seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.
Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Perangkap Terakhir
Suara itu menggema di sepanjang lorong yang gelap. Suara Marco, dingin dan penuh keyakinan, menghantam telinga mereka. Quenn merasakan tenggorokannya tercekat. Marco telah menemukan mereka, atau bahkan lebih buruk lagi, dia sudah menunggu mereka. Semua yang mereka lakukan, semua perjuangan mereka, mungkin hanya untuk membawa mereka ke dalam perangkap yang lebih dalam.
“Apa yang kalian ingat tentang permainan ini?” suara Marco kembali terdengar, kali ini lebih dekat. “Selalu ada jebakan di setiap sudut, Quenn. Kalian tidak pernah benar-benar keluar dari sini.”
Quenn memandangi sekelilingnya, matanya bergerak cepat mencari jalan keluar. Ruangan ini semakin terasa sempit. Rina, yang tampak terengah-engah, menggenggam tablet yang berisi data penting itu dengan tangan gemetar. “Quenn... kita... kita tidak bisa lari dari sini. Jika Marco sudah mengetahui semuanya...”
“Tidak, kita masih bisa keluar. Kita masih punya waktu,” jawab Quenn, suaranya lebih tegas daripada yang dia rasakan. Dia tahu mereka tidak bisa panik. Kalau mereka panik, semuanya akan berakhir.
Vincent memeriksa senjatanya dengan cepat, lalu melangkah mendekat. “Jika Marco ada di sini, kita harus siap untuk menghadapi apa pun yang dia lemparkan. Kita tidak bisa hanya melarikan diri.”
Quenn mengangguk. “Betul. Kita akan bertarung, jika itu yang diperlukan.” Tapi dalam hatinya, sebuah perasaan gelisah mulai tumbuh. Mereka terjebak di ruang yang tak dikenal, dan Marco sepertinya sudah mengetahui setiap gerakan mereka. Di luar sana, pasukan Marco sedang bersiap untuk mengepung mereka.
"Kenapa kamu melakukannya, Marco?" Quenn berteriak, berusaha menegaskan posisinya. "Kenapa kita harus terus berada dalam permainan ini? Apa yang kamu inginkan dari kita?"
Di ujung lorong, Quenn bisa melihat siluet Marco yang mendekat. Wajahnya terlihat samar, namun senyum sinisnya tampak jelas. "Kalian pikir kalian yang mengatur permainan ini? Kalian pikir kalian punya pilihan? Kalian bukan lagi pemain, Quenn... kalian adalah bagian dari pertunjukan yang sudah lama direncanakan."
Quenn menatap Marco dengan mata penuh kemarahan. Rina terlihat ketakutan, matanya berkedip cepat, seakan mencoba memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Quenn berusaha untuk tetap tenang, meskipun napasnya mulai memburu. Marco berada di depan mereka, dan segala sesuatunya mulai terasa semakin dekat dengan titik balik yang tak bisa dihindari.
Marco bergerak maju, langkahnya berat dan pasti. "Kalian pikir kalian melarikan diri? Tidak ada tempat yang aman di dunia ini, Quenn. Aku tahu segalanya tentang kalian. Kalian tidak bisa lari."
Quenn tahu bahwa ini adalah momen terpenting dalam hidupnya. Semua yang mereka kerjakan, semua pengorbanan yang mereka lakukan, sekarang berakhir di titik ini. Apa yang bisa mereka lakukan selain bertarung sampai titik darah penghabisan?
"Rina, data itu," kata Quenn dengan suara rendah, "ini semua untuk ini. Apa yang kita cari mungkin bisa menghentikan Marco. Kita harus memastikan data ini sampai ke tempat yang tepat."
Rina mengangguk, meskipun matanya masih dipenuhi kecemasan. “Tapi, Quenn... kita tidak akan bisa menghindar lebih lama lagi. Ini bukan hanya tentang Marco. Ini lebih besar dari itu.”
Perkataan Rina membuat Quenn semakin sadar. Mereka tidak hanya berhadapan dengan Marco. Ada sesuatu yang lebih besar yang terlibat. Mereka terjebak dalam sebuah permainan yang jauh lebih rumit dari yang bisa mereka bayangkan.
“Apa yang kamu inginkan, Marco? Kenapa kamu lakukan semua ini?” tanya Quenn lagi, berusaha mencari celah dalam permainan ini.
Marco tersenyum lebar, wajahnya penuh kepercayaan diri. "Aku ingin melihat dunia ini runtuh, Quenn. Semua yang kalian pikirkan, semua yang kalian percayai—semua itu akan hancur. Kalian hanya bagian dari rencana besar yang tidak pernah kalian mengerti."
Tiba-tiba, Marco mengangkat tangannya, memberi sinyal kepada pasukannya. Seketika, suara langkah kaki terdengar lebih keras, semakin banyak orang yang datang dari berbagai arah, mengepung mereka. Namun, Quenn tidak mundur. Dia menatap Marco dengan penuh amarah.
"Jika aku harus mati di sini, maka aku akan memastikan kamu juga ikut bersama dengan kehancuran yang telah kamu ciptakan," kata Quenn, dengan suara penuh tekad.
Dalam hitungan detik, pasukan Marco mulai bergerak maju, senjata mereka siap menembak. Quenn dan timnya segera mengarahkan senjata mereka, siap untuk bertempur. Namun, saat mereka mulai bergerak, terdengar suara keras dari arah lain. Sebuah ledakan besar mengguncang seluruh lorong, menciptakan kebingungan yang memecah serangan Marco.
Quenn terkejut, matanya terbelalak melihat reruntuhan yang tiba-tiba muncul di depan mereka. Dalam kebingungannya, dia mendengar suara seseorang yang familiar.
"Kalian kira Marco akan menang begitu saja?" suara itu terdengar dalam kegelapan.
Quenn menoleh cepat. Itu suara seseorang yang tak disangka-sangka. Sosok yang baru muncul dari balik reruntuhan—seorang pria dengan senyum dingin, yang wajahnya pernah menghantui Quenn dalam beberapa pertemuan sebelumnya.
"Ada yang lebih besar dari Marco," kata pria itu, sambil melangkah maju, membawa perasaan dingin yang luar biasa. "Dan aku akan pastikan kalian tahu siapa yang benar-benar mengendalikan permainan ini."
Quenn merasa kakinya melemas. “Siapa kamu?” tanyanya, mencoba untuk menjaga ketenangannya.
Pria itu hanya tersenyum, matanya penuh dengan perhitungan. "Aku yang selama ini mengamati kalian. Marco hanya pion dalam permainan besar ini. Dan sekarang, kalian akan tahu siapa yang menggerakkan semua ini."
Quenn menggigit bibir bawahnya. Semua yang dia tahu tentang pertempuran ini, tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, ternyata hanyalah lapisan luar dari teka-teki yang jauh lebih rumit. Di hadapannya, kini bukan hanya Marco yang berbahaya. Ada sesuatu yang jauh lebih besar yang siap untuk menghancurkan mereka semua.
“Siapa kamu sebenarnya?” Quenn bertanya, suaranya penuh kewaspadaan.
Pria itu hanya tertawa rendah. “Kalian akan tahu segera.”