PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasib empat jomblo
"Bubar bubar! Pengantin mau tidur," usir Quin saat sepupu sepupu dan sahabatnya masih saja berkumpul di dekatnya, padahal acara sudah lama selesai.
Memang ngga disalahkan karena masih banyak juga kerabat dan sahabat sahabat orang tua dan kakek nenek mereka masih ada di sana.
"Sabar Quin. Ngga sabar amat. Masih ada besok juga. Dan besok besoknya," tawa Deva bergelak yang juga diikuti Sean dan para jomblo yang lain.
Quin hanya mendengus.
Pasangan pengantin yang lainnya hanya tertawa pelan. Sedangkan wajah Sheren tampak merona. Dia hanya bisa menunduk malu.
"Jangan dipaksa, Quin. Sheren juga butuh istirahat seperti Ziza dan Ruby," sulut Sean tambah membuat tawa mereka semakin keras.
Sheren tambah semakin menundukkan kepalanya.
Mungkin bagi mereka canda seperti ini hal yang biasa. Tapi bagi Sheren, candaan itu terlalu frontal.
Dia pun ngga akrab dengan sepupu sepupu dajalnya. Mana pernah becanda hangat begini. Terakhirnya dia dianiaya sampai mereka harus merasakan dinginnya lantai penjara.
Hubungan yang sangat sangat tidak menyenangkan jika diingat.
"Sudahlah. Lebih baik kalian pulang," usir Theo juga membela Quin. Karena dia melihat Ruby, Ziza dan Sheren tampak sudah mengantuk.
"Udah ngantuk, ya, By?" senyum Sean mulai dengan wajah jahilnya. Teringat dulu Theo pernah cemburu dengannya dan Ruby.
"Jangan mulai lagi Sean," kekeh Ziyan yang akhirnya mengeluarkan suaranya. Dia sangat tau maksud Sean.
"Ya," sahut Ruby dengan senyum lebarnya.
"Tadi Endru datang, nggak?" pancing Deva.
Mulai, batin Theo kesal.
"Datang." Theo menjawab tenang. Ngga kepancing. Lagi pula kenapa harus marah. Ruby sudah jadi miliknya.
Laki laki itu hanya bisa gigit jari.
"Ya, ya, yang sudah menyadari kesalahannya," kekeh Dewa ikut mengomentari dengan wajah meledek.
"Yang penting, siapa pemenangnya. Theo," timpal Quin semangat membela kembarannya.
"Ya, ya......" Tawa kembali meledak lagi.
"Kalian belum ke kamar?" tanya Jeff yang darang bersama Kaysar.
"Kamu ini...., cepat cari istri." Shaka langsung menjewer telinga adik usilnya.
"Aauuww....," ringis Eriel.
Nih, salah satu bujang tua yang belum nikah nikah karena belum juga sadar sadar, batin Sean mengomel.
Di dekat kakak kembarnya ada kembarannya juga dan seorang perempuan yang masih betah digantung keduanya.
"Belum, dad. Tuh, diusir dulu mereka," sarkas Quin sambil menunjuk empat jomblo yang ada di sana.
Dalam hati bersyukur karena bang Shaka sudah turun tangan.
"Ayo, kita biarkan mereka istirahat," ucap Kaysar menengahi sambil mengedipkan sebelah matanya.
Eriel, Fazza dan Zayn pun mendekat.
"Di maana Nathan?" tanya Eriel karena ngga melihat keberadaan sahabatnya
"Lagi ngobrol sama orang DPR, tuh," sahut Zyan.
"Masalah perjodohan?" tebak Kaysar asal. Karena pejabat legislatif itu membawa anak perempuannya.
"Mungkin. Oh iya, dia juga punya dua anak perempuan, kan," timpal Jeff menyahuti.
"Wah, Dewa Deva bentar lagi menyusul," kekeh Eriel.
Dewa dan Deva yang mendengarkan obrolan itu melirik gadis muda yang ada ditengah tengah empat pasangan paruh baya itu.
"Buat lo aja," ujar Dewa ngga minat.
"Tapi dia cocok sama kamu. Kalem," ejek Deva.
"Berarti kamu mau sama yang satu lagi?" timbrung Quin
Kini tatap mereka mengarah pada gadis muda itu seolah menilai.
"Yang jarang ke ekspos, ya," sambung Ziyan menyahut.
"Yaa.... Tapi kalo yang ini, Deva benar. Dia cocok sama kamu, Wa," timpal Sean yang kupingnya sudah dilepas jewerannya.
"Om rasa juga begitu. Gadis itu cocok buat kamu," ucap Jeff. Kalem dan anggun, serasi dengan Dewa yang dingin dan tenang.
"Ngga bisa. Kalo jadi pasangan malah ntar akan diem dieman aja," protes Eriel.
"Tapi Fazza yang kalem, cocok aja dengan Vanda yang juga kalem," bantah Jeff.
Fazza hanya nyengir saat namanya dikait kaitkan.
"Anakku Ziza juga happy happy aja sama Khalid. Padahal sama sama kalem." Kaysar setuju dengan pendapat Jeff.
"Tapi lebih heboh kalo seperti pasangan Quin dan Theo. Walau pun Ruby ngga heboh heboh banget," tawa Eriel berderai.
Deva dan Dewa saling pandang
"Kamu mau sama.yang itu?" tanya Deva pada kembarannya.
"Yakin kita mau dijodohkan?" Dewa menaikkan satu alisnya.
"Pasti, om yakin banget. Tuh, papa kalian udah manggil," ujar Kaysar sambil meletakkan kedua tangannya di saku celananya.
Deva dan Dewa saling pandang lagi sebelum mendekat.
"Sebaiknya kamu Sean dan juga Ziyan ikut juga. Biar gadis itu punya banyak pilihan," usul Quin membuat tawa dua generasi itu berderai.
"Boleh juga," sahut Eriel setuju.
"Aku setuju. Sana pergi," usir Zayn dalam ngakaknya.
"Urus dulu, Riel, Shaka dan Shakti," tukas Fazza membuat kedua kembaran yang lebih tua dari empat jomblo itu hanya cengengesan.
Gadis muda yang berada di dekat mereka cuma tersenyum simpul. Mereka berteman sejak kecil dan terbiasa bersama.
Terperangkap dalam friendzone memang suka menimbulkan salah paham.
Nathan sempat mengerutkan keningnya melihat Sean dan Ziyan juga ikut bersama Dewa dan Deva.
"Yang kembar ini putraku. Yang dua ini anaknya Eriel dan Zayn," kata Nathan mengenalkan.
Anggota legislatif yang ternyata adalah Juhandono tersenyum bersama istrinya. Dia sudah mendengar persahaban anak anak ini yang udah turunan dari kakek buyutnya.
"Ini putri, Om, Nagita," ucap Juhandono mengenalkan gadis cantik yang nampak lembut itu.
"Dewa."
"Deva."
"Sean."
"Ziyan."
Nagita menyambuti tangan mereka satu per satu.
"Nagita." Senyumnya terukir manis.
"Kalian masih kuliah?" tanya Juhandono ramah.
"Masih, Om. Tinggal sidang," jawab Deva.
"Kalo putri baru semester empat," jelas Juhandono.
"Di kampus mana?" tanya Ziyan.
"Kampus Harapan Negara," sahut Nagita.
Ziyan tersenyum tipis membalas senyum gadis itu.
"Lawan kampus kita voli besok," ucap Sean fast respon.
"Dari kampus Pelita, ya?" tanya Nagita.
"Iya, kampus aku dan Ziyan. Kalo Deva Dewa kampusnya di luar," jelas Sean lagi menyahut
"Oooh....." senyumnya hangat.
Deva menyenggolkan lengannya ke lengan Sean pelan.
Keempat laki laki itu sudah punya tujuan hingga mau mendekat barengan.
"Om, tante, kita bisa bawa Dewa Deva? Mau ada acara para jomblo," ucap Sean berusaha sesopan mungkin.
Nathan dan Zoya tersenyum mengangguk.
"Oh iya, baiklah," senyum Nathan.
Ngga apa, yang penting sudah dikenalkan, batin keduanya.
"Mungkin nanti kalo pertandingan, kita bisa ketemu di kampus kamu. Dewa sama Deva ikut juga, kok," pamit Ziyan dengan senyum tipisnya.
Nagita hanya mengangguk sopan.
"Tapi Nagita sulit mau dukung kalian terang terangan," kekeh Juhandono. Istrinya, Nathan dan Zoya pun tertawa juga
"Tenang, Om. Kita hargai dukungan dalam hati," tawa Deva menanggapi. Sean, Ziyan dan Dewa pun tertawa berderai.
Sekilas dia bertatapan dengan Nagita.
DevaVina sama2 Suka
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
emang. kamu tu aneh Deva...
baru nyadar...????
🤣🤣🤣🤣🤣
Aaron modusin Nagita
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan