Ini adalah novel romansa. Yang menceritakan karier dan cinta. Mengisahkan cinta yang bahagia tentang meraka yang jatuh, gagal, bangkit lagi, dan tumbuh bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bellaetrix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Aku di sibukkan oleh rutinitas ku sehari-hari mulai dari bekerja dan lain sebagai nya. Tak terasa hari ini aku akan pulang ke Bandung, setelah mamah menelvon ku malam itu esok harinya aku langsung mengajukan cuti selama dua hari, cukup bagiku karena Sabtu dan Minggu aku tidak bekerja. Jadi hari Minggu aku sudah bisa kembali ke Jakarta dan bisa memulai bekerja pada hari Senin. Aku biasa berada di rooftop saat jam istirahat, makan dan minum sambil menikmati pemandangan dari atas terasa sangat menyenangkan bagi ku. Disini adalah tempat favorit ku saat jam istirahat tiba. Selesai bekerja aku langsung pulang ke kostan ku barang barang ku sudah aku packing dari semalam. Tiba di kost aku langsung membersihkan diriku dan bersiap siap untuk ke stasiun kereta api.
Dan di sinilah aku berada sekarang di stasiun kereta Gambir. Kereta ku akan berangkat pada pukul 18:57. Ya aku memutuskan untuk pulang ke Bandung menggunakan kereta api bukan Busway, ternyata lelah bekerja seharian membuat ku tidak ingin terlalu berdesak dengan banyak orang. Kereta ku ternyata sudah tiba Bandung, Aku turun dari kereta dan melangkahkan kaki ke arah peron, Aku duduk di bangku ku lihat jam di tangan ku, rupanya aku tiba di Bandung jam 21:18. Ku buka ponsel ku tidak ingin merepotkan ayah untuk bisa menjemput ku di stasiun, aku berinisiatif untuk memesan grab untuk pulang ke rumah. Namun rupanya aku mendengar suara yang tak asing seperti sedang memanggil ku.
"Teteh".
Ku cari sumber suara itu. Rupanya Eza yang memanggil ku. Ku hampiri ia yang terus melambaikan tangan nya ke arah ku.
"Kamu udah dari tadi nunggu teteh?"
"Enggak Ade baru ada 15 menittan di sini, sini koper nya biar Ade bantu bawa"
Eza menyambar koper ku untuk ia bawa.
"Terimakasih dee, tapi biar teteh bawa sendiri aja"
"Sudah gak apa apa biar Ade aja yang bawa"
"Kamu tau kalau teteh pulang ke Bandung?"
" Iya tau dong, Ayah udah wanti wanti Ade dari tadi pagi ( Eza tolong jangan lupa ya jemput teteh di stasiun kata teteh keretanya berangkat jam 18:57 kamu sebelum teteh tiba sudah harus standby di sana, teteh mungkin sampai di sini sekitar jam sembilan jadi kamu sudah harus standby ya?) "
Eza menirukan gaya bicara ayah yang menyuruh nya untuk menjemput ku di stasiun. Aku tertawa melihatnya.
"sekolah gimana?"
"Alhamdulillah lancar, Ade juga udah mulai simulasi buat ujian Nasional "
"Kamu jadi mau lanjut kuliah di mana?"
"Jogja"
Aku kaget bukan kah sebelumnya Eza mengatakan bahwa ia ingin masuk di UI ( Universitas Indonesia).
"Jogja? Bukan kamu bilang ingin melanjutkan kuliah di UI?"
" Awalnya ia, tapi setelah survei dengan alumninya langsung Ade jadi tertarik ke Jogja teh, Ade juga udah izin sama ayah dan mamah dan mereka setuju aja Ade lanjut ke Jogja. Ade tertarik buat ambil jurusan hukum seperti mas Aska, hebat dia sekarang udah buka firma hukum sendiri. Ade sudah ada gambaran buat lanjutin jejaknya mas Aska"
Jantung ku seperti berhenti berdetak untuk sekian detik ketika Eza menyebutkan namanya. Nama seseorang yang membuat jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Ya sudah, belajar yang giat apa yang kamu impikan harus bisa tercapai "
"Iya Ade ngerti"
Sampai di parkiran rupanya Eza menjemput ku menggunakan mobil.
" Ade udah bisa bawa mobil?"
"Udah, Ade juga sesekali bawa mobil kalau ada urusan mendesak"
"Benar nih?, kok teteh agak takut ya dee, sini biar teteh aja yang nyetir"
"Udah gak apa apa biar Ade aja yang nyetir, kalau Ade gak bisa mana mungkin ayah nyuruh Ade jemput teteh, teteh istirahat aja, pasti capek kan habis pulang kerja langsung ke Bandung, percaya aja sama Ade"
Aku masih agak ragu dengan Eza yang sudah bisa menyetir, tapi melihatnya meyakinkanku bahwa ia sudah bisa mengendarai mobil ku putuskan untuk percaya kepada.
"Ya sudah, tapi hati hati ya dee". Eza hanya tersenyum kepada ku.
Kamipun memasuki mobil. Ternyata benar Eza sudah pandai menyetir mobil Aku sudah berada di depan rumah, rupanya ayah dan mamah menungguku di teras. Ku lihat wajah mereka seperti sangat bahagia menyambut kepulangan ku. Sudah berapa lama aku tidak pulang ke rumah? Sehingga mereka sangat antusias dengan kepulangan ku kali ini.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikum salam, Alhamdulillah udah sampai di rumah "
Ku jambat tangan ke dua orang tua ku, ku peluk mereka satu persatu.
Ku langkahkan kaki ke dalam rumah setelah memeluk mereka berdua. Eza membantu ku membawakan koper dan tas ku ke dalam kamar.
"Ayo makan malam dulu, ayah dan mamah masak makanan kesukaan kamu"
Ku hampiri meja makan yang sudah tersaji banyak hidangan dan tak lupa juga ada makanan favorit ku. Ayah dan mamah rupanya masih ingat kesukaan ku. Ku ambil piring dan mengisinya dengan secukupnya. Belum selesai kami makan seperti ada tamu yang datang. Aku tak peduli siapa yang datang ku lanjutkan makanku yang sempat tertunda.
"Biar Eza aja yang buka pintu". Eza pergi membukakan pintu.
"Siapa yang datang dee?" Mamah bertanya kepada Eza yang berada di depan.
"Mas Aska mah"
Tiba tiba aku terdiam seperti boneka hidup, kenapa dia datang ke rumah?, ahh bukankah sudah biasa dia kemari kenapa aku malah seperti orang yang kebingungan.
"Ajak mas Aska nya makan malam dulu za" Perintah mamah ku ke Eza.
"Iya mah, ayo mas makan malam dulu disini , mamah udah manggil tuh, ini bukunya Eza ambil ya terima kasih"
"Ade buruan ke sini, ajak mas Aska nya juga"
"Iya mah , ayo mas"
"Duh padahal aku baru aja habis makan malam za"
"udah gak apa apa mamah nanti manggil lagi "
Kenapa tiba tiba ruangan ingin seperti sunyi sekali. Sehingga langkah kakinya terasa sangat jelas di telingaku.
"Permisi om , Tante"
"Ayo duduk dulu ska, Tante ambilkan piring dulu buat kamu"
"Terimakasih Tante, Wahh ada tamu rupanya ya?" Dia melihat ke arahku, ku palingkan wajahku menghadap kepadanya.
"Oh tamu Agung yang datang rupanya om? Orang jakardah masih ingat pulang juga ya om?" Dia mengejekku di depan keluarga ku, itu sudah bukan hal asing bagi kami, sudah lumrah. Ayah malah tertawa dengan kelakarannya.
"Bisa aja kamu ini"
"Ini piringnya ska, silahkan" Mamah menyodorkan sebuah piring kepadanya.
" Terimakasih Tante"
Dia melihat ke arahku dan tersenyum, aku hanya melototkan mataku kepadanya, dia malah tertawa tanpa suara.
"Kapan sampai disini?"
"Barusan"
"Pulang pakai apa tadi?"
"kereta" Dia hanya menganggukkan kepalanya.
"Gimana kabar kamu?"
"Seperti yang kamu lihat, aku baik baik aja, kamu sendiri?"
"Ya lumayan". Tiba tiba ayah menyela percakapan kami.
"Habiskan dulu makannya nanti baru di lanjutkan ngobrolnya".
Kulanjutkan makan malam ku. selesai makan malam dia mengajakku ke taman depan kompleks.