Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingatan di nafas terakhir
Langkah kaki di kegelapan malam menembus rintik hujan yang masih saja tidak berhenti sedari siang. Seseorang yang selalu berada di dalam kegelapan tengah mencari mangsa dengan tanda. Setiap tanda di berikan untuk menentukan seberapa kuat lawan yang harus ia hadapi. Kali ini gadis muda itu harus siap menghadapi mangsa tingkat pertama. Dia pembunuh tingkat pertama harus selalu dapat mengatasi semua permasalahan seorang diri. Tanpa ada rekan atau pun teman.
Dengan kemampuan bela dirinya dia mampu melompat dari rumah satu ke rumah lainnya. Setiap gerakan yang ia lakukan sangat ringan juga lembut. Langkahnya bahkan tidak bisa di dengar orang biasa. Kini dia sampai di salah satu kediaman mewah bertanda mangsa pertama. Plakat nama tergantung di atas pintu depan. 'Kediaman Raja kecil Ying'
Pembunuh itu melompat ke satu titik yang cukup gelap agar dia dapat terhindar dari penglihatan para penjaga. Saat langkahnya pelan menuju salah satu halaman. Dia di hentikan segerombolan penjaga yang telah siap menyerang. Semua panah telah menghadang kearah dirinya. Tatapannya sangat tenang seperti sebuah kematian tidak ada artinya untuk dirinya. Siluet di balik tirai terlihat tenang juga tajam. "Siapa yang mengirim mu?"
Tidak ada tanggapan.
"Baiklah. Tidak perlu berbicara. Kematian yang akan menyambut mu," Raja kecil Ying melambaikan tangannya.
Panah berjatuhan ke udara menuju tubuh kecil pembunuh di tengah halaman kediaman. Pembunuh itu berusaha menghindar sekuat tenaga. Bahkan sebelum dia terkena panah pertama, kertas kecil di tubuhnya di kunyah dan di telan begitu saja. Puluhan panah tertancap kuat di seluruh bagian tubuhnya. Darah mengucur tanpa henti sebelum nafasnya terhenti.
"Kuburkan. Sekalipun dia hanya umpan tetap saja dia juga manusia. Setidaknya memiliki tempat untuk beristirahat," Raja kecil berjalan pergi.
"Baik."
Suara langkah kaki berangsur-angsur padam. Di ikuti rasa sakit yang telah mati rasa. Senyuman tipis penuh luka mengambang seperti kertas yang mulai hilang tertelan air hujan. Di menit terakhir hidupnya, gadis di balik jubah hitam mulai sadar. Dia telah di jebak oleh tuannya sendiri. Dia telah menjadi budak buangan.
Wajah yang ada di pantulan cermin terlihat binggung juga tidak menyangka jika dirinya akan mengalami sebuah kehidupan kedua. Dia menekan berkali-kali pipi lembut juga putih seperti salju. Sudah dua hari setelah sadar dari koma Nona bungsu dari kediaman perdana menteri selalu terlihat linglung. Tingkah lakunya juga sangat berbeda. Gadis lemah yang selalu bersikap tanpa daya kini terlihat lebih hidup dari sebelumnya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" menatap dingin kearah wajah yang tidak ia kenal.
Seorang pelayan usia lima belas tahunan datang membawa bubur juga teh hangat di nampan. "Mereka padahal tahu jika Nona muda seperti ini karena menolong nona kedua. Tapi mereka justru tidak tahu berterima kasih," pelayan itu terus bergumam. "Jika bukan karena tubuh Nona muda lemah. Mereka pasti tidak akan mungkin berani terlalu lancang."
Gadis di depan cermin bangkit dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju meja lalu duduk di kursi yang terlihat tua.
"Nona muda. Hari ini hanya ada bubur ini," pelayan itu terlihat tidak enak hati. Tapi dia tetap memberikan bubur itu kepada Nona mudanya.
"Tidak masalah. yang penting perut bisa terisi," gadis muda itu mengambil mangkuk bubur dan memakan bubur panas itu dengan sangat cepat.
"Nona ini panas."
gadis muda itu menghabiskan bubur panas tanpa mengeluh. Biasanya dia akan meniup pelan dan memakan bubur dengan sangat hati-hati. Bahkan hanya untuk makan bisa menghabiskan waktu setengah jam lebih.
"Nona muda, air putih."
Pelayan itu memberikan segelas air putih.
Setelah menghabiskan makan siangnya Li Anhe duduk santai menatap keluar jendela. Kumpulan awan terlihat sangat indah menyebar bersama warna biru cerah. Beberapa waktu lalu dia masih hidup di dalam kegelapan. Sekarang semua seperti sebuah mimpi panjang.
Seorang pelayan wanita tua datang. "Nona muda anda di minta untuk ikut dalam perjalanan berdoa di kuil."
Li Anhe menatap dingin. "Baik."
Pelayan itu memberikan hormat lalu pergi keluar. Sekalipun Nona bungsu Kediaman perdana menteri tidak terlalu di anggap. Tapi Nyonya tua sangat menyayangi cucunya itu yang telah kehilangan ibunya sejak kecil. Setelah mendengar cucu kesayangannya menyelamatkan cucunya yang lain tapi justru tenggelam dan hampir meninggal. Nyonya tua cukup khawatir pada akhirnya datang jauh-jauh dari luar kota untuk melihat cucu kesayangannya.
Gadis muda itu pernah ingin menghabisi semua orang yang ada di kediaman ini. Dia tentu tahu seluk beluk dari keluarga perdana menteri yang hampir ia musnahkan. Namun dia melewatkan satu orang, yaitu Nona bungsu yang terbuang. Namanya bahkan sama dengan namanya meskipun berbeda marga. Sebuah kebetulan atau memang takdir dari sang dewa untuk dirinya. Tidak ada yang tahu alasan yang pasti.
"Nona muda, aku akan menyiapkan pakaian baru. Juga beberapa perhiasan yang bisa di gunakan," pelayan itu dengan sigap menyiapkan semua keperluan Nona mudanya. "Nona sudah siap."
Li Anhe bangkit dari tempat duduknya lalu melepaskan setiap lapisan bajunya. Di bantu pelayannya, Li Anhe lebih cepat dalam berbenah. Setiap ikatan dalam kerapian untuk masalah wanita tentu dia bukan ahlinya.
"Nona muda semua sudah siap."
Li Anhe pergi keluar di ikuti pelayannya. Di luar kediaman empat kereta telah siap untuk di naiki semua orang yang akan ikut. Nyonya tua juga telah diam menunggu cucu kesayangannya. Saat dia melihat cucunya telah datang senyuman terlihat indah di wajahnya. "Yi er datang," Nyonya tua selalu memanggil Li Anhe sebagai marga dari ibunya Yaitu Yi. Mungkin karena Nyonya tua selalu bertentangan dengan anak laki-lakinya yang selalu pilih kasih terhadap anak-anaknya sendiri.
"Nenek,"Li Anhe memberikan salamnya.
"Kenapa lama sekali? Kami sudah menunggu sejak tadi," Nona kedua Li Rui terlihat kesal.
"Yi er baru saja sembuh tentu membutuhkan waktu untuk berbenah. Rui er adik mu sudah menyelamatkan mu. Bersikaplah lebih lembut kepada adik mu," Nyonya tua terlihat lebih kesal. Sifat cucunya satu ini sama persis seperti ibunya yang mudah tersinggung juga keras.
Selir pertama mendekat kearah anaknya. "Diam."
Nona kedua Li Rui langsung diam menahan rasa kesal di hatinya. Tatakan tajamnya bahkan masih sama.
"Ibu. Rui er hanya tidak ingin terlalu menunda waktu baik," ujar Selir pertama.
"Sudahlah. Kita berangkat," Nyonya tua sudah muak dengan sandiwara dari selir pertama. Dia berjalan pergi menggandeng tangan cucu bungsunya agar ikut di dalam keretanya.
Semua orang ikut masuk ke dalam kereta masing-masing yang telah di siapkan. Nona pertama, Tuan muda ketiga dan Tuan muda keempat juga ikut. Hanya Nyonya utama Li yang memilih untuk diam di kediaman tidak ingin ikut pergi ke kuil.
Selama perjalanan Li Anhe hanya diam memandang kearah luar jendela kereta yang melaju.
"Yi er. Apa kamu menyalahkan nenek? Seandainya nenek ada di sini kamu tidak akan menderita lebih banyak," Nyonya tua menatap penuh penyesalan.
Li Anhe berusaha mengeluarkan ekspresi lembut namun dia justru terlihat kaku. "Nenek, Aku baik-baik saja. Aku tidak pernah menyalahkan nenek."
"Kamu gadis yang pengertian," Nyonya tua menggenggam lembut tangan cucunya.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut