Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Runtuhnya Kerajaan Lef'tigris
Bulan ke 5, Tahun 1226
3 tahun setelah kematian WIND.
Malam itu, Thaos Greg sedang menunggu di halaman rumahnya dengan cemas. Sudah tiga hari dia kehilangan kontak dengan komandannya, Seith, yang diberi tugas olehnya untuk memata-matai Pemukiman Igrios. Seith telah menjalankan tugasnya selama lebih dari dua tahun, dan belum ada pergerakan mencurigakan terlihat di Igrios. Paling tidak selama ini. Sampai kemarin, lebih tepatnya tiga hari lalu, komandan pasukannya datang mengabarkan bahwa Lott Greg terlihat mengumpulkan para tetua dari Igrios. Pertemuan tersebut begitu rahasia dan tertutup, hingga Thaos sendiri, yang merupakan Ras Harimau yang menjabat sebagai Jenderal Kerajaan, tidak mendapatkan undangan untuk menghadiri pertemuan tersebut. Atau, mereka memang mereka sengaja untuk tidak mengundang dirinya. Dia terus berjalan ke sana kemari di depan halaman rumahnya dengan penuh kekhawatiran.
Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakangnya.
“Thaos…"
Itu adalah suara istrinya, Isra.
“Apa ada sesuatu yang membebanimu? Dirimu terlihat begitu cemas.”
“Isra..."
Thaos berkata sambil menatap istrinya.
"Aku hanya merasa sedikit cemas memikirkan salah satu komandan pasukanku yang kuberi suatu tugas. Sudah lewat tiga hari dia belum mengabariku kembali. Aku hanya mengkhawatirkan keadaannya sekarang. Apa dia baik-baik saja atau..."
Thaos menghentikan perkataannya. Baginya, ini bukan hal yang bisa ia ceritakan pada istrinya. Ia tidak ingin Isra juga cemas memikirkannya.
Isra menatap Thaos lekat-lekat, kemudian berkata.
“Sedikit cemas?"
Dia tahu betul suaminya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
“Mungkin..."
Isra berkata sambil menatapata suaminya itu.
“Aku bisa membantumu akan suatu hal. Mungkin aku dapat melakukan sesuatu yang dapat meringankan pikiranmu.”
“Tidak, Isra… tidak!"
Thaos menolak tegas permintaan istrinya.
“Kau tidak perlu terlalu mencemaskan keadaanku...”
Thaos kemudian menengok ke dalam rumah.
“Akan jauh lebih baik jika dirimu sekarang menghampiri Anya, putri kita. Lihatlah… dia sedang mencarimu.”
Isra menengok ke dalam rumah. Dilihatnya putrinya sedang berjalan sambil menengok ke segala arah.
Ya, sepertinya sang gadis kecil itu sedang mencari ibunya yang tiba-tiba menghilang.
“Panggil lah aku jika kau membutuhkan bantuanku akan suatu hal."
setelahnya, Isra berjalan pergi menghampiri Anya.
“Ya, terima kasih Isra. Aku selalu berterima kasih bahwa kau adalah istriku. Keberadaanmu dan Anya benar-benar penghiburan tersendiri bagiku.”
Isra tersenyum mendengar perkataan suaminya.
“Ya, aku tahu itu. Kau laki-laki… suami… dan seorang ayah yang baik, Thaos. "
Isra kemudian pergi meninggalkan suaminya.
Thaos tidak ingin membebani pikiran Isra dengan hal yang menjadi masalahnya sekarang. Berbeda dengannya, istrinya adalah seorang manusia biasa, bukan Ras Half-blood seperti dirinya. Oleh sebab itu, dia tidak ingin Isra menjadi cemas ataupun ketakutan. Thaos memutuskan untuk menyembunyikan masalah yang dihadapinya, paling tidak untuk sekarang. Karena belum ada bukti yang pasti bahwa Half-blood Harimau akan melakukan kudeta.
Tiga jam berlalu dan waktu telah melewati tengah malam. Sesaat kemudian terlihat pasukan dari istana berlarian ke arahnya. Wajahnya terlihat begitu ketakutan.
“Tuanku tolong kembalilah ke istana!!!"
Pasukan berteriak sambil terengah-engah. Dengan suara gemetar ketakutan.
“Istana… Istana telah diserang!”
Mendengar itu Thaos Greg melompat terkejut dari tempat duduknya.
“Apa katamu!”
Thaos berkata dengan mata terbelalak.
“Siapa… Siapa yang menyerang istana?”
“Para Half-blood Harimau!"
Firasat Thaos menjadi kenyataan, perasaan resah yang terus merayapi hatinya sedari tadi terjawab sudah.
“Isra, Tolong berdiamlah dirumah dan jaga putri kita."
“Ya, suamiku.”
Isra menjawab dengan cemas.
"Kumohon, berhati-hati lah!“
Isra menatap mata suaminya.
"Aku dan Anya masih membutuhkanmu... "
"Ya, aku tahu..."
Kemudian Thaos berjalan menghampiri istrinya dan memeluknya dengan lembut.
"Aku berangkat... "
"Ya... "
Kemudian Thaos berlari menjauh, dan perlahan menghilang dari pandangan Isra.
Thaos seketika itu berlari meninggalkan pasukan yang memberinya kabar dan berubah menjadi seekor harimau. Dia terus berlari dalam wujud harimaunya, berusaha mencapai istana secepatnya.
***
Dari jauh, Thaos Greg dapat melihat pemandang yang mengerikan terjadi di halaman depan istana. Di balik gerbang terlihat para prajurit istana bertarung mati-matian melawan sekelompok Half-blood Harimau.
Beberapa dari mereka, yang merupakan Ras Manusia, harus menghadapi ketimpangan kekuatan, melawan Ras Half-blood tanpa menggunakan Kristal Enichtis (kristal yang menampung kekuatan Elementary Owner, yang dapat membuat Ras Manusia memiliki kemampuan pengendalian elemen tertentu).
Seperti kata Raja Drias,
'Kematian WIND telah memberi lubang, dan… mendatangkan kematian.'
Terlihat pemandangan mengerikan di hadapannya, para prajurit istana bergelimpangan dan berjatuhan. Saat mendekati ambang kematian, teriakan sekarat yang mengerikan keluar dari mulut mereka. Tapi prajurit lain yang melihat dan mendengar hal itu tak gentar sedikitpun. Mereka terus maju, berteriak lantang dengan tatapan membara, mempertahankan istana mereka, Raja mereka, dan harapan serta masa depan mereka.
Thaos melangkah ke depan dalam wujud manusianya. Melangkah dengan geramnya. Setiap hentakan langkah kakinya seolah memperdengarkan suara luapan hatinya yang dipenuhi dengan amarah.
Dua Half-blood Igrios yang melihat kedatangannya, menyambutnya dengan serangan dadakan. Kedua lengan mereka diselubungi oleh aura yang membentuk cakar harimau. Saat mereka semakin mendekat, tiba-tiba Thaos menghentakan kedua kakinya dan melompat ke arah mereka. Kemudian seketika itu juga tangannya menembus kedua perut penyerangnya.
Lalu, Thaos melemparkan kedua tubuh yang tergantung di kedua lengannya itu ke tanah.
Thaos berlari kearah medan pertempuran yang ada di depan mukanya. Wujudnya berubah menjadi seorang manusia yang berwujud harimau. Saat itu, dia dengan ganasnya menyerang para penyusup Igrios yang telah menyerang istananya. Mereka satu per satu terpental, jatuh tersungkur ke tanah, tercabik-cabik dan terkoyak oleh cakar serta taring Thaos dalam wujud manusia harimau.
Tidak jauh dari tempatnya berada, Thaos melihat prajurit istana tersungkur ke tanah. Dan tepat dihadapan prajurit itu berdiri salah satu dari pasukan Igrios sambil membawa kamayari – tombak yang merupakan senjata ciri khas wilayah Lef’tigris –. Pasukan Igrios itu hendak menghujamkan tombaknya ke arah prajurit Kerajaan.
Dengan sigapnya Thaos melompat dan menangkap tombak itu kemudian menghempaskan pasukan Igrios itu jauh ke belakang.
“Kau! Dimana Raja Drias?”
Tanya Thaos kepada prajurit istana tersebut.
“Cepatlah Jenderal! Raja Drias telah di kepung oleh gerombolan pasukan Igrios di dalam istana.”
Mendengar itu Thaos tanpa banyak bicara bergegas pergi ke istana. Dia terus berlari dalam wujud manusia harimaunya dan menumbangkan sejumlah pasukan Igrios yang menghalanginya.
Sesampainya di depan istana, dia langsung berlari menuju pintu istana.
Ia pun berteriak dengan lantang.
“Rajaku!!!"
Tapi, dia disambut oleh pemandangan yang mengerikan dibalik pintu istana.
Terlihat olehnya Harse Greg, Lott Greg, dan Rajanya, Raja Drias Seer, yang sedang berlutut di bawah kaki Lott Greg. Dia melihat dada Raja Drias telah tertembus oleh tangan miliki Lott.
Melihat pemandangan mengerikan itu, seluruh saraf-saraf di tubuh dan kepalanya serasa menegang kejang. Darahnya seakan mendidih dan membakar seluruh tubuhnya. Bersamaan dengan rasa berdosa dan bersalah merayapi serta menyayat hatinya.
Melihat kedatangan Thaos, Lott berseru dengan lantang.
"Thaos!!! Sahabatku!!!"
Lott melempar tubuh Raja Drias ke tanah.
"Seorang Half-blood Harimau yang telah menjadi budak manusia.”
“Lott…!”
Thaos berteriak lantang sambil menerjang kearah Lott Greg.
Dengan sigapnya Harse melompat ke depan Thaos untuk melindungi pemimpinnya. Tapi, dengan mudahnya Thaos menghempaskan tubuh Harse menggunakan tangan kirinya.
Lott seketika merubah wujudnya menjadi manusia harimau dan menyambut serangan yang dilancarkan oleh Thaos. Kedua tangan mereka saling berayun mencakar satu sama lain. Disusul dengan tendangan-tendangan yang menghantam tubuh lawan dengan telak. Serta, lompatan-lompatan menerkam yang begitu buas.
Saat ini istana telah menjadi panggung pertarungan sengit antara kedua pemimpin Half-blood Harimau. Yang satu merupakan pemimpin dari Pemukiman Igrios, sedangkan yang lainnya adalah jenderal dari Kerajaan Lef’tigris.
“Kenapa kau melakukan ini! Apa yang ada di pikiranmu Lott?”
Thaos beeteriak kepada Lott di tengah pertarungan mereka.
“Aku yang seharusnya bertanya kepadamu. Kenapa kau tetap disini? Menjadi budak manusia.”
“Aku hidup dengan mengabdikan diriku untuk menjaga dan melindungi perdamaian di Lef’tigris. Tapi apa yang telah kau lakukan. Kau menyirami kerajaan ini dengan darah.”
“Keinginanku adalah menghantarkan Half-blood Harimau menuju masa kejayaannya, Thaos. Sekalipun jalan untuk menuju ke sana harus digenangi oleh darah.”
“Apa yang akan kau lakukan pada Ratu dan Para Pangeran?”
“Jangan kuatirkan itu, sahabatku. Mereka seharusnya sudah disambut oleh para pasukanku dengan ‘baik’.”
“Lot...!!!"
Thaos berteriak penuh murka dan kembali menerjang kearah Lott.
Pertarungan itu berlangsung sampai fajar menyinsing. Tapi pada akhirnya, pertarungan itu telah berubah menjadi pengeroyokan. Pengeroyokan para pasukan Igrios yang dipimpin oleh Lott Greg terhadap Thaos Greg.
Kemana para pasukan kerajaan? Mereka semua telah tewas dibantai para harimau dari Igrios.
Tanpa Kristal Enichtis Ras Manusia takkan berdaya menghadapi keganasan Ras Half-Blood. Dan dalam semalam para pasukan Half-blood Harimau dari Igrios telah menguasai istana sepenuhnya.
Thaos tergeletak tak berdaya. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh luka serta lebam, dan retak di beberapa bagian tulangnya. Thaos tergeletak tak berdaya dalam istana di samping jasad Raja Drias Seer. Dia berusaha terus mempertahankan kesadarannya, sampai akhirnya matanya terpejam tak sadarkan diri.
“Apa yang harus kita lakukan terhadapnya?”
Tanya salah satu prajurit Igrios kepada Lott Greg.
“Biarkan saja seperti itu..."
Jawab Lott Greg, sambil memandang tubuh sahabatnya, Thaos, yang tergeletak di depan matanya.
“Dan, jangan pernah kalian berani-berani menyentuh tubuhnya. Dia memiliki jasa yang besar terhadap kita Ras Harimau. Satu-satunya kesalahannya adalah menjadi budak manusia.”
Kemudian Lott berjalan meninggalkan Thaos, berjalan meninggalkan sahabatnya dulu. Yang pada akhirnya takdir membawa dirinya dan Thaos kepada pertempuran yang tidak bisa dihindari
****
Thaos membuka perlahan-lahan kedua matanya, entah sudah berapa lama ia tak sadarkan diri.
Ia menatap pilu ke arah tubuh rajanya yang terbaring tidak jauh dari dirinya. Noda darah yang berasal dari tubuh itu telah terlihat mengering dan menghitam. Ia pun bangkit dan berjalan tertatih-tatih keluar istana. Yang ada dipikirannya saat itu adalah Isra, istrinya dan putri semata wayangnya, Anya.
Saat dia berjalan keluar dari istana, dilihatnya pemandangan mengerikan Ibukota Kerajaan. Rumah-rumah beserta bangunan-bangunan porak poranda. Dan mayat-mayat penduduk ibukota bergelimpangan dijalanan.
Terlihat seorang anak laki-laki menangis sambil mengguncang tubuh seorang wanita yang mungkin adalah ibunya. Tapi hatinya terlalu resah untuk gentar oleh pemandangan dihadapannya.
Dipikiran Thaos saat itu hanya ada Isra, dan Anya. Bagaimana nasib istri dan anaknya sekarang. Ia terus melangkah dalam kecemasan dan ketakutan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.
Thaos terus berjalan menuju kearah rumahnya. Dia berusaha menyeret tubuh lunglainya sambil berdoa dan berharap tentang keselamatan kedua orang yang dicintainya. Kedua orang yang begitu berharga dalam hidupnya.
Tapi...
Semua harapannya runtuh dan hancur seketika. Kedua matanya melihat pemandangan mengerikan di balik gerbang rumahnya. Isra tersungkur ditanah dengan Anya yang berada di pelukannya.
Dia dengan tertatih berlari mendekati tubuh istrinya. Kemudian memeluk tubuh itu dengan kedua tangannya, dan menangis sejadinya.
Dunianya sudah hancur. Dia telah kehilangan semuanya yang berharga dalam hidupnya.
Thaos pun terus tenggelam dalam tangis kepedihan yang begitu dalam...
Rasa sakit dan sesak yang begitu berat...
Hingga tiba-tiba…
Terdengar suara decak batuk...
Suara batuk berasal dari putrinya. Seketika itu juga, dia meraih dan mendekap tubuh mungil itu dengan erat.
Istrinya Isra telah mengorbankan dirinya menyelamatkan Anya.
Memberinya sedikit harapan dan keinginan untuk hidup...
*****
“Tanah telah menjadi gersang,
Udara mengering panas, membakar kerongkongan,
Tubuh itu tersungkur, diam tak bergerak,
Jalan-jalan mati dan porak poranda,
Para harimau datang memangsa kedamaian,
Dan anak kecil itu menggoyangkan tubuh mati seorang wanita,
Berharap mata itu kembali terbuka,
Tubuh rusak ini berjalan tertatih mencari secercah cahaya,
Tapi telah sirna oleh kematian,
Dan…
Suara decak batuk itu terdengar,
Dan secercah harapan mulai bersinar dibalik kegelapan yang pekat.”
😂
😂