NovelToon NovelToon
Kencan Buta Terakhir

Kencan Buta Terakhir

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.

Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.

Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?

Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 10

Rayyan sedang membawa dua piring nasi uduk di tangannya menuju ke ruangan Eun-mi. Saat sudah di depan pintu, Rayyan baru tersadar dan seperti teringat sesuatu.

Ah, tentu saja! Sekarang di ruangan itu juga ada Wina. Bagaimana ini? Dia tidak bisa lagi sarapan bersama Eun-mi karena ada orang baru di situ. Dan orang baru itu adalah Wina yang sering membuat dia risih.

Rayyan kemudian memutuskan untuk menuju ke lantai dua. Para baker yang sudah paham kegiatan rutin Rayyan pun menjadi heran, mengapa dia tak jadi masuk untuk sarapan bersama Eun-mi?

Setelah meletakkan dua piring nasi itu di atas meja, Rayyan kembali menuju ke ruangan Eun-mi.

"Eun-mi, bisa bicara sebentar?", tanya Rayyan di depan pintu.

Eun-mi dan Wina sontak menatapnya. Hanya saja Eun-mi dengan tatapan bingungnya dan Wina dengan senyumnya.

"Oke, ada masalah apa?", tanya Eun-mi.

"Eng.. bisa kita bicaranya empat mata?", pinta Rayyan, sementara matanya melirik sekilas ke arah Wina.

Eun-mi semakin bingung.

"Ya, tentu saja", sahutnya kemudian berdiri.

"Win, aku permisi dulu sebentar. Kamu selesaikan aja yang tadi. Kalau sudah, kamu taruh aja di mejaku. Nanti aku cek lagi, oke?".

Wina hanya mengangguk, dan Eun-mi pun keluar ruangannya untuk mengikuti Rayyan ke lantai dua.

"Tumben? Gak biasanya kamu ngajak ngomong kayak gini. Ada masalah apa sih?", Eun-mi merasa sedikit khawatir.

Rayyan menunjuk ke meja makan. Eun-mi ternganga kemudian terbahak.

"Oh.. jadi ini omongan empat matanya? Ini sih namanya obrolan dua piring", Eun-mi kemudian langsung duduk di kursi makan berhadap-hadapan dengan Rayyan.

"Ya mau gimana lagi? Masa iya aku bawa ni nasi ke ruangan kamu terus kita sarapan di sana. Ya gak enak lah, kan ada orang baru", ucap Rayyan yang kemudian sudah menyuap makanannya.

"Harusnya kamu bawa tiga porsi dong, biar kita bisa makan bertiga", sahut Eun-mi.

Rayyan malah melengos.

"Eh, Mi. Dari dulu juga aku beli atau bikin sarapannya selalu dua porsi. Temen-temen lain yang udah lama kerja di sini aja gak pernah kubagi, dan mereka juga gak pernah protes. Jadi ngapain juga aku malah ngasih orang baru, kan gak ada adab tuh namanya sama orang lama", Rayyan membela diri, tak terima bila harus menyiapkan sarapan juga untuk Wina.

"Iya deh.. iya. Terserah kamu aja, daripada nanti aku malah gak dikasih sarapan juga", Eun-mi menyerah, kemudian menyuap makanannya dengan lahap. Sarapan khas Indonesia yang disiapkan oleh sahabatnya.

"Apa kamu memang perlu orang buat bantu ngurus kerjaan kamu?", tanya Rayyan.

"Ya.. gimana ya? Akhir-akhir ini kerjaanku sering menumpuk. Kalau semakin dibiarkan, takutnya malah bisa keteteran, terus jadi masalah", sahut Eun-mi.

"Masalahnya aku sekarang juga harus membagi waktu antara di toko sama di perusahaan kakek. Dia sudah memasukkan aku menjadi salah satu direksi di sana. Sebenarnya aku sudah menolak, berkali-kali malah. Tapi kamu tahu sendiri kan gimana kakekku?", sambungnya dengan wajah lesu.

"Oh.. jadi gitu? Terus, kamu ketemu karyawan baru itu dimana? Kamu ada pasang iklan lowongan kerja?", Rayyan penasaran bagaimana Wina sampai bisa bekerja di toko ini.

"Gak kok. Dua hari yang lalu aku ketemu sama Min-Young. Terus ya.. gitu, curhat-curhat dikit masalah kerjaan. Lalu dia nawarin ke aku, katanya ada lulusan manajemen keuangan dari Indonesia yang lagi nganggur. Ya udah, aku wawancara kemarin dan menurutku sih orangnya oke. Akhirnya aku terima kerja di sini", terang Eun-mi.

Rayyan memijat keningnya. Min-Young... tu emak-emak kok doyan bikin kesel sih.

"Kenapa kamu, kok mukanya cemberut gitu? Gak suka kalo ada karyawan baru?", tanya Eun-mi, walaupun dia pasti bingung juga kenapa Rayyan sampai tidak suka kalau ada yang membantu dia menghandle urusan keuangan.

"Gak gitu sih. Masalahnya dia kan orang Indonesia juga, aku jadi susah kalo mau ngomong apa-apa langsung ke kamu. Belum lagi kalo mau sarapan kayak gini. Bukannya asyik, malah repot", keluh Rayyan.

"Asna?!", protes Eun-mi.

"Kalo dia sih di skip aja. Andai aku ngomong sesuatu yang heboh sekalipun di hadapan dia, gak akan ngaruh sama sekali. Mungkin radarnya perlu diservis tuh, siapa tahu kena gangguan", Rayyan tak sadar sudah menggibah Asna.

"Eh, kok malah ngomong gitu sih. Asna itu temenku loh. Kamu kan gak tahu masalah dia, jadi jangan sembarangan ngomong", Eun-mi tak suka.

Rayyan baru tersadar kalau dia sudah keterlaluan.

"Sori.. Lagian tadi kamu juga yang bawa-bawa Asna ke obrolan kita. Memangnya, dia ada masalah apa sih?", jiwa kepo Rayyan mulai menampakkan wujudnya.

"Bukan urusan kamu. Sejak kapan sih kamu suka ngurusin urusan orang?", Eun-mi malah jadi sewot melihat sikap Rayyan.

"Ya udah kalo gak mau cerita", Rayyan lalu mengambil piringnya dan piring Eun-mi yang kini di dalamnya hanya tinggal sisa-sisa makan mereka.

"Makasih sarapannya. Besok bikin sate ayam ya..", ucap Eun-mi sambil tersenyum geli lalu segera turun ke lantai satu.

Rayyan hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Dan tentu saja dia akan menuruti keinginan Eun-mi yang meminta sate ayam untuk sarapan mereka besok pagi.

1
kartini aritonang
kenapa nggak jujur aja sih eun mi sama rayyan? jadi nyesel nanti kalo sempat rayyan pulkam ke indo
kartini aritonang
bau baunya in ho naksir asna ya thor
Tutupet
baca sampai sini dulu
Puspa Indah: Makasih 😃
total 1 replies
Puspa Indah
Kritik sangat diharapkan. Sekeras dan setajam apapun dipersilahkan asal disertai penjelasan supaya bisa jadi pembelajaran demi perbaikan kualitas. Pisau kalau gak di asah sampai klenger mana bisa tajam, jadinya malah gak guna. Jadikan saya pisau, dan anda semua adalah batu asahannya. Thanks✌️😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!