Semua telah terjadi, imanku rasanya telah kubuang jauh. Berganti Nafsu syahwat yang selama ini selalu kupendam dalam-dalam.
Apakah ini benar-benar keinginanku atau akibat dari sesuatu yang diminumkan paksa kepadaku oleh pria-pria itu tadi.
Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.
Satu yang pasti, aku semakin menikmati semua ini atas kesadaranku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menampung Benih
“Kita nen3n ke tet3k lu ya Ukhti...” kata seseorang sambil menciumi susvku.
“Aaahhh... Eeeehhhhhhh....” Aku kembali mendesah nakal.
Tidak kusangka aku langsung dipaksa menyusvi dua orang pria. Lid4h mereka terasa buas mengimut put1nkku. Sesekali mereka menyed*tnya kuat-kuat membuat tubuhku semakin terasa kegelian dan menggeliat.
Sungguh ini adalah kenikmatan tertinggi selama aku menjadi seorang wanita. Tidak kusangka tubvhku yang selama ini kututup sempurna ini bisa dinikmati oleh para lelaki yang tak kuketahui namanya ini. Bahkan parahnya, aku begitu terlihat tidak keberatan mereka memakai tubvhku sesuka mereka.
“Aarrrggghh gue mau keluaarr,” ujar Si Boss tiba-tiba mengejutkanku.
Aku tidak bisa fokus menikmati sod*kannya. Memang terasa mantab di bawah sana. Tetapi kepalaku sudah terlalu sibuk untuk fokus beberapa pensil yang disodorkan ke mulutku. Hingga aku tidak sadar genj*tan si Boss semakin cepat dan begitu luar biasa menghajar lub4ng kewanit4aanku.
“Ouhhhh.. Hmmphh...” desahku terhenti karena disumpal pensil anggota lainnya.
Aku merasakan sebuah lahar panas tersembur di dalam rah1mku.
Si Boss tampaknya sudah tidak bisa menahan birah1nya untuk menaruh benihnya ke dalam rah1mku. Rasanya rah1mku penuh dengan sperm4 hangat dan lengk3t di organ int1mku.
Kakiku masih kubuka lebar, membiarkan mereka mulai menyetubvhiku bergantian. Tidak kusangka setelah Boss mereka menyemburkan benihnya ke rah1mku, kini vagin4ku harus kembali disetubvhi pensil yang lain tanpa istirahat sama sekali.
Entah sejak kapan lelaki yang kurus kering seperti pemakai narkob4 itu sudah menjebloskan pensilnya yang panjang ke kemalu4nku.
Aku benar-benar sudah menjadi bud4k s3x mereka, seolah tubuh dan kemalu4nku adalah hiburan gratis bagi mereka dan bisa dipakai sesuka mereka.
"Jika memang ini adalah takdirku... Maka biarkan aku menikmatinya Tuhan.. Ijinkan aku dizin4hi mereka ramai-ramai... Ini rasanya terlalu nikmat," kataku dalam hati.
“Aaahhh.. Aahhh.. Mass.... Mppphhhhh...” desahanku terhenti karena tiba-tiba seseorang melumat bib1rku.
Tubuhku semakin dikerubungi oleh mereka. Bagian kewanit4anku terus digenj*t, kedua put1nk susvku terus dikeny*t dan kali ini bib1rku juga dised*t dengan kasar oleh mereka.
“Arrrggghh gue keluarrr...” pekik lelaki kurus yang sedang menggenj*tku tiba-tiba.
Semburan cairan put1h susu itu langsung diarahkan tanpa ragu ke dalam rah1mku kembali.
Tubuhku pun bergetar hebat, merasakan semburan dahsyat yang terjadi di dalam rah1mku. Rasa hangat dan lengket kembali kurasakan pada bagian dalam rah1mku.
Aku malu, rahimku harus menjadi tempat pembuangan ben1h suci mereka. Aku semakin yakin aku bakalan hamil setelah kejadian ini.
Jutaan sel sperm4 mereka saling berkompetisi untuk membuahi sel telurku.
Kurasakan ben1h lelaki kurus tadi mulai tumpah karena rah1mku tidak sanggup menampung banyaknya yang ia keluarkan di dalam. Tapi itu hanya sebentar saja, karena kembali bat4ng pensil yang lain mulai menyetubvhiku kembali.
“Oouuhhhhhhh....” lenguhku terkejut saat pensil itu dilesakkan begitu saja ke kemalu4nku.
kurasakan batang besar begitu kuat masuk ke vagin4ku. Ketebalannya pensilnya berbeda dengan pensil si kurus tadi, jadi rasanya aku seperti semakin melar saja beradaptasi dengan ukuran pensilnya.
Kucoba melirik siapa pemiliknya, rupanya si lelaki berambut keriting yang tubuhnya atletis.
“Aahhh.. enak... Sssshhh...” tanpa sadar aku memuji lelaki itu.
Ia terlihat tersenyum sebentar, lalu kembali menyetubvhiku tanpa ragu bersama teman-temannya. Kakiku semakin kulebarkan, mempersilakan pensil besar nan panjang itu menikmati wahana jepitanku.
Gesekan bat4ng berototnya terasa mantab sekali menggaruk-garuk dinding bagian dalam. Tak terasa rah1mku semakin berlendir, tanda ia begitu menyukai keberadaan pensil besar itu.
Tanpa sadar tubvhku turut bergoyang, mencoba memberikan hiburan terbaik untuk pensilnya yang sedang menghajarku.
“Aaahhhhh... Iyaaaahh.. Punya mas enak sekaliiii.. Terus mass..... teruuussss iyaaahhh....” Aku semakin menggila hingga tanpa sadar mengakui aku keenakan disetubvhi olehnya.
Ia pun semakin bersemangat, saat melihat wanita yang sedang disetubvhinya juga sedang bercium4n dengan kawan-kawannya secara bergantian.
Aku sudah tidak peduli lagi dip3rkos4 seperti ini. Aku harus mengakui bahwa aku menikmati semua perlakuan mereka kepadaku. Aroma tubuhku yang tadinya wangi parfum bunga, berubah menjadi aroma keringat-keringat dan ben1h mereka.
“Arrrgghhh....” tiba-tiba lelaki atletis itu mengejang dan mengerang hebat.
Kurasakan pensilnya di dorong mentok ke dalam rah1mku, Sebelum akhirnya ia keluarkan seluruh isinya ke dalam rah1mku. Rasanya lebih hangat, kental, dan lengket daripada sebelumnya.
Terlihat lelaki itu begitu puas sambil mencabut pensilnya, lalu memandangiku yang masih dikerjai oleh teman-temannya. Kulihat ia sempat membersihkan sisa benihnya dengan mengusapkan ke bulv di sekitar kem4lu4nku.
Aku biarkan saja ia membersihkannya. Toh aroma tubuhku juga sudah tak karuan.
Tak beberapa lama, aku sudah tak bisa memandang ke arah lelaki itu, karena kepalaku sibuk menoleh kekiri dan kekanan bergantian bercium4n dengan anggota gang yang lain.
..."blesss"...
kembali sebuah pensil dimasukkan tanpa ijin.
“Oouuuhhhh...” lenguhku saat merasakan kemalu4nku kembali dijejali bat4ng yang lain.
Aku sudah tak peduli siapa pelakunya, karena saat ini mulutku sibuk menyep*ng pensil-pensil yang mengacung mengitariku.
Kunikmati mereka dengan bergair4h, tanpa rasa jijik sedikitpun. Sedangkan lelaki yang tidak kebagian, beberapa memilih memandangiku disetubvhi teman-temannya. Lalu ia semburkan sperm4 mereka ke wajah, perut, dan payud4r4ku.
Tubuhku perlahan semakin lengket dan berbau anyir terkena benih mereka. Kurasakan beberapa di antaranya bahkan mulai terasa mengering menempel dikulit tubuhku.
..."Pluppp"...
Aku terkejut, karena benih itu dengan kurang ajarnya ia semburkan ke dalam mulutku hingga beberapa tetes tanpa sengaja kutelan. Rasanya begitu as1n dan gatal ditenggorokanku. Tanpa sadar aku memuntahkan benih itu, karena rasanya yang benar-benar membuatku muntah menyiksa tenggorokanku.
Nafasku sampai terasa habis dikerjai oleh mereka. Satu orang perempuan melawan belasan lelaki, sesuatu yang sangat tidak imbang.
Belum cukup aku beristirahat dan menghela nafas karena siksaan ben1h yang muncrat mendadak dimulutku, tiba-tiba kurasakan seorang lelaki yang sedang menghujani kemalu4nku dengan pensilnya mengerang hebat.
“Arrrrrggghh enak....” pekiknya sambil menusukkan pensilnya semaksimal mungkin.
Kembali rahimku menjadi tempat pembuangan sperm4 untuk kesekian kalinya. Setelah lelaki barusan menyemburkan ke rahimku tanpa permisi. Seluruh area kewanit4anku kedutan hebat, ngos-ngosan bebarengan dengan nafasku yang tersengal-sengal.
Tubuhku terus-terusan bergetar tak karuan mencapai orgasm3 tertinggi sepanjang hidupku. Rasanya perutku kenyang dengan benih mereka malam ini.
Aku benar-benar lelah, bahkan mengubah posisiku yang masih mengangk4ng saja aku begitu malas. Kuraba sejenak kemalu4nku, kurasakan begitu lengket dan bau terkena semburan-semburan para anggota gang motor. Bahkan sebagian benih mereka masih tertanam didalam rah1mku.