NovelToon NovelToon
Belenggu Cinta Suami Posesif

Belenggu Cinta Suami Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Erma Sulistia Ningsih Damopolii

Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.

Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.

Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.

Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.

“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza

“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 2 Terkesima Tapi Menyebalkan

Tak butuh waktu lama dan tanpa pikir-pikir lagi, Launa langsung bertemu Iva di sebuah cafe.

“Iva.” Panggil Launa memekik kegirangan ke arah Iva yang juga tengah mengulas senyum seraya melambai dari jauh.

Launa pun mengayunkan langkahnya menghampiri sepupu perempuannya itu. Mereka jarang bertemu karena kesibukkan masing-masing yang luar biasa padat.

“Launa.” Iva mengulurkan tangan untuk memeluk Launa yang kemudian disambut baik oleh wanita cantik itu.

“Kamu sibuk banget ya sekarang.”

“Iya, jadwal aku padat akhir-akhir ini Va.” Jawab Launa lalu celinguk-celinguk ke kiri dan kanan.

“Nggak ada orang memang, aku sewa ini khusus untuk kita berdua. Kamu itu aktris terkenal, kalau duduk di sini yang ada nanti kamu di kerumuni karena pasti banyak yang minta foto.” Jelas Iva sebelum Launa bertanya. Bagaimana tidak? Sebulan saat mereka bertemu di mall, tiba-tiba Launa di kerumuni banyak orang yang ingin minta foto bersama.

“Makasih ya Va, kamu sangat mengerti isi hatiku.” Tutur Launa sembari menikmati juss alpukat yang sudah lebih dulu Iva pesan sebelum dirinya datang.

“Tentu dong. Oh ya, kita langsung ketemu pak Barra aja yuk.” Ajak Iva yang Launa tanggapi dengan anggukan.

Sebelum pergi, Launa sempat-sempatnya menyeruput juss alpukatnya sampai tandas hingga Iva menggeleng-gelengkan kepala.

“Kamu nggak berubah ya dari dulu.”

“Itu kan dibeli pake duit Va, ya walaupun duit kamu.” Celetuk Launa sembari terus berjalan beriringan menuju pintu luar cafe.

“Perhitungan banget deh artis satu ini, padahal duitnya juga banyak.”

“Kalau soal makanan dan minuman, kita memang harus perhitungan Va. Kalau makanannya sudah dibeli, ya otomatis harus dihabisin dong.” Balas Launa yang memang punya prinsip hidup seperti itu, ia memang begitu menyayangi makanan. Sungguh prinsip hidup yang cukup unik.

****

Kini Launa dan Iva sudah ada dalam perjalanan menuju kantor. Launa yang menyetir karena saat ini mereka menaiki mobil Launa.

Sepanjang perjalanan mereka mengobrol ringan seputar kisah percintaannya bersama Danu. Jika sudah bersama Iva, Launa memang suka curhat masalah Danu pada sepupu sekaligus sahabatnya itu.

Mereka berjalan dan melewat beberapa gedung pencakar langit di sana. Begitu tiba, Launa maupun Iva sama-sama turun dan bergegas untuk bertemu CEO sekaligus sutradara di perindustrian perfilman itu.

Sebelum ke sana, tentu Iva sudah lebih dulu menawarkan Launa untuk menjadi artis mereka di perusahaan dan masuk untuk menjadi pemeran utama dalam project yang akan mereka rilis tahun depan.

Begitu sampai di depan ruangan Barra, Iva buru-buru meminta Launa untuk merapikan penampilannya walaupun sebenarnya sudah cantik tapi kurang rapi. Wanita itu memakai pakaian yang cukup terbuka karena baru saja selesai shooting iklan lalu segera diajak Iva bertemu hingga ia tak sempat ganti baju.

Iva pun mengetuk pintu ruangan Barra dan pintu pun terbuka segera. Begitu masuk, Launa terpana akan ketampanan Barra, sutradara kelas atas yang banyak digilai wanita. Selama ini ia hanya melihat Barra lewat layar kaca, siapa sangka sekarang ia bisa melihat secara langsung. Ternyata, Barra lebih tampan aslinya.

Tanpa ia sadari, ternyata Barra juga tengah menatapnya. Barra cukup terkesima pada pandangan pertama. Bukannya karena baru kali ini melihat Launa, Barra sudah pernah melihatnya di platform-platform terkenal lainnya, akan tetapi Barra yang pada dasarnya cuek tidak suka memperhatikan aktris-aktris wanita terlalu lama.

“Amelia?” Batin Barra yang dibuat terlonjak kaget akan kedatangan Launa namun ia berusaha tenang walau pikirannya berisik.

Sementara itu, Iva yang sadar akan makna tatapan mereka dibuat takut andai pria pujaannya ini berpaling melirik sepupunya. Pasalnya, Iva sudah lama menaruh hati pada atasannya itu. Sayangnya hingga saat ini Barra tidak mau menatapnya sama sekali.

“Pak Barra.” Panggil Iva hingga lamunan Barra buyar. Barra pun kembali menata wajahnya agar tidak terlihat takjub akan visual wanita itu demi menjaga image-nya.

“Jadi Launa akan bergabung dalam project kita?”

“Iya pak, Launa akan jadi pemeran utamanya.”

“Kamu yakin aktris baru seperti dia boleh jadi pemeran utama? Masalahnya dia pendatang baru dan bakat aktingnya juga belum mumpuni.” Tukas Barra tanpa perasaan hingga membuat Launa mengumpat dalam hati padahal tadinya sempat terkesima.

“Saya yakin pak, Launa memang pendatang baru, tapi dia pernah berhasil ikut casting film. Akting menangisnya luar biasa pak, niche kontennya juga tentang akting. Ekspresinya juga oke, selain itu dia pernah jadi cameo di sebuah drama.” Jelas Iva mempromosikan saudaranya agar berhasil masuk ke industri film mereka.

“Baiklah, saya percayakan semuanya padamu. Tapi kalau sampai gagal dan ternyata dia malah bikin kacau, kamu yang bertanggung jawab.” Tegas Barra menunjuk Iva menggunakan bolpoin di tangannya.

“Aku pikir sikap dinginnya cuma rumor saja, ternyata benar dan sangat menyebalkan dari rumor itu sendiri.” Gerutu Launa dalam hati seraya berusaha menata tatapannya agar tidak terlihat nyinyir. Ya, walaupun begitu ia tetap mau menandatangani kontrak, mengingat itu series favoritnya.

“Baik pak, saya yang akan bertanggung jawab.” Jawab Iva lalu kemudian Barra menggerakkan bolpoin di tangannya sebagai isyarat agar mereka segera keluar.

“Permisi pak.” Pamit Iva namun tidak dengan Launa. Ia malah beranjak lebih dulu tanpa menatap Barra sama sekali. Melihat tingkah Launa, Iva menggeleng pelan lalu kemudian segera menyusul wanita itu.

Kebiasaan, kalau ada yang tak ia suka Launa sulit bersikap ramah.

“Lau Lau tunggu! Pelan-pelan jalannya.” Panggil Iva menyamai langkah Launa.

“Kamu kenapa harus bersikap dingin begitu sih ke pak Barra?”

“Aku nggak suka aja sikap sok berkuasanya itu. Mentang-mentang atasan seenaknya nunjuk-nunjuk wajah kamu kayak tadi. Terus apa katanya? Akting bakatku tidak mumpuni? Dia tidak pernah nonton tv apa? Walau pun cuma cameo, aku juga pernah terjun di dunia film dan series.” Protes Launa tak terima bakatnya diragukan begitu.

“Sudah sudah… yang penting kan kamu sudah tanda tangan kontrak. Jangan begitu lagi ya Lau, kamu harus bisa membedakan mana atasan dan mana teman kamu. Tidak boleh disamaratakan.” Tutur Iva menasehati saudaranya yang cukup bebal ini.

Launa pun tak merespon, ia malas berdebat dan memilih mengalah untuk sementara. Bagaimana pun Iva adalah kakaknya, walau hanya beda jam saja.

Launa dan Iva sudah tinggal serumah dari kecil, orang tua Iva meninggal di dalam rumah mereka yang tiba-tiba terbakar entah apa penyebabnya. Jadi karena itu, sebagai paman ayah Kevin mengasuh Iva yang saat itu baru berusia sebelas tahun dan bertanggung jawab penuh padanya.

Iva bukan dari keluarga berada seperti Launa, ia terlahir dari keluarga sederhana dan numpang hidup di rumah Launa. Meski pun begitu, Salsa dan Kevin tetap menganggap Iva sebagai anak perempuan mereka. Mereka tidak membeda-bedakan Launa dan Iva. Biaya sekolah Iva, mulai dari Sd hingga kuliah, Kevin yang membiayai. Hingga akhirnya, begitu Iva mendapat pekerjaan, Iva pamit baik-baik dan ingin tinggal sendiri mengingat jarak rumah dan kantornya berdekatan.

Salsa dan Kevin sebenarnya tidak rela Iva pindah dan tinggal terpisah dengan mereka. Akan tetapi, Salsa juga tidak bisa memaksa mengingat Iva sudah dewasa.

“Va, kamu tahan juga ya bekerja di sini lama-lama?” Tanya Launa setelah mereka cukup lama berdiam diri.

“Aku kan sudah terbiasa Lau, asal tidak membantah dan mendengarkan dia, pak Barra tidak akan marah kok.”

“Kalau aku jadi kamu, aku nggak mau disuruh-suruh kayak gitu. Mentang-mentang punya kuasa seenaknya aja ngatur orang. Suka menghina lagi.”

“Udah dong Lau, nggak usah dibahas lagi. Udah bagus dia tetap mau merekrut kamu.”

“Untung ini series favorit aku Va, kalau bukan ogah aku lama-lama berurusan dengannya. Apalagi tadi, dia ngomong tanpa ekspresi udah kayak robot aja tau nggak_”

“Ekhem.” Tiba-tiba ada suara deheman lelaki hingga membuat mereka bungkam dan sama-sama menoleh ke arah sumber suara.

“Mampus aku.” Batin Iva yang ketar ketir begitu tau siapa sosok yang kini tengah memergoki mereka.

1
Melia Gusnetty
judul sm jln cerita nya gk sesui..jd malas baca nya..
sorry tak skip..
Melia Gusnetty
aahh..jd greget..tokoh utama nya begok bin tolol...lemah lg...gk sreek jd nya...😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!