NovelToon NovelToon
Amarah Dewa Naga

Amarah Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Perperangan
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Albertus Seran

novel fantsy tentang 3 sahabat yang igin menjadi petualang lalu masuk ke akademi petualang dan ternyata salah satu dari mereka adalah reinkarnasi dewa naga kehancuran yang mengamuk akbiat rasnya di bantai oleh para dewa dan diapun bertekad mengungkap semua rahasia kelam di masa lalu dan berniat membalas para dewa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Albertus Seran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Perjalanan ke Akademi

Langit Eldoria mulai beranjak dari biru cerah menjadi jingga keemasan saat senja menghampiri. Perjalanan menuju Akademi Petualang membawa mereka melintasi padang rumput hijau, menyeberangi sungai kecil yang gemericiknya menenangkan, dan menyusuri hutan yang seolah menyimpan misteri yang belum terungkap. Ketiganya masih penuh semangat, meskipun perjalanan ini lebih melelahkan daripada yang mereka bayangkan.

"Berapa jauh lagi, Aric?" tanya Lyria, berhenti sejenak untuk mengatur napas. Rambut cokelatnya yang bergelombang berkibar tertiup angin, dan ia menyeka peluh di dahinya.

Aric, yang berjalan di depan mereka dengan langkah ringan, menoleh dan memberikan senyum lebar. "Menurut petanya, kita tinggal menyeberangi lembah itu, lalu berjalan sedikit ke arah utara," jawabnya sambil menunjuk ke arah yang dimaksud. "Tidak jauh lagi, aku janji."

Kael yang berjalan di belakang, membawa tas yang lebih berat, hanya bisa menggelengkan kepala. "Kau selalu mengatakan itu, Aric. Tapi kenyataannya kita masih terus berjalan tanpa akhir," gumamnya. Suara Kael terdengar lelah, tetapi ia menyembunyikan rasa penatnya dengan senyum samar.

Aric tertawa keras, seolah lelah adalah hal yang tidak pernah menyentuhnya. "Yah, petualangan tidak akan seru tanpa sedikit rasa lelah, bukan?" katanya, memutar-mutar peta di tangannya. "Kalian harus berpikir seperti petualang sejati! Tidak ada yang bisa menghentikan kita!"

Lyria mendekati Kael dan mengangguk. "Aku tahu kau lelah, Kael, tapi coba lihat sisi baiknya. Kita akan tiba di Akademi dan memulai mimpi kita bersama. Itu membuat semua ini sepadan, bukan?"

Kael menatap mata Lyria, dan untuk sesaat, rasa lelahnya menghilang. Ia tahu betapa pentingnya ini bagi Lyria, betapa berartinya mimpi ini bagi mereka bertiga. Ia mengangguk. "Kau benar. Aku hanya berharap aku punya semangat tak terbatas seperti Aric," balasnya, menciptakan senyum kecil di wajahnya.

Mereka melanjutkan perjalanan, melintasi lembah yang mulai diselimuti bayangan malam. Hutan di sekeliling mereka mulai terasa lebih gelap, dan suara burung hantu sesekali terdengar, menciptakan suasana yang mencekam. Aric berhenti tiba-tiba dan mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka diam.

"Apa itu?" bisik Aric, menajamkan pendengarannya.

Kael dan Lyria berhenti, menahan napas. Kael bisa merasakan udara menjadi lebih dingin, dan keheningan yang tiba-tiba membuat bulu kuduknya meremang. "Apa yang kau dengar?" tanya Kael, suaranya pelan.

Lyria mendekat ke mereka, matanya memindai hutan di sekitar. "Mungkin itu hanya hewan malam," katanya, mencoba meyakinkan diri sendiri.

Namun, suara gemerisik dari balik semak-semak di depan mereka membuat mereka semua waspada. Aric meraih pedangnya yang terikat di punggungnya, sementara Kael mengangkat tongkat kayu yang dibawanya untuk berjaga-jaga. Lyria, meski tanpa senjata, mengambil posisi di belakang mereka, siap membantu jika diperlukan.

Dari balik semak-semak, seekor makhluk muncul. Itu adalah serigala besar dengan bulu abu-abu gelap dan mata kuning menyala yang menatap mereka dengan lapar. Makhluk itu menggeram, memperlihatkan deretan gigi tajamnya. Aric melangkah maju, memegang pedangnya dengan erat.

"Jangan panik," katanya, berusaha terdengar tenang. "Kita bisa mengatasi ini bersama."

Kael menelan ludah. Ia tahu Aric selalu percaya diri dalam situasi seperti ini, tetapi ia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang mencekamnya. "Lyria, tetap di belakang kami," perintah Kael, meskipun ia tahu Lyria tidak akan lari begitu saja.

Serigala itu melangkah maju, otot-ototnya menegang. Aric tidak menunggu lebih lama; ia melompat maju dengan serangan cepat, mencoba menakut-nakuti makhluk itu. Tetapi serigala itu lebih cepat dari yang ia kira. Dengan gerakan yang cekatan, serigala itu menghindari serangan Aric dan menerkam ke arahnya.

Kael berlari untuk membantu, mengayunkan tongkat kayunya dengan sekuat tenaga ke sisi serigala. Tongkat itu mengenai makhluk itu, tetapi tidak cukup kuat untuk melukainya. Serigala itu mengalihkan perhatiannya ke Kael, dan Kael merasakan ketakutan membeku di dadanya.

"Aric, cepat!" teriak Kael, mencoba menjaga jarak dari makhluk itu.

Aric kembali berdiri, meski terpincang-pincang, dan mengayunkan pedangnya sekali lagi. Kali ini, pedangnya mengenai kaki serigala, membuat makhluk itu mundur dengan geraman marah. Lyria bergegas ke sisi Kael, matanya dipenuhi kekhawatiran.

"Kael, kau baik-baik saja?" tanya Lyria, memeriksa temannya.

Kael mengangguk, meskipun tangannya gemetar. "Aku baik-baik saja. Kita harus keluar dari sini sebelum makhluk itu memanggil kawanan lainnya," jawabnya.

Serigala itu menatap mereka dengan mata penuh kebencian, tetapi akhirnya mundur ke dalam kegelapan hutan, suaranya menghilang di antara pepohonan. Ketiganya berdiri di sana, napas mereka memburu, tetapi mereka selamat.

Aric tertawa, meskipun wajahnya masih pucat. "Nah, itu adalah petualangan yang mendebarkan," katanya, mencoba terdengar riang. "Aku pikir kita melakukannya dengan baik."

Kael menatap Aric dengan setengah marah. "Kau nyaris membuat kita semua celaka," balasnya, tetapi akhirnya ia tersenyum. Rasa lega mengalir ke dalam dirinya, meskipun rasa takut tadi masih terasa di ujung hatinya.

Lyria meletakkan tangannya di bahu mereka berdua. "Yang penting kita masih bersama dan selamat," katanya, matanya penuh dengan rasa syukur.

Kael mengangguk. "Ya, kita selamat," katanya. Tapi dalam hati, ia merasakan firasat bahwa ini baru permulaan. Dunia di luar Eldoria penuh dengan bahaya, dan mereka harus selalu siap menghadapi apa pun.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, dengan keheningan yang kini terasa lebih mencekam. Namun, semangat mereka untuk mencapai Akademi tetap tak tergoyahkan. Mereka tahu bahwa mimpi mereka mungkin membawa mereka ke jalur yang penuh bahaya, tetapi itulah harga yang harus dibayar untuk menjadi petualang.

1
eedan
mantap jayaa
eedan
mantaap Thor..
eedan
kereeen
nalxyt
Tidak ada yang kurang.
Tít láo
Siap ngeselin tapi lucu.
MindlessKilling
TERBAIK! Itu aja yang bisa aku bilang, bagus banget storynya! 🙌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!