Datang sebagai menantu tanpa kekayaan dan kedudukan, Xander hanya dianggap sampah di keluarga istrinya. Hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan senantiasa ia dapatkan sepanjang waktu. Selama tiga tahun lamanya ia bertahan di tengah status menantu tidak berguna yang diberikan padanya. Semua itu dilakukan karena Xander sangat mencintai istrinya, Evelyn. Namun, saat Evelyn meminta mengakhiri hubungan pernikahan mereka, ia tidak lagi memiliki alasan untuk tetap tinggal di keluarga Voss. Sebagai seorang pria yang tidak kaya dan juga tidak berkuasa dia terpaksa menuruti perkataan istrinya itu.
Xander dipandang rendah oleh semua orang... Siapa sangka, dia sebenarnya adalah miliarder terselubung...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Santai
"Aku tentu akan memecat Xander kalau dia memang terbukti melakukan pelecehan pada putri Anda, Tuan Declan. Selain itu, aku akan menyeretnya ke jeruji besi dan memastikan hidupnya membusuk di penjara," ujar Govin dengan suara datar.
Declan mengembangkan senyum penuh kemenangan. Raven, Victor, Noah, dan Alex mengikuti dengan senyum puas, membayangkan kehancuran Xander yang mereka dambakan. Kecuali Evelyn dan Selene yang merasa jika tindakannya adalah kesalahan.
Declan melangkah maju. "Aku tahu Anda orang yang sangat bijak, Tuan Govin," ujarnya dengan nada penuh pujian. "Anda tentu tidak akan membiarkan seorang penjahat berada di dekat Anda. Kami semua sudah mengenal tabiat Xander selama dua tahun lamanya dan berusaha bersabar dengan hal itu. Namun, saat melihat tindakan tak bermoralnya pada salah satu anggota keluarga kami. Kami benar-benar sudah kehilangan kesabaran. Xander pasti mendapatkan hukuman yang sangat buruk."
Govin menatap Declan, lalu berbicara dengan suara yang lebih rendah namun tajam, "Tapi Anda harus tahu kalau itu juga bisa saja terjadi pada Anda dan keluarga Voss, Tuan Declan."
Declan dan hampir semua anggota keluarga Voss tiba-tiba menjadi tegang. Mereka saling berpaling satu sama lain.
"A-apa maksud Anda, Tuan Govin?" tanya Declan dengan suara bergetar, tak mampu menyembunyikan ketegangannya.
Govin tersenyum tipis. "Seperti yang aku katakan kemarin, setiap pegawaiPhoenix Vanguard akan mendapat perlindungan hukum penuh dari perusahaan. Perusahaan wajib membantu pegawai sampai kasus tuntas, baik dengan bukti yang mendukung atau justru melawan tuduhan palsu."
Govin berhenti sejenak, matanya memindai satu per satu anggota keluarga Voss. Declan, yang tadinya berdiri dengan bangga, kini menunduk perlahan. Raven, Victor, Noah, dan Alex merapatkan bibir mereka, wajah-wajah mereka pucat seperti kain putih. Bahkan Selene terlihat semakin kecil di tempatnya berdiri, menggigit bibirnya sambil menatap Xander.
Mereka berani menghina Tuan Xander dengan kata-kata yang sangat tidak pantas meskipun mereka tidak memiliki bukti apa pun. Yang lebih parahnya lagi, mereka berusaha mempengaruhiku agar berpihak pada mereka. Sungguh orang-orang yang sangat menjijikkan, batin Govin.
"Baiklah, mari kita lihat rekaman CCTV lebih dulu," katanya dengan nada tegas.
Declan seperti tersambar petir ketika mendengarnya. Pemimpin keluarga Voss itu yakin jika Xander tidak menjelaskan seperti yang dimaksudkan. Ia hanya didorong oleh kebencian dan kemarahan sampai berani mengambil kesempatan untuk menghancurkan Xander di depan Govin dan Sophia.
Selene, Raven, Victor, Noah, dan Alex saling melirik dengan panik. Mereka tahu betul bahwa jika rekaman itu menunjukkan Xander tidak bersalah, keluarga Voss akan kehilangan muka, dan mereka sendiri mungkin akan menerima hukuman berat.
Raven mendekatkan wajahnya ke telinga Selene, berbisik pelan. "Hei, apa benar si sampah Xander itu sudah melecehkanmu, Selene?"
Sebelum Selene sempat merespons, Victor ikut menambahkan. "Situasinya menjadi sangat runyam sekarang. Kita semua bisa mendapat masalah jika CCTV justru menayangkan hal sebaliknya."
Selene menatap mereka berdua dengan sorot tajam. Wajahnya yang awalnya hanya diselimuti ketakutan kini mulai memancarkan kemarahan yang ia tahan.
"Di-diamlah!" ketusnya, "bukankah kalian berdua yang memulai semua sandiwara ini?"
Raven dan Victor terdiam, saling melirik dengan gugup. Mereka tahu, jika Selene mengungkap semuanya, rencana mereka akan runtuh dalam sekejap.
Di sisi lain, Declan sudah mulai mendapatkan kembali ketenangannya. Ia menyeka keringat di pelipisnya sebelum berbicara kepada Govin. "Baiklah, Tuan. Mohon tunggu sebentar. Aku akan menghubungi pegawaiku untuk mengirimkan rekaman CCTV. Ini akan memakan waktu beberapa menit."
Govin mengangguk ringan, "Baiklah, aku harap masalah ini segera teratasi. Aku masih ingin mendengar penjabaran Anda mengenai bisnis keluarga Voss, Tuan Declan." ujar Govin yang kemudian berjalan kembali ke dalam ruangan. Beberapa pengawalnya segera mengikuti dari belakang, termasuk Xander
"Apa Anda tidak apa-apa, Tuan Xander?" tanya Sophia, yang kini berada di samping Xander. Wajahnya timbul tenggelam saat melihat Xander. Ia berusaha menahan degup jantung yang mulai menggila. Pria di dekatnya benar-benar sempurna dari berbagai sisi.
"Aku baik-baik saja, Mereka akan mendapat pembalasan dengan segera. Untuk itu, aku akan membutuhkan bantuanmu, Sophia." jawab Xander yang kemudian berjalan lebih cepat hingga meninggalkan Sophia
"Ba-baiklah, Tuan." Sophia mengangguk, mengikuti Xander hingga akhirnya duduk di meja yang ditempatinya tadi.
Selene terkejut ketika secara samar-samar mendengar percakapan tersebut. Wanita itu sampai berhenti di mana tubuhnya terdorong beberapa kali ke depan dan samping karena anggota keluarga Voss yang lain ikut memasuki ruangan.
"No-nona Sophia baru saja memanggil Xander dengan sebutan tuan?" Selene menggigit bibirnya sendiri. Kepalannya memegang dan tak lama setelahnya kembali mengendur. Ia terpejam seraya menggeleng pelan. "Itu pasti tidak mungkin."
Selene buru-buru mendekat ke arah Declan yang tengah berbicara pada Raven, Victor, Noah dan Alex. Perasaannya benar-benar tak tersampaikan sekarang. Bolehkah dia mengatakan hal tersebut pada ayahnya?
"Tuan Xander, apa yang akan Anda lakukan pada mereka?" tanya Govin saat Xander sudah berdiri di sana.
Xander menatap Govin dengan pandangan dingin. "Aku ingin kau memberi peringatan kecil pada mereka, Declan. Minta Declan dan keluarga Voss meminta maaf padaku secara langsung. Jika mereka menolak, ancam mereka dengan memasukkan perusahaan mereka ke daftar hitam. Selain itu jangan menerima hadiah atau permintaan kerja sama dari mereka, kecuali jika aku memutuskan sebaliknya."
Govin mengerutkan dahi. "Hukuman itu terlalu ringan untuk mereka, Tuan. Anda bisa menghancurkan mereka jika Anda mau."
"Aku tahu." Xander menoleh pada Evelyn yang berjalan ke arah Avery sekilas. "Anggap saja kebaikanku terjadi sebagai balas jasa karena mereka mau menampungku selama dua tahun lamanya. Jika mereka bertindak macam-macam lagi,aku akan membalas dengan balasan yang lebih keras dari ini."
Aku mengerti, Tuan." Govin mengutak-atik ponsel beberapa waktu, lalu tersenyum saat mendapat salinan sebuah video. "Tuan, aku sudah mendapatkan video yang membuktikan bahwa Anda tidak bersalah. Video ini diambil dari kamera tersembunyi yang diletakkan di balik kerah kemeja yang Anda gunakan."
"Kerja bagus, Govin." Xander tersenyum saat melihat tayangan Video. menatapnya kemudian muncul pada Declan, Selene, Raven, Victor, Noah dan Alex yang masih berada di Lorong. Xander tahu apa yang akan mereka lakukan demi memuluskan rencana untuk mempermalukannya.
Declan dan Selene kembali ke ruangan setelah Raven, Victor, Noah dan Alex pergi. Mereka berjalan ke meja minuman, mencoba menenangkan pikiran yang semakin kacau. Selene memegang lengan ayahnya dengan erat, wajahnya memancarkan kecemasan.
"Ayah, apa ini akan baik-baik saja?" tanya Selene, suaranya hampir berbisik. "Bagaimana jika mereka curiga dan berbalik menuntut kita?"
Declan meneguk minuman dari gelasnya hingga habis, lalu meletakkannya di meja dengan keras. "Tenanglah, Selene," la sama khawatirnya dengan Selene saat ini. Meski begitu, ia berusaha tetap tenang demi menjaga wibawa. ""Ini akan berjalan dengan baik jika kita semua bisa bekerja sama. Ini kesempatan bagus untuk menyingkirkan si sampah Xander. Raven, Victor, Noah dan Alex akan memanipulasi rekaman CCTV untuk membenarkan tuduhan kita pada si sampah Xander."
Selene menggigit bibirnya, tatapannya menerawang. Kekhawatiran yang semakin besar mulai menguasai pikirannya. Namun, sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, Evelyn dan Avery masuk ke ruangan, bergabung dengan mereka.
"Declan, apa kau sudah memikirkan jalan keluar jika situasi terburuk benar-benar terjadi?" tanya Avery dengan nada penuh kekhawatiran, "kau tahu, aku sependapat dengan ucapan Evelyn meski aku harus mengakui bahwa sangat membenci hal itu. Si sampah Xander tidak mungkin melecehkan Selene, terutama di depan banyak orang dan jamuan makan malam. Harus kuakui jika dia menjaga Evelyn dengan baiklah selama ini."
Evelyn melirik Selene dengan tajam, tetapi sepupunya menghindari tatapan itu, memilih memalingkan wajah. Evelyn akhirnya mendekati Selene ketika gadis itu menjauh dari Declan.
"Kau sepertinya ketakutan, Selene," kata Evelyn dengan suara rendah tetapi menusuk. "Itu berarti Xander tidak melakukan apa yang kalian tuduhkan. Apa kau sadar apa yang akan terjadi pada keluarga kita jika Tuan Govin dan Nona Sophia mengetahui kebohongan ini?"
Berbicara seperti itu tidak akan membuatmu lebih baik dariku, Evelyn.” Selene memutar bola mata. “Aku yakin kau hanya ingin tampil menonjol di saat seperti ini."
Evelyn menghembus napas panjang. "Aku akan melepaskan diri dari semua akibat yang terjadi pada keluarga kita jika Xander tidak terbukti melakukan memperkuat yang dimintakan. Aku sudah berusaha mencari solusi saat masalah terjadi."
"Kau tidak bisa dengan mudah melepaskan diri dari masalah ini, Evelyn." Selena mendengkus kesal, menyilangkan kedua tangan di depan dada. “Bagaimanapun kau ikut bersalah dalam masalah ini."
"Apa yang kau katakan, Selene?" Evelyn tanpa sadar meninggikan suara. "Kau dan yang lainlah yang patut disalahkan karena sudah menuduh Xander tanpa bukti. Bahkan, menghinanya dengan kalimat tak pantas."
"Kau yang sudah membawa Xander ke keluarga Voss. Kau harus mengingat hal itu, Evelyn. Jika Xander tidak pernah hadir dalam keluarga kita, maka masalah ini tidak akan pernah terjadi." Selena mendengkus kesal.
Evelyn terkejut ketika mendengar alasan tidak masuk akal itu, “Alasanmu benar-benar tidak masuk akal, Selene. Mengakulah jika kau salah sebelum keluarga kita..."
"Kau sepertinya menyukai Xander sampai kau membelanya dengan segigih ini," tuding Selene terus terang.
"A-aku... menyukai Xander?" Evelyn tiba-tiba gugup mendengar ucapan itu. "A-aku ... hanya tidak ingin kalau keluarga kita mendapat masalah karena perbuatanmu dan yang lain. Ki-kita sudah mendapatkan kesempatan emas dengan hadirnya Tuan Govin dan Nona Sophia ke tempat ini. Aku tidak ingin hal itu..."
"Kami sudah mendapatkan rekaman CCTV di sekitar lorong." Raven tiba-tiba saja berkata cukup kencang saat memasuki ruangan bersama Victor, Noah dan Alex.
Semua perhatian seketika permulaan pada keempat pria itu.
Semua anggota Voss merapat ke dekat panggung saat sebuah layar besar tiba-tiba muncul dari atas ruangan langit-langit.
Xander tersenyum tipis saat melihat wajah Angkuh Declan, Raven, Victor dan anggota keluarga Voss yang lain. Ia tentu tahu jika mereka sengaja memanipulasi rekaman untuk memfitnahnya.
"Baiklah mari kita lihat apa yang bisa kalian lakukan untuk menghiburku malam ini," gumam Xander dengan tangan terkepal.
terlalu drama
terlalu naif
tak realistis
iq jongkok
out aja,.