NovelToon NovelToon
Melepaskan Diri Dari Jiwa Manusia Serigala

Melepaskan Diri Dari Jiwa Manusia Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Manusia Serigala / Cinta Beda Dunia / Dunia Lain / TKP
Popularitas:834
Nilai: 5
Nama Author: husna_az

"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."

Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Vartan!"

"Vartan!"

"Vartan!" teriak Asif, Harya dan Tamaz secara bergantian.

Ketiganya sudah berkeliling sejak tadi. Namun, tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Vartan. Di sekitar juga terlihat sepi, tidak terdengar lagi suara Vartan yang meminta tolong. Dalam hati mereka jadi semakin khawatir, takut terjadi sesuatu pada temannya.

"Ke mana perginya si Vartan? Dia nggak apa-apa 'kan? Gue khawatir terjadi sesuatu sama dia," ujar Asif membuat Harya dan Tamaz saling berpandangan.

Keduanya juga sebenarnya khawatir, takut terjadi sesuatu pada Vartan. Namun, segera mereka menepis pikiran itu. Harya dan Tamaz yakin Vartan bisa menjaga diri.

"Sudah, jangan berpikir yang macam-macam. Sebaiknya kita cari lagi si Vartan, semoga saja dia cepat ketemu," sahut Tamaz yang kembali melanjutkan langkahnya.

Ketiga pemuda itu terus berteriak dan mencari keberadaan temannya. Namun, hingga pagi menyapa Vartan tidak juga ditemukan. Rasa khawatir semakin menyelimuti hati ketiganya. Berbagai pikiran buruk terus berputar di kepala masing-masing.

"Apa kita lapor saja ke polisi biar ada yang bantu untuk mencari Vartan," usul Tamaz yang diangguki Asif.

"Kalau kita lapor polisi otomatis orang tua kita akan tahu jika kita pergi ke hutan dan membohongi mereka. Kalian sudah pasti tahu apa yang akan mereka lakukan terhadap kita," sahut Harya.

"Tapi aku khawatir, kalau terjadi sesuatu sama Vartan bagaimana? Apalagi di sebelah sana ada hutan larangan. Aku jadi takut, bagaimana jika Vartan tanpa sadar masuk ke sana."

Harya jadi ragu, apakah dirinya harus melaporkan ke polisi atau tidak. Vartan juga belum ditemukan. Hari sudah semakin siang, mereka juga sudah merasa sangat lapar. Sejak semalam tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut mereka.

"Baiklah, kita kembali dulu ke tenda. Kita bereskan semua peralatan kita dan lapor ke polisi."

"Pasti nanti bokap gue bakal nyita semua fasilitas yang sudah diberikan," gumam Asif yang bisa didengar oleh kedua sahabatnya.

"Apa lo lebih mentingin fasilitas yang lo miliki daripada nyawa Vartan!" sentak Harya membuat Asif terkejut.

"Iya, aku tahu Vartan lebih berharga. Aku hanya mengatakan apa yang akan terjadi saja."

Harya mendengus kesal dan berbalik berjalan menuju arah tenda terlebih dahulu. Asif jadi merasa bersalah padahal dia bukan bermaksud untuk menyampingkan nyawa Vartan. Dia hanya sekadar mengatakan apa yang akan terjadi nanti saat sampai di rumah.

Tamaz mengusap punggung Asif, guna menenangkan temannya itu dan mengajaknya untuk kembali ke tenda. Mereka pun membereskan semua barang-barang yang ada, kemudian pergi ke kantor polisi terdekat untuk melaporkan tentang kehilangan teman mereka.

Kedua orang tua Vartan yang mengetahui berita tersebut pun segera datang menuju kantor polisi. Minarti—mama Vartan—sangat marah pada ketiga sahabat anaknya karena mengira jika merekalah yang sudah mengajak Vartan pergi ke hutan. Sekarang malah membiarkan anaknya itu dalam bahaya.

"Maafkan kami, Tante. Kami tidak tahu jika semalam Vartan keluar tenda. Dia juga tidak membangunkan kami," ujar Tamaz mewakili kedua temannya, sementara Harya dan Asif hanya diam menunduk.

"Kalau terjadi sesuatu sama anak saya, saya tidak akan memaafkan kalian bertiga. Bisa-bisanya kalian mengajak anak saya pergi ke hutan. Apa tidak ada tempat lain yang bisa dijadikan tempat camping. Apalagi hutan itu tidak terawat, tidak ada siapa pun di sana. Bagaimana kalau ada binatang buas."

"Maaf, Tante."

"Maaf, maaf. Permainan maaf kalian tidak ada gunanya sama sekali. Anak saya sudah hilang."

"Ma, sudah, mereka juga tidak tahu kalau begini akhirnya. Sekarang kita hanya bisa menunggu dan berdoa, semoga Vartan baik-baik saja," sela Prayoga—papa Vartan sambil menahan istrinya agar tidak menyerang ketiga sahabat anaknya.

Dia pun pernah muda jadi sangat tahu apa yang ada dalam pikiran Vartan dan ketiga temannya itu. Rasa penasaran yang begitu besar membuat mereka melupakan keselamatan diri.

"Papa mau membela mereka? Yang hilang itu anak kita, Pa! Bagaimana bisa Papa bisa setenang ini dan membela anak-anak bandel ini. Kalau terjadi sesuatu pada anak kita bagaimana? Dia anak satu-satunya yang kita miliki. Untuk mendapatkan dia segala perjuangan kita lakukan, tapi sekarang kita tidak tahu di mana keberadaannya," ujar Minarti dengan menangis tersedu-sedu.

"Iya, Papa mengerti. Papa juga sedih, tapi tidak ada gunanya juga marah-marah pada mereka. Kita doakan semoga dia baik-baik saja sampai pihak kepolisian menemukan keberadaannya."

***

Sinar matahari yang menyengat membangunkan Vartan dari tidurnya. Dia melihat sekeliling dan mundur beberapa langkah, teringat kejadian malam saat dirinya terjatuh dari tebing. Untung saja tubuhnya tidak apa-apa, hanya ada luka goresan di beberapa tubuhnya.

Saat terjatuh dari atas tebing, Vartan masih dalam keadaan sadar. Dia melihat ada seekor serigala yang menatapnya dengan tatapan tajam. Seketika tubuh Vartan merinding, merasa ada sesuatu yang menembus jantungnya. Ingin dirinya berlari sekuat tenaga menjauhi tempat itu, tetapi entah kenapa tubuh Vartan saat itu membeku dan tidak bisa digerakkan. Mulutnya pun seolah terkunci rapat, tidak bisa mengeluarkan satu kata pun.

Saat serigala ingin menyerang, Vartan berusaha melindungi dirinya dengan sebuah kayu besar. Dia mencoba untuk memukul serigala itu. Namun, usahanya sia-sia justru tangannya tergigit oleh serigala hingga dirinya tidak sadarkan diri.

Vartan pikir dia sudah habis dimakan serigala, siapa yang menyangka jika dirinya baik-baik saja. Hanya luka di pergelangan tangannya saja akibat gigitan serigala itu dan darahnya pun sudah mengering. Dia merasa aneh kenapa serigala itu tidak memakannya? Bahkan saat dilihat di seluruh tubuhnya pun tidak ada bekas gigitan serigala, hanya ada di pergelangan tangannya saja.

Vartan tidak mau terlalu memikirkannya. Baginya kali ini yang penting dia bisa keluar dengan selamat. Anggap saja dirinya sedang bernasib baik karena serigala telah melepaskannya.

"Vartan!" teriak seseorang membuat Vartan menoleh ke arah atas.

Dia pun berusaha memanggil-manggil orang tersebut untuk meminta bantuan. Vartan pikir itu ketiga temannya, tetapi ternyata itu adalah pihak kepolisian yang sudah mencarinya selama dua hari ini. Vartan memang sudah dua hari dinyatakan hilang dan selama itu ternyata dia tidak sadarkan diri.

"Saya di sini! Siapa di sana? Tamaz, Asif, Harya, apa itu kalian? Tolongin Gue! Gue ada di bawah tebing!" teriak Vartan.

Salah seorang polisi yang mendengar pun berusaha untuk mencari ke asal suara. "Apa kamu baik-baik saja di bawah sana? Apa kamu bisa memberi tanda-tanda di mana posisi kamu saat ini!"

Vartan melihat-lihat ke sekeliling, barangkali ada sesuatu yang bisa dia gunakan sebagai tanda-tanda keberadaannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!