Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 02 : Pernikahan Dipercepat
Bruk
Kakek Zio, Adi Ray, tiba-tiba pingsan di depan kamarnya. Untunglah kepala pelayan melihat dan segera memerintahkan para pelayan mengangkat majikan mereka ke atas ranjang. Kepala pelayan juga menghubungi dokter keluarga Ray serta orangtua Ray.
"Papi ... Aduh Pi gawat, Papa kamu pingsan lagi," kata Olivia, ibu Ray.
"Apa, Mi? Kalau begitu kita pulang sekarang ke Jakarta," jawab Rangga Ray, ayah Zio.
"Oke, Pi. Mami hubungi dulu pilot pribadi kita buat jemput kita di Singapur," kata Olivia lagi. Kemudian dia segera menelepon pilot pesawat pribadi mereka.
Sementara itu di tempat lagi. Ayah Zea yang sedang duduk manis sambil menikmati secangkir kopi hitam di terai rumah tiba-tiba mendapat telepon dari kepala pelayan keluarga Ray. Dia meminta ayah Zea dan ibu Zea, Hafiz dan Murni, untuk datang ke kediaman utama keluarga Ray, karena ada hal penting yang ingin di sampaikan Adi Ray.
"Murni ..." panggil Hafiz dengan suara lantang.
"Apaan sih bang?" jawab Murni, keluar dari dalam rumah.
"Ayo kita ke rumah Om Adi, kepala pelayannya tadi telepon," kata Hafiz pada istrinya.
"Om Adi kenapa lagi, Bang? Dia pingsan lagi?"
"Katanya sih gitu."
"Apa dia nyuruh kita ke sana buat mempercepat pernikahan Zea dan Zio, Bang?" tebak Murni dengan mata berbinar.
"Aduh Murni, Zea dan Zio masih SMA, masih 18 tahun. Masa mau dinikahin? Yang ada mereka belum siap."
"Belum siap apa sih Bang? Duit banyak, selama duit banyak rumah tangga itu selalu damai. Suami istri kan sering bertengkar gara-gara duit? Biarpun Zio belum kerja, uang dia banyak, warisannya aja banyak, perusahaan kakeknya kan bakal diwariskan ke papanya, akhirnya di wariskan ke mantu kita juga nanti," jawab Murni dengan semangat.
"Ya elah Murni, Zea anak kita satu-satunya. Ngebet banget sih nikahin dia yang masih muda."
"Justru karena Zea masih muda Bang, dia masih cantik, berhak memilih calon terbaik. Zio kan banyak duit. Itu sudah yang terbaik. Anak kita bakal bahagia Bang. Lagian kan Abang juga yang setuju menjodohkan Zea dengan anak sahabat Abang."
"Iya sih, tapi jangan terlalu muda juga nikahnya. Kalau bisa sih waktu lulus kuliah baru nikah."
"Nunggu lulus kuliah kelamaan Bang, keburu Zio digaet cewek lain. Ya udah Bang, Murni males debat sama Abang. Murni mau siap-siap dulu. Murni kan harus dandan cantik ketemu calon besan. Biar kata kita keluarga sederhana, jangan mau kalah sama keluarga konglomerat."
"Iya, iya, terserah Kamu."
Murni pun masuk ke dalam untuk bersiap-siap. Dia mengenakan pakaian terbaiknya.
Setelah selesai bersiap-siap, Hafiz dan Murni pun berangkat ke kediaman utama keluarganya Ray, menaiki motor matic mereka. Keluarga Zea adalah keluarga sederhana. Mereka punya usaha peternakan ayam, dan kemana-mana orangtua Zea selalu pakai motor. Mereka tidak punya mobil dan hanya punya pickup, itupun untuk mengantar ayam dan telor ayam yang akan mereka jual di pasar maupun dilangganan mereka.
Sementara itu keluarga Zio adalah keluarga kaya raya dan punya perusahaan besar. Kakek Zio dan kakek Zea sudah lama bersahabat. Katanya perusahaan kakek Zio sebesar sekarang berkat bantuan kakek Zea. Persahabatan kakek-kakek mereka pun menurun ke ayah-ayah mereka. Hafiz pernah ditawarkan ayah Zio untuk mengelola anak perusahaan milik keluarga Ray namun dia menolak karena lebih suka beternak ayam, mewarisi peternakan ayam mendiang ayahnya. Rangga menghormati keputusan temannya.
Kebetulan sekali anak-anak mereka lahir dengan jenis kelamin berbeda. Kakek Zio dan ayah-ayah mereka senang, dan memutuskan menjodohkan mereka sejak kecil. Namun mereka benar-benar diberi tahu akan perjodohan itu saat Zea menginjak 13 tahun alias kelas 1 SMP.
Zio dan Zea tidak bisa menolak perjodohan. Jika Zio berani menolak, ayahnya tidak akan mewariskan perusahaan mereka pada Zio. Tentu saja Zio tidak ingin hal itu terjadi. Menjadi CEO perusahaan adalah impian Zio sejak lama. Zio pun menerima perjodohan ini walau terpaksa.
Zea menerima perjodohan juga karena gertakan ibunya. Ibunya akan mengancam mogok makan sampai mati jika Zea menolak perjodohan, terpaksa Zea setuju. Murni tau kalau anaknya sangat menyayanginya, Zea tidak ingin ibunya menderita. Murni memanfaatkan hal itu untuk mendapat persetujuan Zea. Menurut Murni, sebagai ibu dia harus realistis. Menantu idaman di depan mata, jadi jangan sampai lepas dari genggaman. Toh Zea tidak akan rugi menikah dengan Zio.
***
"Bagaimana, apa kalian setuju pernikahan Zio dan Zea dipercepat?" usul Adi Ray.
"Kami setuju, Papa," jawab Rangga. Olivia mengangguk.
"Kami juga, Om Ray," jawab Murni. "Ya kan Bang?" Murni menatap mata Hafiz, meminta Hafiz mengiyakan perkataannya.
"Iya, Om. Tapi apa Zio dan Zea tidak keberatan?" ucap Hafiz.
"Mereka pasti mau. Kita lebih tua dari mereka. Kita tidak boleh kalah oleh mereka. Ray group hanya boleh dimiliki oleh mereka. Bagaimanapun juga, Ray group ada karena kerja keras ku dan mendiang kakek Zea. Sudah seharusnya yang pantas menikmati Ray group adalah mereka berdua," kata Adi Ray. "Lagi pula aku sudah tua. Jika cicitku sudah lahir, aku tidak punya penyesalan lagi meninggalkan dunia ini," tambah Adi Ray.
"Papa harus panjang umur. Papa pasti sehat dan secepatnya menimang cicit," jawab Rangga.
"Iya Om. Teknologi dan pengobatan zaman sekarang semakin maju. Om Ray pasti panjang umur dan sehat selalu," jawab Murni.
"Aku beruntung memiliki kalian, semoga keluarga kita selalu harmonis seperti ini," jawab Adi Ray.
"Aamiin," jawab Hafiz.
"Ya sudah Pa, biar Aku aja menelepon Zio. Dia ada pertandingan basket hari ini, pasti Zea juga di sana menonton Zio tanding. Aku akan menyuruh mereka datang kemari sekarang," kata Olivia.
"Iya, Jeng, cepat hubungi mereka," jawab Murni. Olivia pun segera menghubungi Zio dan Zea.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....