Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2, Aditya Wijaya
Aditya Wijaya duduk di kursi besar di sudut ruang CEO, matanya tak lepas dari Alya yang sedang berbicara dengan Tara. Alya, dengan penampilan yang sederhana dan ceria, tampak jauh dari sosok pengasuh ideal yang ada dalam bayangannya. Ia membayangkan seseorang yang lebih tegas, dengan sikap yang lebih matang dan terstruktur—bukan seorang gadis muda yang terlihat lebih seperti teman bermain bagi Tara daripada pengasuh yang profesional.
Alya tampak nyaman berbicara dengan Tara, membuat gadis kecil itu tertawa dan melupakan semua keraguan yang ada di benaknya. Namun, di dalam hati Aditya, muncul keraguan yang semakin besar. *"Dia terlihat terlalu santai. Bagaimana dia bisa mengasuh anak sebaik ini? Terlalu ceria, terlalu… tidak serius,"* pikirnya.
Tara, yang sibuk menggambar, tiba-tiba menoleh dan tersenyum lebar pada Alya. "Alya, gambar ini bagus kan? Ini buat kamu!"
Alya tersenyum lebar, mengangguk dengan penuh semangat, "Iya, nona Tara! Gambarnya luar biasa! Nona punya bakat besar!"
Aditya yang melihat semua ini dari sudut ruangan hanya mengernyit. *"Gadis itu, terlalu ceria. Terlalu banyak bicara. Apa dia serius? Ini bukan permainan. Tara butuh pengasuh yang bisa mengatur dan membimbingnya dengan disiplin."*
Aditya duduk tegak, memerhatikan mereka dengan hati yang penuh pertanyaan. *"Saya butuh pengasuh yang serius. Harus ada profesionalisme, kedisiplinan, bukan kekonyolan seperti ini. Apakah dia benar-benar tahu apa yang dia lakukan? Dengan penampilannya yang sederhana, dia jelas bukan tipe orang yang akan bisa mengendalikan rumah tangga besar ini."*
Pikirannya terus berputar. *"Gadis itu terlalu ceria, mereka terlalu akrab. Tara bisa jadi sangat cerdas, tapi juga bisa sangat manja. Jangan sampai dia lebih manja dengan gadis itu. Jika aku menerima orang ini, aku mungkin akan menyesal. Tapi, tunggu dulu. Tara tampaknya menyukainya, itu artinya ada sesuatu yang baik, kan? Tapi... Ahh, aku tidak tahu!"*
Alya masih berbicara dengan penuh semangat kepada Tara, sementara Aditya hanya bisa menatap mereka berdua. *"Apa ini yang aku butuhkan? Seorang pengasuh atau teman bermain? Apakah aku benar-benar bisa mempercayakan Tara padanya?"*
Aditya akhirnya berdiri dan mendekati mereka, menyela percakapan hangat antara Alya dan Tara yang tengah asyik dengan gambar-gambar di dalam gadgetnya.
"Kamu," panggil Aditya pad Alya membuat Alya menghentikan kegiatannya dan mengangkat kepalanya menatap Aditya,
"Iya, tuan?"
"Saya rasa kamu cukup dekat dengan putri saya, tapi saya perlu tahu, apakah kamu siap dengan tanggung jawab yang besar ini?" tanya Aditya dengan suara datar.
Alya tersenyum ceria, "Tentu, tuan Aditya! Saya siap! Saya suka sekali menghabiskan waktu bersama anak-anak. Saya juga bisa mengajari nona Tara hal-hal baru. Gambar, nyanyi, atau bahkan belajar matematika kecil!"
Aditya mengangkat alis, mencoba tetap tenang, "Matematika? Seorang pengasuh harus lebih dari sekadar mengajarkan hal-hal menyenangkan. Ini bukan permainan, nona."
Alya tersenyum ringan, "Oh, tentu, tuan. Saya tahu. Tapi, saya bisa kok. Siapa tahu nona Tara malah suka belajar matematika sambil bermain, kan? Setiap anak punya cara belajar yang berbeda."
Aditya melihatnya ragu, sedikit bingung, "Hmm… Sebenarnya saya ingin pengasuh yang bisa mengatur waktu dengan lebih tegas, bukan hanya yang suka bercanda dan bermain." ucapnya dengan sedikit acuh seolah tidak tertarik jika Alya yang menjadi pengasuh putrinya.
Alya menunduk sejenak, kemudian mengangkat kepala dengan senyum tipis, "Tuan Aditya, saya memang suka bercanda, tapi saya juga bisa tegas! Atau jika anda ragu, anda bisa mencoba pekerjaan saya untuk beberapa hari ke depan, kalau memang pekerjaan saya mengecewakan anda saya siap dipecat tanpa pesangon sedikitpun."
Aditya masih skeptis, namun mencoba lebih terbuka, "Waw, kamu ternyata berani juga ya."
Alya menatap Aditya dengan serius, "Hanya karena saya ceria bukan berarti saya tidak serius. Saya yakin bisa membuat nona Tara merasa dihargai dan tetap belajar dengan cara yang menyenangkan."
Aditya pun kembali menatap Alya dengan serius, mencoba menilai, namun akhirnya menghela napas*, "Hmm… baiklah. Saya akan beri kesempatan. Tapi kamu harus tahu, ini bukan tugas yang mudah. Tara bukan anak yang mudah diatur."
"Saya tahu, tuan. Saya siap. Mungkin saya bukan pengasuh yang tegas seperti yang anda bayangkan, tapi saya percaya cara saya akan bekerja dengan baik nanti." ucap Alya dengan begitu yakin.
Aditya terdiam sejenak, melihat Alya dengan tatapan seriusnya, "Kamu tahu, saya tidak suka kesalahan, jadi sebisa mungkin hindari kesalahan saat mengasuh putri saya atau kamu akan berurusan langsung dengan saya, mengerti!?"
"Alya menganggukkan kepalanya, "Mengerti, tuan."
Tara yang mendengar percakapan itu langsung melompat dari kursinya dan memeluk Alya.
"Alya, jadi kamu akan tinggal dengan ku?" tanya Tara dan Alya pun menganggukkan kepalanya.
"Horeeee, aku punya teman bermain." speak Tara tampak begitu senang.
Alya tertawa dan memeluk Tara, "Aku senang anda suka, nona Tara! Aku pasti akan menemani nona Tara nanti."
Aditya hanya bisa menghela napas sambil mengangguk pelan. Meskipun masih meragukan kemampuan Alya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara Alya berinteraksi dengan putrinya. Semoga aku tidak salah lagi memilih pengasuh untuk Tara.
Bersambung
Happy reading