barulah pintu terbuka.
"Maaf lama tadi gue lagi mandi."
Ardi menelan ludahnya sendiri. Jakunnya turun naik. Bagaimana Ardi tidak tergoda kalau wanita di depannya ini terlihat seksi dengan rambut basahnya hanya menggunakan wardrobe mandi. Aroma wewangian lavender menguar keluar dari tubuhnya.
Ardi mendesah menahan hasratnya untuk tidak menerkam wanita ini.
"Gak papa. Gue ga tau apa ini di perlukan semua. Tapi gue beli aja." Ujar Ardi sambil mengangkat barang belanjaannya ke atas.
"Taruh aja di dapur. Gue ke kamar dulu."
Ardi melangkahkan kakinya ke dapur sesuai yang di perintahkan dan meletakkan semua barang belanjaannya di sana. Kemudian dia kembali ke ruang tengah duduk di sofa menunggu si pemilik apartemen keluar dari kamar.
"Ardi, gue gak tau gimana ngomongnya sama Eric."
Karena asiknya Ardi menonton televisi sampai tidak menyadari kalau Clara sudah duduk di sampingnya walaupun ada jarak.
Ya, wanita yang hamil oleh Ardi adalah Clara kekasih sahabatnya Eric.
Ardi menghela nafasnya kemudian menunduk sebentar. Lalu mengalihkan pandangannya pada Clara.
"Gue juga lagi cari cara buat bisa ngomong sama Eric. Jujur gue sebagai sahabatnya merasa bersalah banget. Gue tau Eric sangat mencintai lo. Tapi gue juga ga bisa lepasin elo gitu aja. Lo hamil anak gue." Ardi menundukkan kepalanya lagi. Dia yakin Eric tidak akan memaafkannya. Dia sudah mengkhianatinya tanpa sengaja.
"Gue juga cinta sama Eric. Kenapa hidup gue jadi seperti ini? Gue selama ini selalu menjaga batasan gue walaupun bersama Eric. Dia sangat menghargai gue sebagai cewe." Ucap Clara disela isak tangisnya.
Ardi mengulurkan tangannya ke wajah Clara, kedua ibu jarinya mengusap lembut pipi Clara menghapus jejak air mata di sana. Mata mereka saling bertemu. Ada perasaan aneh yang menjalar di hati Ardi kala matanya menatap dalam mata Clara.
Deru nafas Ardi menyapu lembut permukaan wajah Clara hingga membuat matanya perlahan terpejam. Ardi merasa seperti ada magnet yang menariknya untuk semakin mendekati Clara. Perlahan namun pasti tangan Ardi yang tadi berada di wajah Clara berpindah ke tengkuk Clara dan membuat wajah Clara semakin dekat. Hingga bibir mereka bertemu.
Tubuh Clara seperti kesetrum aliran listrik, merasa tidak mampu menolak ciuman Ardi. Tanpa sadar dia membalas ciuman Ardi. Ardi yang merasa mendapatkan balasan semakin memperdalam ciumannya. Saat oksigen di rasa mulai berkurang, keduanya melepaskan tautan mereka.
Clara dan Ardi sama-sama menjauhkan diri. Ardi merasa tidak nyaman dengan apa yang baru saja di lakukannya.
"Clara, maaf gue gak bermak–"
"Gue akan buatin minum."
Clara berdiri dan berjalan cepat ke arah dapur. Jantungnya berdetak cepat. Wajahnya jadi bersemu merah karena kejadian tadi.
"Astaga ada apa sama gue" Gumam Clara
Clara kembali ke ruang tengah membawa 2 gelas es jeruk. Dia memberikan segelas untuk Ardi. Tanpa di suruh Ardi menenggak habis minumannya. Dan itu membuat Clara membulatkan matanya karena melihat Ardi minum tanpa jeda sampai habis.
Cukup lama tidak ada suara di antara mereka hingga akhirnya Ardi yang berpamitan untuk pulang.
"Eeeumm..gue pulang. Kalo ada apa-apa tolong kabarin gue."
Clara mengangguk dan mengantarkan Ardi sampai depan pintu.