NovelToon NovelToon
Masa Kecil Bulan

Masa Kecil Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / Duniahiburan / Kehidupan di Kantor / Slice of Life / Careerlit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: yuliani fadilah

Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.

Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 19 ternistakan oleh adik sendiri

Winda terus menggerutu kesal, wanita itu bergegas meninggalkan dapur. Beranjak menuju lantai atas untuk membangunkan Bulbul dan Kenzo. Ia kesal pasalnya jam sudah menunjukan hampir jam tujuh. Tapi, tidak biasanya kedua anaknya itu kebablasan sampai jam segini.

Lagi, Bulbul, anak itu biasanya paling bersemangat jika pergi sekolah, tapi pagi ini Bulbul sama sekali belum menampakan batang hidungnya untuk pergi sekolah ataupun hanya sekedar untuk meminta jatah susu paginya.

Winda terlebih dahulu menuju kamar Bulbul. Tangannya terulur menarik ke bawah knop pintu kamar itu, mendorongnya agar terbuka.

Winda berdecak kesal, dan melangkahkan kakinya menghampiri Bulbul yang masih tertidur pulas.

"Bul! Bangun, kamu gak mau sekolah emang?" Winda sembari melipat selimut yang berserakan diatas lantai itu.

Bulbul mengerjapkan matanya pelan, setelah mendengar sayup-sayup suara Winda. Kepalanya ditolehkan ke kiri, yang benar saja sudah ada Winda disana.

"Bul, bangun! Bulbul, emang gak mau sekolah hari ini?" ujar Winda mengulang pertanyaannya tadi.

Bulbul masih terlentang diatas kasurnya, gelengan kepala dilakukannya gadis itu. "Endak mau ah, Mama. Bulbul endak mau cekulah lagih!"

Winda menyernyit heran, "Kenapa, kok gitu?"

Bulbul mengerucutkan bibirnya kesal, memiringkan badannya menghandap Winda. "Endak mau! Temen-temen di cekulah nakal-nakal!"

"Nakal gimana?" tanya Winda lagi, wanita itu masih bergelayut membereskan kamar Bulbul yang terlihat berantakan.

Kaki pendeknya bergerak menendang-nendang kesal selimut yang sebelumnya sudah dilipat oleh Winda. "Maca, kemalin ci Lepan telus-telus nalik-nalik kuncil lambut Bulbul Mama, kan atit!"

"Teluc, ci endut. Maca dia atain Bulbul endut teluc, kan dia uga endut!" adunya masih dengan bibir mengerucut kesal.

"Jadi gak mau sekolah lagi, nih?"

Bulbul menggelengkan kepalanya. "Endak! Bulbul endak mau cekulah di cituh lagih!"

"Ya, terus maunya sekolah dimana lagi Bul, si Eful juga, kan sekolah disana. Bulbul mainnya sama si Eful aja kalo gituh," ujar Winda yang kini sudah menyelesaikan beres-beresnya dan berdiri menatap anaknya yang masih terlentang dikasur.

"Bulbul mau cekulah di cekulah Bang Jojo adah! Ental kalo ada yang nakal, Bang Jojo yang malahin dia!" sahut Bulbul dan bangkit dari terlentangnya.

Kenzo yang kebetulan tengah berjalan melewati kamar Bulbu, cowok itul mendengar sekelebat apa yang tengah dibicarakan. Seketika ia memundurkan kembali langkahnya dan menoleh ke kamar Bulbul dengan hanya menampakan kepalanya saja ke dalam kamar itu.

"Bul, kamu mulai kembali ngadi-ngadi lagi, yeh! Kagak ada sejarahnya anak baru lahir kemaren langsung masuk SMA!" sewot Kenzo merotasikan bola matanya kesal.

"Abang kok ituh cih! Pokona Bulbul mau ikut cekulah di cekulah Abang adah!" sahut Bulbul ketus, sambil bersedekap dada.

"Serah! Siapa juga yang nantinya mau bawa kamu! Huh!" ucap Kenzo menatap horor Bulbul.

"Bialin, kalo Abang endak mau adak Bulbul cekulah di cana. Bulbul bilagin cama Papa, bial Abang dimalahin Papa! Wlek!" katanya sambil menjulurkan lidahnya mengejek Kenzo.

Kenzo tertawa mengejek, ia suka jika berdebat dengan Bulbul kaya gini dan lebih seru lagi, jika Bulbul sudah sangat kesal kerenanya. "Idih! Tapi, Papa udah pergi ke kantor, Bul!"

Bulbul beralih menatap Winda yang hanya duduk menyeksikan. "Papah ke kantol, Ma?" tanya Bulbul.

Winda mengangguk singkat. "Iya."

Bulbul menekuk wajahnya dengan bibir yang kembali mengerucut kesal. "Ya udah! Bulbul pelgi cekulah di cekulah Bang Jojo cama ci Je adah. Ci Je kan cekulah di canah duga, ci Je pasti mau!"

Winda yang menyimaknya, mengangkat sebelah alisnya. "Je, siapa Bul?"

Bulbul kembali memandang Winda. "Itu loh pacalna Bang Jojo tau, Ma. Kemalin ada Bang Jo antelin ci Je ke lumahnya. Bulbul duga ikut."

Winda seketika mengalihkan pandangannya menjadi memandang Kenzo yang masih setia berada di posisi awalnya. Tersenyum misterius menatap anak Laki-lakinya itu. "Bener Jo? Anak kecil gak pernah bohong loh."

Kenzo menatap horor Bulbul. "Kagak, si Bulbul mah ngadi-ngadi! Orang si Zeline cuman temen--"

"Oh, namanya Zeline," ujar Winda mengengguk-ngangukan kepalanya paham.

Kenzo berdecak kesal, "Lagian kamu masih orok udah tau pacar-pacaran. Emang tau pacaran itu apaan!"

"Tau dong! Bulbul ada udah puna pacal. Ci Eful! Wlek!" sahutnya sambil kembali menjulurkan lidahnya.

"Astagfirullah. Mah! Buang aja dah bocah keparit sonoh!" kesal Kenzo mengelengkan kepalanya pusing dan memilih beranjak dari kamar Bulbul.

••

Hari ini Bulbul benar-benar bolos sekolah, gadis itu enggan untuk berangkat sekolah tadi pagi. Dan memilih untuk diam dirumah saja. Tapi, bukan Bulbul namanya kalo betah berdiam dirumah apalagi main sorang diri.

Bulbul merengek pada Winda agar diperbolehkan untuk main keluar rumah, hanya sekedar bermain kerumah bayi yang kemarin-kemarin dijenguknya bersama Winda.

Karena kesal anak itu terus saja merengek, dan mengganggu apa yang tengah dikerjakannya. Akhirnya, Winda memperbolehkan anak itu untuk keluar dan langsung anaknya itu ke rumah bayi itu, dengan catatan tidak boleh merepotkan.

Kenzo telah pulang sekolah dan sekarang pakaiannya telah berganti dengan pakaian rumahan. Remaja itu turun dari lantai atas. Niatnya ingin pergi ke dapur, hanya untuk sekedar mengisi perutnya.

"Jo, kamu tolong jemput si Bulbul sana!" celetuk Winda yang berjalan dari arah dapur ke arah meja makan.

"Emang kemana, dah?"

"Main ke rumah, Mbak Nia."

Kenzo melanjutkan langkahnya menuju meja makan dan menuangkan air putih pada gelas yang telah digenggamnya. Meneguknya sampai menyisakan setengah.

"Kagak tau Jo, Nia yang mana dah."

Winda berdecak, "Ck! Itu yang kemaren lahiran!"

"Ohh. Nanti aja ah, males." Lalu Kenzo memilih mengambil apel yang sudah tersedia diatas meja makan itu.

"Sekarang Jo! Nanti si Bulbul ngerepotin!"

"Cepet sana jemput!" sambung Winda.

Kenzo mendengkus kesal, "Iye-iye!" ujar Kenzo dan segera beranjak dari duduknya dan melangkah keluar rumah.

••

Rumah Mbak Nia dengan rumahnya hanya terhalang oleh beberapa rumah saja. Karena itu, tidak memerlukan waktu yang cukup lama bagi Kenzo untuk sampai ke rumah Mbak Nia. Tentunya, hanya untuk menjemput Bulbul tadi.

Kenzo hendak memasuki gerbang rumah yang terlihat cukup elit itu. Namun, ia urungkan setelah pandangannya menangkap sesosok tuyul yang tengah dicarinya, kini sedang berlari mengejar anak lain yang tengah mengendarai sebuah sepeda bersama dengan anak-anak kompelks lainnya, tepatnya didepan sana.

Kenzo berdecak malas, "BUL!" teriak Kenzo memanggil.

Sementara Bulbul yang dipanggil, tidak merespon sama sekali. Anak itu hanya asik terus berlari bersama yang lain, walaupun diantara anak-anak lainnya dia, lah yang paling lambat berlari, entah itu akibat badannya yang gendut dan pendek, atau memang Bulbul tidak handal dalam berlari.

"BULBUL! AYO PULANG!" teriak Kenzo lagi, kali ini remaja itu berjalan mendekat menghampiri Bulbul.

Bulbul menghentikan sejenak aktivitasnya dengan napas yang tersenggal-senggal dan keringat sudah mulai membanjiri pelipisnya. Bulbul berbalik badan menghadap Kenzo.

"AYO PULANG! MAMA NYARIIN! JANGAN LARI-LARI DI JALANAN, NANTI ADA MOTOR" ujar Kenzo berteriak untuk yang kesekian kalinya.

"ENDAK MAU! BULBUL MACI AU MAIN!" sahut Bulbul sama-sama berteriak. Dan kembali berbalik badan melanjutkan berlarinya mengikuti anak-anak yang lain.

"PIPI! API! TUGUIN BULBUL DONG! DANGAN TIGALIN BULBUL! PELAN-PELAN LALINA, PIPI! API!" pinta Bulbul kembali berteriak pada kedua teman kompleks, pasalnya ia cukup jauh tertinggal dibelakang.

Salah satu anak yang namanya disebutkan oleh Bulbul, menolehkan kepalanya ke belakang dimana Bulbul berada, tentunya, sambil terus berlari.

"AYO CEPET BUL! LALI KAMU LAMBAT SIH! NANTI DITINGGALIN YANG LAIN!" sahut anak itu.

"IYA! LALINA DANGAN TEPET-TEPET API--ADUH!" teriak Bulbul sambil mengaduh. Dan akhirnya ia tersungkur diasapal. "AAA! MAMA ATIT!" lanjut Bulbul Berteriak. Karena anak itu kini terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri dan mengakibatkan lututnya mencium aspal jalanan.

"Mampus! Nah, rasain lu!" ujar Kenzo yang melihat itu dari belakang sana. Dan segera berjalan menghampiri Bulbul.

"MAMA, PAPA! ATIT!" pekiknya yang sudah terduduk diatas aspal sambil memegangi lututnya yang luka.

Kenzo membantu Bulbul berdiri. "Nyusahin aja sih! Makannya kalo dibilangin, tuh dengerin. Ginikan jadinya!" omel Kenzo.

"Abang, utut Bulbul atit! Abang!" rengeknya sembari menatap lututnya. Yang kebetulan Bulbul tidak mengenakan celana sampai menutupi bagian lututnya itu.

"Rasain! Makannya jadi orok jangan bandel!"

Bulbul terisak, "Atit, Abang! Ata Mama, Abang u-uga banel dulu!" sahut Bulbul, tangannya mengusap airmatanya yang jatuh dari pelupuknya melewati pipinya begitu saja.

Kenzo mendengus kesal, "Ayo pulang, dah! Malah nyautin lagi!"

"Utut Bulbul atit, Abang!" kata Bulbul, masih diiringi isakkan. "Gendog, Abang" pinta Bulbul, sambil merekahkan kedua tangannya pada Kenzo.

Kenzo menghela napasnya sabar, "Ngerepiotin! Bener-bener ngerepotin, dah! Kalo bukan adek kandung, gue buang lu ke kali Ciliwung!" gerutu Kenzo. Namun, mau tidak mau ia harus memggendong Bulbul untuk segera pulang.

••

1
yuliani fadilah
hallo
Amai Kizoku
Saya suka sekali sama cerita ini, ayo cepat update lagi biar saya gak kesal.
★lucy★.
terharu banget pas adegan romantisnya, ini the best story ever ❤️
Jennifer Impas
Gaya penulisanmu sungguh memukau, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!