Menceritakan seorang pemuda bernama Darren yang kehidupannya tampak bahagia, namun terkadang menyedihkan dimana dia dibenci oleh ayah dan kakak-kakaknya karena sebuah pengakuan palsu dari seseorang.
Seseorang itu mengatakan bahwa dirinya sebagai pelaku atas kecelakaan yang menimpa ibunya dan neneknya
Namun bagi Darren hal itu tidak penting baginya. Dia tidak peduli akan kebencian ayah dan kakak-kakaknya. Bagi Darren, tanpa mereka dirinya masih bisa hidup bahagia. Dia memiliki apa yang telah menjadi tonggak kehidupannya.
Bagaimana kisah kehidupan Darren selanjutnya?
Yuk, baca saja kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandra Yandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Erland serta yang lainnya sudah berada di ruang rawat Darren. Seketika tangis mereka semua pecah ketika melihat kondisi Darren saat ini.
"Darren!" teriak histeris Gilang dan Darka.
Gilang dan Darka langsung melangkahkan kakinya menghampiri ranjang adiknya. Setibanya disana, keduanya mengusap-usap lembut kepala dan pipi adiknya.
"Hiks... Ren."
Gilang dan Darka menangis terisak dengan tangannya mengusap-usap kepala dan pipi adiknya.
Sementara Erland dan keempat putra tertuanya tak bisa membendung air matanya. Sejak masuk ke ruang rawat Darren, mereka menangis histeris.
Kondisi Darren saat ini banyak menggunakan alat medis. Infus di pergelangan tangan kirinya, di hidungnya dipasang selang canula, dan beberapa alat terpasang di dada kirinya.
Erland berlahan melangkahkan kakinya menuju ranjang putra bungsunya. Begitu juga dengan Davin dan ketiga adiknya.
Namun ketika Erland hendak mendekati putra bungsunya, Darka seketika langsung menghalanginya.
"Menjauhlah dari adikku!" Darka menatap tajam ayahnya. Setelah itu, dia menatap kearah keempat kakak tertuanya. "Kalian juga!" bentak Darka.
Tes..
Air mata Erland jatuh membasahi pipinya ketika mendengar bentakan sekaligus larangan dari putra bungsu keduanya.
"Sayang."
"Darka."
Erland dan keempat putra tertuanya berucap lirih dengan tatapan sedih dan menyesalnya.
"Darren sampai seperti ini itu semua gara-gara kalian! Kalian menyakiti adikku secara mental sehingga membuat kesehatan adikku menurun," ucap Darka.
"Anggap saja ini sebagai hukuman kalian. Aku tidak akan membiarkan kalian mendekati adikku." Darka berucap dengan penuh ancaman.
"Darka, Papa mohon jangan lakukan hal ini. Biarkan Papa memeluk adikmu. Jangan halangi Papa."
"Darren bukan putra. Dia sudah tidak memiliki ayah setelah kejadian itu. Bahkan dia adalah seorang pembunuh. Bukankah Papa tidak menginginkan anak pembunuh seperti Darren," sahut Gilang.
Hati Erland seketika sesak ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut Gilang. Dia tidak menyangka jika putranya itu masih terus mengingat perkataannya waktu itu.
"Dan untuk kalian juga! Darren bukan adik kalian. Kalian sudah memutuskan hubungan dengan Darren sejak kalian memilih percaya ucapan Riyo." Gilang berucap dengan tatapan matanya menatap keempat kakaknya.
Davin, Andra, Dzaky dan Adnan seketika menggelengkan kepalanya. Mereka tidak terima Gilang mengatakan hal itu.
"Tidak, Gil! Jangan bicara seperti itu. Darren adiknya kakak, adik kandungnya kakak. Kakak mohon jangan larang kakak untuk memeluk Darren," ucap Davin dengan berlinang air mata.
"Hahahaha." seketika Darka tertawa keras. "Apa yang kau katakan barusan, hah!? Kau mengatakan bahwa Darren adalah adikmu? Apa kau tidak salah bicara?"
Darka berbicara dengan sorot matanya yang tajam kearah Davin.
"Seingatku, setahun yang lalu kau sendiri yang mengatakan bahwa Darren adalah anak pembunuh, Darren adalah anak yang tidak tahu diuntung, Darren adalah anak pembawa sial. Bahkan lebih parahnya kau mengatakan lebih baik Darren tidak lahir ke dunia ini, dan aku menyesal memiliki adik sepertimu. Apa kau lupa dengan kata-katamu itu, saudara Davin!"
Seketika hati Davin tersentak ketika mendengar ucapan sekaligus sindiran dari Darka. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Seketika dia teringat dimana dia memaki dan berkata kasar kepada adik bungsunya satu tahun yang lalu.
Marco dan Clarissa mendekati kakaknya. Keduanya berusaha untuk memberikan semangat dan ketenangan untuk sang kakak.
"Kak, ada baiknya untuk saat ini kakak mengalah. Percuma kakak memohon kepada Gilang dan Darka. Mereka begitu menyayangi Darren. Mereka akan melakukan apa saja untuk melindungi adiknya," ucap Clarissa.
"Apa yang dikatakan oleh Clarissa benar, Kak! Untuk saat ini biarkan Gilang dan Darka yang berada di samping Darren," sela Marco.
Clarissa melihat kearah empat keponakan tertuanya. "Kalian juga. Bersabarlah!"
Davin, Andra, Dzaky dan Adnan hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.
***
Markas Latin King..
Devian saat ini bersama dengan keempat sahabatnya di ruang pribadinya. Mereka sedang membahas tentang pelaku kecelakaan yang menimpa ibu dan Oma Vidya.
Ketika Devian dan keempat sahabatnya tengah membahas pelaku kecelakaan tersebut, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara pintu dibuka paksa.
Braakk..
Devian bersama keempat sahabatnya yang berada di ruangan tersebut seketika terkejut. Dengan kompak mereka melihat keasal suara. Dan dapat mereka lihat Yohanes tampak terengah-engah.
"Maaf, King!"
"Tidak apa-apa. Ada apa?" tanya Devian.
"Saya ingin memberitahu sesuatu King."
"Katakan."
"Ini tengah tuan Darren."
Mendengar nama Darren disebut oleh Yohanes membuat Devian dan keempat sahabatnya langsung berdiri.
"Kenapa dengan Darren?" tanya Devian.
"Informasi yang diberikan oleh anggota saya mengatakan bahwa tuan Darren masuk rumah sakit."
"Apa?!" kelima ketua mafia tersebut terkejut.
"Apa yang terjadi?" tanya Chico.
"Tuan Darren tampak tertekan dengan masalahnya. Beberapa jam yang lalu tuan Darren tak sengaja melihat tuan Kishan, suami dari Nyonya Agneta diserang oleh beberapa orang berpakaian hitam. Ntah mengetahui dari mana, tuan Darren seketika mengetahui dalang yang sudah membayar orang-orang berpakaian hitam itu."
"Siapa pelakunya?" tanya Ziggy.
"CEO perusahaan Venus yaitu Wina."
"Apa Darren merencanakan sesuatu?" tanya Noe.
" Ada, King!"
"Apa?" tanya Enzo dan Devian bersamaan.
"Tuan Darren memberikan perintah kepada pimpinan kelompok itu untuk menyerang balik wanita itu. Apa yang dilakukan wanita itu, hal itu juga yang harus dilakukan oleh pimpinan tersebut."
"Apa jawaban dari bajingan itu?" tanya Enzo.
"Awalnya menolak. Namun ketika mendengar ucapan sekaligus ancaman dari tuan Darren membuat pria itu pun mau mematuhinya."
"Darren mengatakan apa kepada pria itu?" tanya Devian.
"Intinya, tuan Darren akan mengincar ibu dan dua adik perempuannya."
"Jadi maksud kamu kalau Darren mengetahui ibu dan dua adik dari pria itu?" tanya Ziggy.
"Saya tidak tahu pasti, King! Tapi seperti itulah yang saya dengar dari anggota saya."
"Baiklah. Terima kasih informasinya. Terus pantau situasi diluar," ucap Devian.
"Baik, King!"
Setelah mengatakan itu, Yohanes pun pergi meninggalkan ruang pribadi sang ketua.
Devian melihat kearah keempat sahabatnya. Begitu juga dengan keempat sahabatnya itu.
"Kita ke rumah sakit sekarang!"
"Hm!"
***
Rumah Sakit..
Di ruang rawat Darren tampak ramai dimana ketujuh sahabat-sahabatnya Darren bersama anggota keluarganya datang. Mereka bisa berada di rumah sakit karena diberitahu oleh Celsea.
Celsea memberitahu suaminya tentang kondisi Darren. Kemudian Dario memberitahu sahabat-sahabatnya.
"Ren," lirih ketujuh sahabat-sahabatnya Darren.
Qenan, Willy, Axel, Dylan, Jerry, Rehan dan Darel menatap dengan deraian air mata. Hati mereka sakit melihat sahabat terbaiknya terbaring di tempat tidur rumah sakit, ditambah lagi beberapa alat medis menempel di tubuhnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Paman? Kenapa Darren bisa kambuh lagi?" tanya Axel.
Mendengar pertanyaan dari sahabat putra bungsunya membuat Erland terkejut. Begitu juga dengan Davin dan adik-adiknya.
"Jadi kamu juga mengetahui tentang jantung Darren?" tanya Erland.
"Iya, aku tahu hal itu." Axel menjawab pertanyaan dari Erland tanpa melihat kearah Erland. Tatapan matanya menatap kearah wajah sahabatnya.
"Kami semua juga tahu!" sela Willy.
"Hm." Qenan dan dan yang lainnya menganggukkan kepalanya.
"Kalau Paman boleh tahu. Kalian tahu dari mana?"
"Kami tahu dari bibi Celsea!" Rehan menjawab pertanyaan dari Erland.
"Sementara untuk Darren. Dia tidak tahu apa penyebab rasa sakit di dada kirinya itu karena Mama masih merahasiakannya. Mama tidak ingin membuat Darren tertekan jika sampai mengetahui masalah jantungnya," jawab Axel.
Seketika semuanya hening. Tidak ada yang bersuara. Hanya tatapan mata mereka menatap kearah dimana Darren sedang terbaring lemah di tempat tidur.
Namun detik kemudian mereka semua dikejutkan dengan suara igauan Darren sehingga membuat hati mereka sakit dan berakhir meneteskan air mata.
"Ma... Mama... Ma... Mama."
Gilang dan Darka yang masih setia duduk di samping ranjang adiknya menangis. Tangannya mengusap-usap kepalanya dan punggung tangan adiknya.
"Ren."
"Ma... ma... Kembalilah. Aku merindukan Mama. Aku butuh Mama."
"Hiks... Ren," isak Gilang dan Darka.
"Ren, kamu dengar kakak. Ini kakak, Ren! Bukalah mata kamu," ucap Darka sembari mengusap-usap punggung tangan adiknya.
"Disini juga ada kak Gilang. Kakak mohon buka mata kamu. Lihat kakak, Ren!" Gilang berucap sembari tangannya mengusap penuh sayang kepala adiknya.
Cklek..
Seketika semua orang di ruang rawat Darren terkejut. Kemudian mereka melihat keasal suara.
"Agneta , Kishan!" sapa Erland.
Yah! Yang datang tersebut adalah Agneta bersama suami dan kelima anaknya.
"Apa yang terjadi? Kenapa Darren masuk rumah sakit lagi?" tanya Agneta.
Deg..
Erland seketika terkejut ketika mendengar pertanyaan dari adik iparnya. Begitu juga dengan Davin dan adik-adiknya.
"Agneta, kamu....." ucapan Erland seketika terpotong karena Agneta langsung bersuara.
"Jawab saja pertanyaanku. Kenapa dengan Darren?"
"Kami tidak tahu, Bi! Darren pulang dalam keadaan tak baik-baik saja. Darren tiba-tiba pingsan setelah dia berbicara dengan seseorang di telepon," sahut Andra.
Agneta melirik sekilas kearah keempat keponakannya itu secara bergantian, lalu beralih melirik kakak iparnya.
Setelah puas melihat kakak iparnya itu, Agneta melangkah mendekati ranjang keponakannya. Tatapan matanya juga melihat kearah dua keponakan yang lain yaitu Gilang dan Darka yang sedang menangis.
"Sayang," ucap Agneta sembari mengusap kepala Gilang dan Darka bergantian.
Gilang dan Darka langsung melihat kearah Bibinya. Detik kemudian, air matanya mengalir membasahi pipinya.
"Bi, Darren!" seru keduanya dengan tatapan penuh air mata.
"Yang sabar, oke! Kita berdoa yang terbaik untuk adik kalian. Bibi yakin adik kalian itu pemuda yang kuat. Dia tidak akan lama-lama tidurnya," hibur Agneta.
Agneta menatap wajah tampan sekaligus pucat keponakannya. Tanpa diminta, air matanya mengalir membasahi pipinya. Kemudian tangannya mengusap-usap lembut kepalanya.
"Sayang, ini bibi Agneta. Cepat bangun ya," ucap Agneta sembari memberikan ciuman di keningnya.
penasaran kelanjutannya
semangat
up lagi ya