Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 (ciuman)
Setelah mendengar Bastian mengatakan kalau ada pencuri di rumah Kiran. Ia hanya diam di dalam pelukan pria itu, yang dimana kini Alisya tengah diajak untuk bersembunyi dibawah meja yang berada di dalam dapur.
"Berapa malingnya?" Bisik Alisya di depan wajah Bastian.
"Dua, tapi aku belum tau. Bisa saja mereka bawa komplotan," jawab Bastian.
Hanya anggukan yang diberi Alisya.
"Kamu disini, aku akan lihat apa...."
"Aku ikut," sela Alisya.
"Bahaya Alisya," balas Bastian.
"Lebih bahaya kalau aku disini sendiri. Terus mereka bunuh aku, dan aku mati, terus...."
"Ok, kamu ikut aku."
Terukir senyuman di bibir Alisya.
Mungkin karna sangking takutnya, kini Alisya melupakan akan permasalahan nya dengan Bastian.
Tak disangka Bastian tertawa ringan dalam diam. Meski tak ia tunjukkan, namun mungkin siapapun yang melihat nya sekarang akan mengetahui nya.
Mereka berdua pun beranjak dari tempat nya. Sambil tangan Alisya menarik kaos hitam yang dipakai oleh Bastian. Tak lupa kepalanya yang mengikuti gerakkan kepala Bastian, dimana celingak celinguk ke kanan dan kekiri.
"Sya," panggil Bastian dengan pelan.
"Hem," jawab Alisya dengan singkat.
"Kamu jangan pernah jauh-jauh dari aku dan tetap pegangan pakaian ku yah."
Alisya mengangguk paham.
Dan.....
Brakk
Suara benda jatuh terdengar di ruang kerja papa Kiran yang telah lama tak pernah terpakai. Karna memang papa Kiran tengah tinggal di luar negeri lantaran pekerjaannya.
"Bas, itu...." Ujar Alisya dengan ketakutan.
"Iyah aku denger."
Perlahan mereka berdua melangkah kearah sumber suara.
Pintu yang memang sengaja tak di kunci pun Bastian buka dengan pelan.
Alisya melihat gelagat aneh, lantaran kedua maling itu ternyata tak mengambil barang-barang mahal yang berada di ruangan itu. Malah terfokus tengah mencari sesuatu yang Alisya dan Bastian tak tahu barang apa itu?
Tak ingin menunggu lama lagi. Akhirnya Bastian membuat keputusan.
"Sya, kamu telfon polisi. Biar aku yang tangani mereka," ujar Bastian.
"Apa? Kau sudah gila? Kau pikir kau ini super hiro?"
"Sya, nggak ada waktu lagi buat debat. Kita nggak tau mereka bawa apa? Bisa jadi pistol atau senjata tajam lainnya."
"Tapi...."
Cup
Ciuman singkat pada jidat Alisya diberikan oleh Bastian.
Sontak Alisya terdiam. Wajahnya mendadak berubah menjadi merah merona.
"Kamu telfon polisi, dan cari bantuan yah." Danu mengatakan hal yang tentunya tak mampu lagi untuk didebat oleh Alisya.
Alisya pun akhirnya mengangguk paham. Dan segera melakukan apa yang di ucapkan oleh Bastian tadi.
Dan.....
Brakkk
Bastian masuk kedalam ruang kerja papa Kiran.
"Shittt....." Umpat salah satu pencuri itu.
"Apa yang kalian cari?" Tanya Danu sambil memasukkan kedua tangan nya kedalam saku celana pendek yang ia kenakan.
"Itu bukan urusanmu."
Bastian terlibat perkelahian dengan kedua pencuri itu.
Di luar dugaan ternyata Bastian adalah pemegang sabuk hitam di sekolah SMA nya yang dimana ia belajar di luar negeri. Dan tentu Alisya pun tak tahu akan itu. Karna Bastian dan dirinya tak bertemu lagi saat lulusan SMP dulu.
Gerakkan tubuh kedua pencuri itu sangat mudah untuk dapat di baca dan diatasi oleh Bastian dengan tangan kosong.
Sudah babak belur. Namun, tak menyangka salah satu pencuri itu ada yang berdiri dan masih sigap untuk menodongkan pistol yang pria itu bawa.
Pandangan Bastian terarah pada pistol yang kini telah terarah pada dirinya.
Dan.....
****
Sementara itu, Alisya sudah menelfon polisi. Ia pun keluar rumah untuk mencari bantuan. Sengaja tak membangunkan Kiran ataupun mamanya. Karna ia takut akan malah membuat mereka nanti dalam bahaya.
Dan ketika Alisya berlari ke pos satpam di rumah Kiran. Ternyata kedua satpam di tempat itu telah tak sadarkan diri.
"Ya ampun," celetuk Alisya.
Ia periksa apakah masih ada tanda kehidupan apa tidak pada kedua satpam itu. Dan untungnya mereka berdua pun masih hidup.
"Huuu....untung masih hidup," ucapnya.
Tak ingin terlalu lama, Alisya menelfon ambulance sekalian. Entah untuk apa? Namun ia rasa mungkin nanti dibutuhkan.
Tak disangka tiba-tiba.....
Dorrr
"Ahhhh....."
Alisya berteriak sambil terduduk lemas di tanah. Kedua tangannya pun ia gunakan untuk menutup kedua telinga miliknya.
Sambil menatap kearah rumah Kiran.
Wiww..... Wiww.... Wiww
Dan akhirnya polisi pun datang.
Tepat di depannya, mobil polisi berhenti di sebelah Alisya.
"Apa benar mbak...."
Belum sempat polisi itu melanjutkan ucapan nya. Dengan cepat Alisya menyelak. "A-ada tembakan pak."
"Apa?"
Tak menunggu waktu lama para polisi itu pun segera masuk kedalam rumah Kiran.
Dan tak disangka, Bastian keluar dari pintu utama dengan santai nya. Dan tubuh yang jauh dari kata terluka. Bersamaan dengan itu Kiran dan Aryani pun ikut berjalan mengekor di belakang Bastian.
Masih tak percaya dengan apa yang ia lihat, Alisya hampir saja terkapai di lantai. Namun di halau oleh Kiran. "Alisya!" Panggil Kiran, sambil memegangi tubuh Alisya.
"Hu hu hu..." Nafas Alisya yang tersengal tak karuan.
Bastian terlihat khawatir dengan itu, namun untuk saat ini ia ingin menyelesaikan semuanya terlebih lagi ada polisi sekarang.
Sambil berbincang dengan Polisi. Sedari tadi Bastian mencuri pandangan kearah Alisya yang tengah ditemani oleh Kiran dan Aryani.
"Lain kali kalau ada apa-apa itu langsung bilang sya, untung aja kamu nggak papa. Kalau nanti kamu ada apa-apa, tante nggak bakal bisa hidup tenang loh sya." Aryani sedari tadi mengomel tak karuan.
Bukan marah, namun ia memarahi Alisya bak anak kandungnya sendiri. Sedangkan Alisya juga menanggapi omelan Aryani layaknya sosok ibu yang selama ini Alisya butuhkan kasih sayang nya.
Air mata keluar dari kelopak mata indah Alisya.
"Tuh kan mama sih, kenapa sih dari tadi ngomel mulu. Alisya nangis kan," sahut Kiran.
"Eh, tante bukannya ngomelin kamu sya. Tapi...."
"Alisya nggak nangis karna tante omelin kok, cuman Alisya merasa terharu karna dapet perlakuan kayak yang tante ucapan dari tadi. Mama Alisya selama ini jarang, bahkan udah lama nggak pernah omelin Alisya kayak tante tadi." Alisya menyelak ucapan Aryani.
Aryani memeluk tubuh Alisya.
Kini Kiran ikut terharu melihat Alisya dan mamanya.
Sambil membelai lembut pundak Alisya, mulai lah Kiran menjelaskan kejadian yang terjadi pada Bastian tadi. "Tadi untungnya kak Bastian dapat menghalau pistol yang hendak di tembak kearah nya sya, dan tembakannya kena akuarium yang ada di ruang kerja papa deh. Untung juga kak Bastian pinter bela diri," jelas Kiran.
Alisya menatap kearah Bastian.
'Dia pinter bela diri? Perasaan dulu waktu SD sampek SMP selalu kalah kalau soal berkelahi.' batin Alisya.
Bersambung.
like, like, like jangan lupa bebs🥰