Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manis Bujuk Rayu
Sehari-hari Kisman berjualan mainan anak-anak dan permen gulali. Ia menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda yang telah dimodifikasi sendiri.
Kisman kembali berdagang setelah melewati masa berkabung ditinggal mati Seroja.
Di waktu pagi Kisman berjualan di depan sekolah dasar tempat almarhumah anaknya bersekolah. Setelah jam sekolah selesai Kisman pergi berkeliling untuk melanjutkan berjualan sampai sore.
Tidak mudah untuk menganggap biasa kenangan itu begitu saja. Ketika Seroja masih hidup bapak dan anak itu selalu berangkat bersama-sama.
“Tet… tet…”,
Terdengar suara bunyi bel sekolah dua kali menandakan jam istirahat pertama. Anak-anak dengan cepat berhamburan keluar dari dalam kelasnya.
Anak-anak itu segera menyerbu penjual-penjual jajanan yang mangkal di dekat sekolahan mereka.
Demikian juga dengan Kisman. Setelah beberapa bulan tidak kelihatan penjual mainan dan permen gulali itu kembali datang.
Sontak anak-anak kecil itu berbondong-bondong mendatangi Kisman.
Bocah-bocah itu memesan permen gulali yang sudah lama mereka rindukan. Kisman dengan cekatan membuat permen gulali beraneka macam bentuk.
Kisman sudah hampir sepuluh tahun menekuni profesi sebagi pembuat permen gulali. Keterampilannya sudah sangat mumpuni.
Dari permen gulali yang masih belum berbentuk Kisman bisa membuat beragam wujud. Kupu-kupu, naga, kura-kura, kelinci, kucing, serigala, bunga, mobil, pesawat, dan perahu.
Selera anak-anak pun berbeda-beda. Anak perempuan biasanya menyukai bentuk bunga dan kupu-kupu. Sementara anak-laki lebih suka bentuk binatang dan alat transportasi.
Selain permen gulali merah beraneka rupa yang jelas terasa manisnya, Kisman juga menjual mainan anak-anak. Dari mainan yang untuk dimainkan sendiri sampai jenis mainan yang harus dimainkan secara berkelompok.
Mainan yang dijual seperti mobil-mobilan, gasing, yoyo, ular tangga, dan ada juga aksesori macam jepit rambut, gelang, anting-anting, bando, cincin dan lain-lain.
“Beli permen gulalinya”,
“Mau yang bentuk apa?”,
“Kupu-kupu”,
“Sebentar ya aku buatkan”,
Seorang siswi pembeli terakhir.
“Tet... tet... tet…”,
Ketika Kisman baru mulai membentuknya bel tanda masuk kelas sudah memanggil.
Anak itu kelas satu. Terlihat dari seragam sekolahnya yang masih baru. Warna putih dan merahnya begitu mencolok.
“Ini gulalinya”,
“Sana masuk kelas sudah bel”,
*
Hari-hari berikutnya anak itu selalu datang saat jam istirahat untuk membeli permen gulali berbentuk kupu-kupu.
Kisman mulai hafal dengan murid baru itu. Wajahnya ada kemiripan dengan Seroja anaknya yang sudah tidak mungkin lagi untuk berangkat ke sekolah.
“Namamu siapa?”,
“Namaku Lily”,
Hari demi hari Kisman menjadi semakin akrab dengan anak itu.
“Kenapa kamu suka bentuk kupu-kupu?”,
“Karena kupu-kupu bisa terbang”,
“Aku bisa membuatkanmu permen gulali berbentuk kupu-kupu yang lebih besar”,
“Sebesar apa?”,
“Besar sekali, sebesar piring”,
“Sungguh?”,
“Apa kamu ingin melihatnya Lily?”,
“Aku mau”,
“Tapi aku tidak bisa membuatnya di sini. Kamu harus ikut aku ke rumahku setelah pulang sekolah nanti”,
“Tapi jangan bilang sama anak-anak yang lain. Soalnya aku hanya bisa membuatnya untuk satu orang saja. Seorang anak yang istimewa dan itu hanya kamu Lily”,
Kisman membujuk anak kecil itu.
“Apa aku boleh memakannya?”, tanya Lily dengan polos.
“Tentu saja Lily, permen gulali berbentuk kupu-kupu besar itu boleh kamu makan”,
“Tapi ingat ya, jangan bilang siapa-siapa”,
“Dan sebagai bonusnya kamu boleh memilih mainan yang kamu suka”,
“Tapi aku tidak punya uang untuk membeli mainan”, kata Lily.
“Lily tidak perlu bayar, gratis”,
Siswi baru bernama Lily itu pun setuju untuk ikut pulang ke rumah si penjual permen gulali.
Kisman menjanjikan kepada bocah cilik itu permen gulali kupu-kupu raksasa sebesar piring dan bebas memilih mainan kesukaannya secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya.
Hari itu pun Kisman yang biasanya sampai di rumah sore hari langsung pulang ke rumah setelah jam pelajaran anak kelas satu selesai.
*
Di rumah Kisman,
“Aku pulang bu”,
Mawar yang sedang bersantai sambil menonton televisi terkejut dengan kepulangan suaminya. Jam sebelas siang terlalu pagi untuk Kisman pulang.
Penasaran kenapa Kisman pulang cepat Mawar pun menyambutnya.
Wanita itu lebih terkejut lagi ketika melihat Kisman pulang ke rumah tidak sendirian. Ada seorang anak perempuan berseragam sekolah dasar yang ikut pulang bersama ke rumahnya.
“Itu siapa pak?”,
“Ini namanya Lily”,
Jawab Kisman sambil mengedipkan sebelah mata sebagai kode untuk sang istri.