Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekad
Ryu Dean, kini mengenakan pakaian security dengan name tag Yudha. Mengapa? 13 tahun tidak bertemu dengan tunangannya, Almira. Itulah penyebabnya.
Selama ini Ryu Dean tinggal di luar negeri mengikuti kedua orang tuanya. Pembangunan cabang perusahaan baru yang lebih menguntungkan, karena itulah dirinya tinggal di luar negeri dengan kedua orang tuanya selama ini.
Menghela napas kasar, foto Almira yang dikirimkan ibu wanita itu masih menjadi wallpaper handphonenya.
Terlalu canggung untuk bertemu secara langsung, mengingat 13 tahun lalu dirinya lah yang merengek pada kedua orang tuanya untuk dijodohkan dengan gadis kecil paling cantik di acara ulang tahunnya.
Apa Almira menyukainya? Atau setidaknya mengingat pertunangan mereka?
Walaupun begitu, untuk membeli kesetiaan Almira, orang tua Ryu Dean selalu mengirim uang bulanan dalam jumlah yang tidak sedikit pada orang tua Almira.
"Iiih! Jadi bucin nanti tau rasa!" Geram Fiona yang duduk di sampingnya.
"Impossible." Ryu, atau kita sebut saja Yudha kembali meminum."Jadi kamu mau membantuku?"
"Aku tidak akan ingkar janji. Tapi kak security juga harus melindungiku dari Derio. Aku sudah ditandai olehnya, sebagai mahasiswi korban bullying berikutnya." Fiona bergidik ngeri, mengingat bagaimana watak Derio.
"Derio? Memang sehebat apa bocah itu?" Yudha menghela napas, sejatinya enggan membicarakan makhluk sejenis cumi-cumi.
"Pernah menonton drama Korea atau Cina tentang mahasiswa atau siswa paling populer di kampus atau sekolah? Itulah mereka di dunia nyata. Derio, orang tuanya pemilik yayasan kampus. Wajah rupawan dengan bentuk tubuh menggoda, ditambah lancar berbahasa inggris. Tidak hanya itu, sebuah pusat perbelanjaan juga merupakan milik keluarganya!" Celoteh Fiona membayangkan Derio yang dilayani banyak pelayan hanya untuk mengganti pakaiannya. Dalam rumah mewah yang keren.
"Oh..." Satu kata yang terucap dari mulut Yudha, membayangkan seekor cumi-cumi berenang di lautan.
"Ada lagi, Gretel dia salah satu teman Derio. Memiliki kemapuan beladiri. Pemegang sabuk hitam, orang tuanya memiliki sebuah hotel ternama." Kalimat antusias dari Fiona, yang hanya figuran.
"Wah..." Gumam Yudha membayangkan cumi-cumi memiliki teman ubur-ubur.
"Tidak kalah dari juga, ada juga Dio, dia kakak kandung Derio. Seorang artis sekaligus musisi. Memiliki aset pribadi yang pastinya berjumlah besar." Fiona membayangkan betapa rupawan sosok Dio yang sempat berebut cinta Almira dengan adiknya Derio.
"Gila..." Lagi-lagi Yudha hanya mengucapkan satu kata. Membayangkan cumi-cumi juga memiliki kakak seekor cumi-cumi, rupanya.
"Ada lagi." Seru Fiona.
"Ada lagi?" Tanya Yudha.
"Jerrel, dia memiliki senyuman menawan, semanis malaikat. Memiliki kemapuan fotografi yang hebat, beberapa kali memenangkan penghargaan. Orang tuanya memiliki agensi artis." Sebuah penjelasan singkat dari Fiona. Kembali membayangkan wajah malaikat Jerrel.
Sedangkan Yudha, meminum kopinya, kembali membayangkan seekor cumi-cumi memiliki teman udang.
Wajah penuh harap dari seorang Fiona. Masih berimajinasi dari pemuda yang paling populer.
"Jadi, kamu penggemar siapa dari keempat orang tadi?" Tanya Yudha pada Fiona.
"Kak security, habis lebih ganteng ditambah lebih realistis. Kalau yang lainnya mustahil dijangkau..." Fiona terkekeh sendiri, mencolek lengan Yudha genit.
"Sudah aku bilang, aku tipikal pria yang fokus pada satu tujuan. Jadi besok bantu aku mendekati Almira." Tegas Yudha berusaha tersenyum pada gadis yang tidak bisa diajak bicara bahasa manusia ini.
"Kak security tidak dengar? Nama pacarnya itu Derio! Anak pemilik yayasan. Salah-salah satu kampus bisa membully ku." Komat-kamit mulut itu mengomel.
"Kamu tidak akan mengerti. Bagiku kamu hanya pinguin, sedangkan Derio anak singa. Sedangkan aku...N.A.G.A. Naga..." Kalimat penuh senyuman dari sang security.
Hal yang membuat Fiona mengangkat salah satu alisnya. Kemudian mulai tertawa, memang pada dasarnya ada beberapa orang yang tidak tahu diri."Naga? Kamu dapat diinjak bagaikan semut oleh Derio."
"Intinya mau membantuku?" Tanya Yudha lagi.
"Mau, hanya sebagai teman. Kita mulai dari awal. Perkenalkan namaku Fiona, umurku 19 tahun." Fiona mengulurkan tangannya.
Sang pemuda hendak membalas uluran tangan Fiona. Tapi dengan cepat Fiona menariknya."Aku tau! Dari name tag nya namamu Yudha."
"Iya, Yudha." Ryu Dean yang menyembunyikan identitasnya. Tujuannya hanya satu, tidak ingin orang tua Almira memaksakan kehendak pada Almira untuk tersenyum di hadapannya saat pertemuan pertama mereka nanti. Ingin rasa cinta yang tumbuh perlahan, mungkin hanya itulah yang ada di benak putra tunggal konglomerat tersebut.
"Nah! Sekarang kita ke tukang bakso depan! Biar aku yang traktir. Kebetulan anak pemilik kedai baksonya kenalanku." Suara cempreng super ceria dari Fiona yang menarik tangannya.
"Dasar!" Batinnya, tidak ada wanita yang sekurang ajar ini padanya. Kala tinggal di luar negeri, pelayan akan memberi hormat padanya. Anak dari rekan bisnis sang ayah akan tersipu-sipu malu di hadapannya. Wanita murahan akan membuka pakaian di hadapannya.
Tapi, dengan satu kata kesetiaan, dirinya tidak pernah menggubris satu wanita pun.
*
Keesokan harinya.
Fiona kembali bertingkah konyol, merayap bagaikan cicak di dinding. Menelan ludah kasar, kala beberapa siswi merekam ke arah mobil yang baru datang. Mobil-mobil dari anak-anak paling populer di kampus ini.
Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada mereka. Sedangkan di mobil sport paling akhir, Almira keluar bersama Derio. Sungguh pasangan paling serasi di kampus ini.
Sedangkan dirinya? Fiona hanyalah figuran yang berusaha mendekatkan sang security dan Almira. Gila bukan? Derio, sudah pasti akan menginjak pinguin yang berjalan lambat sepertinya.
"Bagaimana..." Batin Fiona mengigit kukunya sendiri, saat melihat seorang mahasiswa mengalami pembullyan karena ketahuan menyukai Almira diam-diam.
Gila saja, bukan hanya dipukul, tapi juga dilempari tepung, telur, bahkan disiram air. Tinggal digoreng jadilah pisang goreng, eh salah. Maksudnya jadilah pembullyan kejam.
Tapi dirinya harus berusaha lebih keras lagi. Demi kak security yang sudah menyelamatkan nyawanya.
Bagaikan detektif, Fiona memicingkan matanya, duduk di meja dekat dengan Almira, ketika berada dalam ruang kelas. Gila! Benar-benar cantik tanpa celah wanita ini, bahkan begitu populer.
"Tas ini? Tunanganku yang mengirimkannya. Produk baru dari H*rmes, edisi terbatas. Bahkan jika kamu punya uang pun, kamu tidak akan bisa membelinya. Karena ini hanya dapat dibeli member khusus dengan jumlah pembelian produk lain tertentu." Celoteh Almira penuh senyuman menjelaskan darimana dirinya mendapatkan tas secantik ini.
"Wah! Kuntilanak cantik sudah punya tunangan..." Batin Fiona mendengarkan sembari berpura-pura membaca buku, tepat di belakang Almira duduk.
"Tunangan? Bukannya pacarmu adalah Derio ya?" Tanya Mirad (teman Almira).
"Iya, perjodohan yang sudah lama. Tapi aku bermaksud untuk membatalkannya. Orang tuaku saja yang nyolot, kolot, keras kepala." Almira menghela napas kasar. Menatap ke arah kuku-kuku indahnya yang baru kemarin mendapatkan perawatan, bahkan ditempeli dengan berlian kecil.
"Tapi memang benar sih! Begitu kamu memperkenalkan Derio sebagai kekasihmu, kedua orang tuamu akan takluk. Segera merestui mu." Mirad tertawa kecil, tapi memang begitu bukan. Tampan, dari keluarga kaya, pintar, apa yang kurang dari sosok Derio.
"Memang...dia pria idaman sejuta umat." Gumam Almira, tidak mengetahui bagaimana sosok tunangannya. Anak gemuk 13 tahun lalu yang sembarangan menunjuk ke arahnya untuk dijodohkan.
Dirinya bahkan terpaksa, ditarik untuk berkenalan oleh kedua orang tuanya. Bagaimana anak gemuk itu saat ini, pasti menjadi lebih gemuk bukan?
Sedangkan Fiona menghela napas kasar, melirik ke arah tas H*rmes milik Almira. Begitu berat saingan kak security, Derio saja sudah cukup sulit. Bahkan mustahil.
Matanya melirik ke arah jendela. Tangannya melambai ke arah security tampan yang berada di lapangan basket.
'Kamu hanya figuran! Jangan bermimpi!' Pesan yang dikirimkan pada Yudha setelah bertukar nomor sehari sebelumnya.
'Aku tidak bermimpi. Aku realistis. Informasi apa saja yang kamu dapatkan?' Dengan secepat kilat, security yang berada di lapangan basket itu membalas pesannya.
'Almira, dia mempunyai tunangan.'
'Informasi lainnya? Jangan bilang seharian ini kamu cuma mendapatkan satu informasi?'
'Dia suka spaghetti, hobi menari ballet, akun tiktok dan Facebooknya nanti aku kirimkan. Kak, tidak mau berubah fikiran, mau sama aku saja? Daripada mengejar cinta yang mustahil.'
'Tidak! Hanya Almira seorang yang ada di hati.'
Fiona menghela napas setelah beberapa kali berbalas pesan dengan Yudha. Ada orang yang ditakdirkan laku, bahkan berebut.
Ada juga orang yang sudah disodorkan gratis pun, tidak ada yang mau, seperti dirinya.
Fiona terdiam sejenak, apa sebaiknya mengejar anak pemilik kedai bakso depan kampus saja ya?
Pinguin nakal yang sedang mencari jati diri. Tidak sadar tengah berteman dengan seekor naga.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...