Istrimu Wanitaku

Mendengar jawaban putranya, Matthew terkejut. Kageo akan ke Indonesia untuk menemui kekasihnya?.

"Tunggu Kageo! beberapa jam lagi meeting kedua akan dilaksanakan, kau tidak bisa pergi seenaknya!." Sergah Matthew.

"Aku bisa melakukan meeting dari manapun, tak usah khawatir soal itu. Daddy juga bisa menggantikan ku jika mau." Datar Kageo tanpa merasa bersalah.

"Kau memang benar, tapi tunggu dulu daddy belum selesai bicara Geo!."

"Kau meninggalkan perusahaan hanya demi Amora!? demi wanita itu??!." Timpal Nami dengan nada tinggi berusaha menyadarkan Kageo.

Seketika langkah Kageo terhenti, ia balik badan dan menoleh menghadap Nami.

"Tahu apa soal adikku?." Dingin Kageo dengan sorot mata tajam.

"Adikku? kau tidak salah Geo? Amora kekasihmu kan? makanya kau mau ke Indonesia hanya untuk menemui dia!." Timpal Nami dengan berani walaupun ia cukup takut untuk melakukan itu tapi karena rasa cemburunya besar ia tak peduli lagi. "Jangan pura-pura lupa aku sendiri yang melihat penyatuan panas kalian saat itu!."

Matthew beralih menatap ke arah putranya, walaupun ia tak percaya Nami namun setelah melihat gelagat Kageo yang sensitif terhadap Amora banyak sekali keraguan dalam hatinya.

"Apa itu benar Kageo?.."

Kageo menatap Matthew yang menatap tajam ke arahnya.

Kei gelagapan sendiri harus melakukan apa, Kageo tak memberikan instruksi dan sepertinya ia sudah siap dengan situasi ini.

"Kageo jawab daddy!!.." Sergah Matthew dengan nada tinggi.

Rahang Kageo mengeras, ia mengepalkan tangannya berusaha mengontrol emosi. "Ya benar, selain adikku Amora juga kekasihku."

Mendengar jawaban itu Matthew lemas, ia mundur beberapa langkah. Kei dan Nami dengan sigap menahannya agar tak jatuh.

"Tuan!.."

Kageo terdiam ia tahu situasinya akan seperti ini, dan kali ini ia menolak berada dalam aturan sang ayah.

"Ini mungkin mengejutkan dan aku memilih memberitahumu sekarang dad, tidak ada yang bisa mengubah keputusanku kecuali diriku sendiri. Semoga kau paham.." Lirih Kageo seraya berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Kageo!!.." Matthew berusaha menahan putranya tapi sayang sekali Kageo sudah berlalu.

"Ini minum dulu tuan.." Kei menyodorkan air putih agar Matthew tenang, namun pria itu menepisnya hingga gelas pecah berserakan.

"Sejak kapan Kei! sejak kapan mereka menjalin hubungan?."

Kei kebingungan, baik Matthew maupun Kageo dua orang tersebut sama-sama tuannya. "Belum lama, dan memang Kageo ingin memberitahumu lebih awal."

Matthew merasa dibohongi ketika melihat keduanya pernah tak akur, jadi itu semua hanya alibi?.

Matthew memijit pusing keningnya. "Bagaimana bisa? Anggara mengambil Bella!! dan sekarang putraku di ambil anaknya juga!."

"Anak dan ayah sama saja, sama-sama perebut kebahagiaan orang!." Kecam Nami.

Kei yang mendengar itu langsung menarik tangan Nami membawanya ke tempat yang agak jauh.

"Aw! lepas! sakit Kei.." Berontak Nami.

"Jaga mulutmu! jangan sampai kau semakin memperkeruh suasana hati om Matthew!." Ancam Kei, ia tak suka dengan Nami yang terus memanas-manasi keadaan.

"Bukankah itu faktanya! kenapa kau tak suka ha!?." Potong Nami tak terima.

Kei mendekat, ia membisikkan sesuatu yang membuat Nami seketika diam membisu.

"Cari mati atau cari aman?." Dingin Kei.

Nami tak bisa berkutik, ia hanya bisa menatap tajam Kei dengan bibir gemetar.

Setelah selesai dengan Nami, Kei berlalu pergi menghampiri Matthew lagi.

.

.

Hari berikutnya..

Perusahaan Anggara.

Amora yang sedang mengotak-atik komputer selalu dibuat gagal fokus untuk terus mengecek handphone.

Wanita cantik itu frustasi karena sejak sore kemarin Kageo belum membalas pesannya, beberapa panggilan juga tak diangkat.

"Ah dia kemana sih?.." Wajah cantik itu cemberut, Amora kesal sendiri karena tak bisa fokus.

"Apa dia marah karena aku telat membalas pesan? tapi tak harus sampai seperti ini..."

Mengingat jadwal Kageo yang padat, akhirnya Amora pasrah saja mungkin kekasihnya itu kunjungan ke negara lain atau memang ada hal yang membuatnya tak bisa membalas pesan.

"Tapi tetap saja ini membuatku bertanya-tanya.."

"Apa dia sedang menemani Nami?."

"Argh! sepertinya aku harus cari angin segar agar waras.." Lirih Amora seraya berdiri melangkah keluar dari ruangannya menuju kantin perusahaan.

Kantin perusahaan..

Setiap orang yang berpapasan, mereka semua menyapa dan membungkuk hormat pada Amora.

Sebagai putri dari pendiri perusahaan tentunya orang-orang menghormatinya, ditambah Amora sangat ramah tidak pandang bulu berbaur dengan siapapun sehingga banyak orang yang menyayanginya.

"Amora!.." Panggil seseorang.

Amora menoleh. "Eh Haikal.."

Pria itu tersenyum dan langsung menghampirinya. "Mau makan siang?." Tanyanya.

"Sepertinya makan buah saja, cuacanya panas mendukung."

"Ah baiklah, ayo bersamaku."

"Oke."

Keduanya sama-sama mengantri untuk mengambil makanan, mereka tampak mengobrol dengan asyik terkait pekerjaan juga.

"Apa data yang datang dari luar terlalu banyak? kau terlihat kelelahan."

Amora tertawa kecil. "Itu bukan masalah, ini pekerjaanku juga."

Haikal tersenyum melihat Amora mengembangkan senyum manisnya. "Syukurlah.."

Setelah selesai mengambil makanan, Amora dan Haikal berjalan menuju kursi kosong.

Wanita cantik itu tiba-tiba tak sengaja menjatuhkan garpu buah di hadapan seseorang yang sedang membaca koran.

"Permisi.."

Garpu itu terinjak oleh orang tersebut. "Permisi pak.." Ulang Amora.

Haikal mengerutkan kening melihat pria berjas yang tampak tak bergeming dan fokus baca koran menutup bagian wajahnya.

"Ayo ambil yang baru saja.." Ucap Haikal pada Amora, ia mengajaknya untuk berdiri.

"Tuan..." Bisik seseorang yang berpenampilan formal juga, ia mengatakan sesuatu pada pria yang fokus pada koran tersebut.

Amora dibuat kesal sendiri ia beralih menatap pria itu. "Maaf, apa anda tuli?."

Pria tersebut menurunkan koran yang dipegangnya.. Sehingga manik mereka pun bertemu.

Deg!!..

Mata Amora tak berkedip sama sekali saat mengetahui siapa orang yang sedang berada di hadapannya itu. "Kageo!?."

Ya ia Kageo, kehadirannya tak disangka-sangka.

Haikal seketika menoleh untuk memastikan. "Tuan Kageo?."

Pria tampan itu menghempas jauh-jauh koran yang dipegangnya, ia menatap tajam ke arah Amora dan Haikal bergantian. "Jika sedang PDKT tolong jangan di sini, pindah lah ke kebun binatang!."

.

Bersambung