"boleh nggak, aku cium kamu?"
"aku ingin melakukannya malam ini denganmu"
WARNING!!!
JANGAN MENJIPLAK, MENGCOPY, MENYALINDAN APAPUN ITU. MARI SAMA-SAMA MENGHARGAI DAN MENGHORMATI KARYA ORANG LAIN.. MAKASIH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Agashi 김나리, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Semua mata terkesima melihat penampilan Aldo di atas panggung. Begitu juga dengan Siska yang tak menyangka jika sang suami menyanyikan lagu untuknya dengan sangat memukau.
"Suara kak Aldo adem banget" Anggi tak bohong.
Rendi menatap Siska, wajahnya terpancar sangat bahagia. Rendi tau jika Aldo menyanyikan lagu ini pasti untuk Siska, bukan untuk Viona.
Tapi, Rendi tak bisa menyerah begitu saja sebelum janur kuning melengkung. Dan sebelum perasaannya ia ungkapkan untuk Siska.
Suara riuh tepuk tangan begitu sesak memenuhi auditorium begitu Aldo selesai bernyanyi.
"Terima kasih"
"Tepuk tangannya mana nih buat ketua BEM kita..."
Prrokkk
Prooookkk
"Wah.. keren banget nih suaranya, sampe merinding nih gue!" Sang MC memperlihatkan lengannya yang merinding.
"Btw, ini lagu di persembahkan buat siapa sih? Buat Viona? Tapi mana nih Viona?" Semua orang mencari keberadaan Viona yang dari tadi tak terlihat batang hidungnya.
Aldo mengangkat bahu, tak mau menjawab pertanyaan sang MC. Membuat semua bertanya-tanya, siapa yang Aldo maksud dalam lagu yang ia bawakan.
"Baiklah kalau begitu.. Terima kasih pak ketua sudah mau ikut mengisi acara malam ini. Kita sangat terhibur sekali, menikmati suara merdu dan alunan musik yang menyejukkan hati" Aldo tersenyum dan menunduk untuk mengucapkan terima kasih.
Acara bazar di tutup dengan rapih dan tanpa halangan. Semua sangat senang apalagi di hari terakhir acara semua yang ikut berpartisipasi tetap antusias.
"Nggak nyangka, 3 hari kita ikutan bazar sekarang kelar juga" tutur Anggi.
"Gi, Ren.. Makasih ya, selama 3 hari ini kalian bener-bener luar biasa.. Padahal niatnya cuma bantuin gue jualan, tapi malah kalian yang paling banyak nge handle semuanya"
"Nggak apa-apa kali Sis.. Gue seneng kok, jadi banyak pengalaman juga. Biar nanti, kalau gue beneran buka usaha paling nggak udah dapet gambaran"
"Iya Sis, lo nggak perlu merasa sungkan sama kita.. Apalagi ini juga kan termasuk mata kuliah entrepreneurship" Rendi mengulas senyum.
"Hmm.. Kalo gitu gue balik duluan ya"
Setelah bersih-bersih dan membereskan semua peralatan yang telah mereka gunakan untuk acara bazar. Kini mereka siap-siap untuk pulang ke rumah.
"Eh, bentar Sis.. Lo pulangnya gue anter ya" Rendi menawarkan diri.
"Iya Sis, sama gue juga kok. Lagi pula ini udah jam 11 lho, bahaya kalo lo pulangnya sendiri"
"Bentar.. Bentar, gue angkat telpon dulu" Siska agak menjauh dari Rendi dan Anggi, pasalnya yang menelpon sang suami.
"Halloo"
"Ayo pulang, udah selesai kan?"
"Hmm, udah.. Tapi Rendi ngajakin pulang bareng"
"Ya terus? Kamu milih pulang sama cowok lain gitu?"
"Enggak, bukan gitu.. Lagian bareng Anggi juga kok"
"Nggak!! Bilang aja udah di jemput, aku tunggu sekarang di parkiran"
Aldo menutup telponnya sepihak. Siska kembali berkumpul dengan Anggi dan Rendi.
"Guys!! Sorry, gue udah di jemput. Jadi, maaf nggak bisa pulang bareng"
"Oh, yaudah nggak apa-apa kok.. Lo hati-hati ya pulangnya" Siska melambaikan tangan dan pergi meninggalkan auditorium.
Sampai di parkiran, Aldo ternyata sudah berada di dalam mobil menunggu Siska.
"Udah lama?" Siska masuk dan memakai seat belt nya.
"Belum, baru juga 10 menitan" jawab Aldo datar.
"Kamu kenapa?"
"Apanya?" Aldo mengerutkan kening.
"Nggak apa-apa deh" Siska mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih.
Selama perjalanan pulang, Siska dan Aldo tak mengeluarkan suara. Sesekali Siska melirik Aldo yang benar-benar hanya fokus menyetir.
Sampai di basement Aldo tak langsung keluar, ia tetap mengunci mobilnya.
"Kenapa belum keluar?" Siska bingung, Aldo menatap Siska dalam-dalam.
"Kamu ada hubungan apa sama Rendi?" Tiba-tiba Aldo bertanya dengan suara berat.
"Maksud kamu? Kita nggak ada hubungan apa-apa kok" jawab Siska apa adanya.
"Kenapa kamu deket banget sama dia?"
"Ya karna dia temen aku, Al" Siska membalas tatapan Aldo.
"Tapi aku nggak suka kalo kamu terlalu deket sama dia, kamu tau nggak kalo dia itu suka sama kamu?"
"Kamu cemburu?"
"Iya!!" Aldo melengos.
Siska menutup mulutnya tak percaya, seorang Rivaldo cemburu karna ia dekat dengan Rendi?
"Sini dong liat aku" Siska menarik lengan Aldo.
"Maaf ya udah bikin kamu cemburu, lagian beneran aku sama Rendi cuma temenan kok nggak lebih" Siska menangkup wajah Aldo.
"Tapi aku nggak suka sama cara dia natap ke kamu"
"Ya nggak usah diliatin lah"
"Kamuuu.."
Cuuuppp
Siska mengecup lembut bibir Aldo, sambil memejamkan matanya. Singkat, tapi bikin jantungnya seperti mau melayang.
Aldo yang mendapatkan serangan kecupan kilat hanya bisa melongo. Sedangkan Siska sudah menjauh dari wajah Aldo, saat ini wajahnya bersemu merah.
"Al, aku mau turun" Siska beralasan agar tak malu.
Aldo menarik tengkuk Siska dan memberikan balasan ciuman yang lebih dalam.
"Eeemmmphh.. Al" Siska melenguh dan menikmati sentuhan lembut bibir Aldo.
"Mmmphh.. Jang-anh di-si-niihh Al"
Aldo tersadar dan menghentikan aktifitasnya. Ternyata mereka masih di dalam mobil, takut juga jika ada yang melihat.
Aldo kembali mengecup bibir Siska singkat dan mengelap dengan ibu jarinya.
"Kita masuk dulu yuk, udah bau keringet kan.. Aku udah nggak betah seharian belum mandi" ajak Siska.
"Hmm, oke. Mandi bareng mau?" Aldo tersenyum nakal.
"Males!!"
"Sayang.. tunggu!!" Siska berjalan lebih dulu meninggalkan Aldo yang masih di dalam mobil.
Sampai di dalam apartemen, Siska buru-buru masuk ke kamar mandi sebelum Aldo menyusul masuk.
Aldo sampai ngos-ngosan mengejar Siska, karna tadi ketinggalan lift.
Selesai mandi, Siska membersihkan wajahnya di depan meja rias. Sedangkan Aldo masih duduk di sofa sebelah tempat tidur.
"Kamu nggak mandi? Udah jam 12 nih, emangnya kamu nggak mau tidur apa?"
"Bentar, aku lagi nyelesain kerjaan di kantor dulu"
"Ya mandi dulu lah biar seger, lagian kamu tuh bau bangettt" jawab Siska bohong, padahal mah Aldo wangi terus bikin Siska betah. Hehe
"Mana ada bau? Coba cium nih"
"Ogah! Udah sana" Siska mendorong tubuh Aldo agar masuk ke kamar mandi.
"Iya.. Iya, aku mandi. Tapi cium dulu dong" Aldo menaik turunkan alisnya.
"Nggak ah! Jangan mesum ya kamu" Muka Siska memerah.
"Tadi aja nggak apa-apa" goda Aldo.
"Diem ya! Udah sana ih!"
Cuuuppp
Aldo mengecup sekilas bibir Siska tanpa permisi dan langsung berlari kencang masuk ke kamar mandi.
"Aldooooo!!"
Lagi-lagi Siska tak bisa mengontrol muka nya yang sudah memerah seperti udang rebus. Ia memegangi dadanya, baru juga di kecup doang udah meleyot. Gimana kalo melakukan adegan yang lain? Bisa-bisa pingsan beneran deh.
Jam 01.30, Siska sudah berbaring di atas ranjang. Sedangkan Aldo masih berkutat dengan leptop dan kacamata bacanya.
"Masih lama Al?" Siska memandangi sang suami yang sangat tampan kalau sedang fokus seperti itu.
"Hmm, lumayan. Kamu tidur aja dulu" masih fokus ke layar leptop.
"Nggak ngantuk"
"Kenapa? Oh, kamu nggak bisa tidur kalo nggak meluk aku?" Aldo melirik Siska.
"Nggak tau, tapi matanya nggak mau merem juga" Siska melihat langit-langit kamar berharap rasa kantuknya segera datang.
"Aldo?!! Ka-mu nga-pain?" Ternyata Aldo sudah beranjak dari kerjaanya dan sekarang posisinya mengungkung Siska.
"Katanya nggak bisa tidur, ya udah aku tidurin aja mau nggak?"
"Maksud kamu apa?" Siska menyilangkan tangannya ke dada.
"Masa aku harus jelasin panjang lebar dulu.. Mending langsung kita praktek aja gimana?" Wajah Aldo semakin mendekat.
"Al, mau apa kamu?" Tubuh Siska sudah memanas, jarak antara wajahnya dan wajah Aldo mungkin hanya satu senti.
"Aku, mau makan kamu.. Boleh?" Aldo seperti macan kelaparan.
"Mak-an? Ta-pi..."
Siska tak bisa melanjutkan kata-katanya, bibirnya sudah di bungkam oleh bibir Aldo.
Matanya memejam merasakan betapa manisnya ciuman ini, bibir Aldo menjelajah masuk ke rongga mulut Siska dengan lembut dan hati-hati.
Awalnya Siska hanya diam. Tapi, saat ini Siska pun menikmati ciuman itu dan membalasnya.
"Hmmmmpphh.. Mmmphh" lenguhan Siska membuat Aldo semakin gencar.
Aldo melepas ciuman itu dan mengelus pipi sang istri dengan lembutnya.
"Ka-muu, cantik banget sayang.."
Siska tak bisa berbuat apa-apa kecuali menutup mukanya yang sudah memerah.
"Jangan liat-liat dong, aku malu"
"Kenapa malu sih? Kan aku suami kamu" Aldo menarik tangan Siska agar tak menghalangi wajah Siska yang cantik.
"Sayang.. Aku boleh kan?"
"Boleh apa?" Siska tak pura-pura tak paham.
"Nge halalin kamu" raut wajah Aldo memelas.
Siska tampak berpikir, apa sudah saatnya ia menyerahkan mahkota yang selama ini ia jaga baik-baik.
"Tapi aku takut Al"
"Takut apa?"
"Takut hamil" jawabnya polos.
"Ngapain mesti takut? Kan kamu punya suami"
"Ya kan, status kamu sama Viona aja belum jelas. Terus nanti kalau Viona nggak mau lepas dari kamu, aku mesti gimana?"
"Kenapa kamu mikirnya kejauhan sih? Ya biarin aja, itu kan urusan dia. Selama aku nggak respon ke dia, kamu nggak usah khawatir" Aldo tersenyum.
"Tapi, kamu beneran udah nggak cinta sama dia? Kamu nggak akan balik lagi ke dia kan?"
"Nggak, udah berapa kali aku bilang" Siska mengangguk.
"Tapi..."
"Tapi apalagi sih?" Aldo mengelus rambut Siska.
"Nggak sakit kan?" Siska sedikit takut, katanya kalau baru pertama kali akan sakit sekali.
"Nggak sayang, aku bakalan pelan-pelan. Kalo kamu sakit, bilang aja. Atau kamu boleh deh jambak rambut aku"
Siska mengangguk, setelah mendapatkan lampu hijau dari sang istri. Aldo melanjutkan kegiatan yang tadi sempat tertunda. Yaitu, memproduksi Aldo junior.
NEXT...