Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelompok Geni Pelangi
“Kalian semua!, besok adalah waktunya menyerang padepokan Daivan Sejati , kita luluh lantahkan padepokan itu, Dan kuasai semuanya, setelah itu, kita punya padepokan sendiri, mumpung kekuatanku sudah diatas Ki Ageng Aksatriya, akan sangat mudah mengalahkan dan menghancurkan padepokan itu, Hahahahahahahahaha”. Teriak seorang yang memakai baju ninja, berbadan kekar sambil mengangkat tangannya.
“Hancurkaaan, Musnahkaaan, Hancurkaaan”. Teriak para pasukan sertentak.
Didalam kerajaan, Raja Danuarsa sedang memimpin rapat bersama para adipatinya
“Kalian sudah dengar? Ada sebuah kelompok yang bernama Geni Pelangi yang dipimpin oleh Ki Buana Abadi?”. Tanya sang raja kepada para adipatinya.
“Sudah kanjeng raja, Kelompok itu sedang merajalela ingin menguasai semua padepokan, konon katanya kelompok ini hanya salah satu kelompok kecil yang beraliran kejahatan yang bernaung disebuah kelompok besar yang bernama Aakash Semesta yang berlokasi di tempat tersembunyi”. Jawab salah satu adipati sambil menyatukan tangannya didepan dadanya.
“Jadi kelompok Geni Pelangi hanya kelompok kecil saja?”. Tanya Raja kembali
“Nggih Raja, Ada banyak kelompok kecil dengan ranah spiritual tingkat Langit dan kekuatan tingkat Sabuk Pelangi yang mungkin akan sulit dihadapi nantinya jika berurusan dengan mereka”. Jawab Adipati lainnya.
“Hm……, Jadi apa yang harus kita persiapkan sekarang??”. Raja kembali bertanya.
“Kita harus menemukan beberapa orang kuat yang bisa melindungi kerajaan ini dari serangan para kelompok itu raja, dan raja juga harus bisa menemukan seseorang yang mempunyai kekuatan super power lagi agar dapat bersama memberantas kelompok-kelompok itu”. Jawab Adipati.
“Baiklah, Undang Ki Ageng Aksatriya kesini, aku akan menugaskannya untuk mencari seorang yang mempunyai kekuatan super power itu.” Perintah raja kepada salah satu pasukan.
Keesokan harinya, pasukan dan Ki Ageng Aksatriya datang menghadap raja.
“Ki Ageng, bagaimana perkembangan padepokan panjenengan? Adakah murid yang bisa saya bawa untuk menjaga keamanan kerajaan?”. Tanya raja kepada Ki Ageng Aksatriya
“Mohon maaf raja, Saya belum menemukan satupun murid yang mempunyai kemampuan lebih, sudah beberapa tahun ini, sejak ada satu murid yang benar-benar harus dilatih secara terus-menerus datang, saya tidak fokus untuk melatih yang lainnya.” Jawab ki Ageng Aksatriya
“Murid yang butuh dilatih serius?, memangnya yang lainnya tidak dilatih seriuskah?”. Raja Danuarsa kembali bertanya
“Bukan begitu raja, ada satu murid yang titik kekuatannya tertutup racun dari kecilnya, sehingga untuk membuka titik kekuatannya saja sudah 5 tahun ini tidak bisa, makanya saya lebih serius menghadapinya terlebih dahulu, karena dia seorang anak yang dititipkan oleh teman baik saya untuk didik dan dilatih beladiri”. Ki Ageng Aksatriya kembali menjawab.
“Siapa nama anak itu?”. Tanya raja sedikit penasaran.
“Namanya Rama raja, namun sudah 3 tahun lebih dia kabur dari padepokan dan belum kembali”. Jawab Ki Ageng
“Waduh, Aku jadi penasaran sama anak itu”. Jawab raja kembali
“Bahayaaaa, Bahayaaaa”. Teriak salah satu pasukan yang lari memasuki ruangan raja dengan wajah panik
“Bahaya kenapa?!”. Tanya raja dengan sedikit membentak
“Padepokan Daivan sejati sedang diserang oleh sekelompok orang berpakaian ninja, murid-murid sudah banyak sekali yang terluka”. Pasukan tersebut menerangkan kejadian yang sedang terjadi.
“Mohon maaf raja, saya harus kembali ke padepokan dahulu”. Ki Ageng memohon pamit.
“Silahkan”. Jawab sang raja
Ki Ageng Aksatriya dengan kekuatannya terbang menuju padepokannya yang sedang diserbu oleh pasukan Geni Pelangi.
Sementara di padepokan keadaan sangat semrawut karena perkelahian antara murid padepokan dengan pasukan Geni Pelangi yang sangat kuat.
“Hey, beraninya kalian mengacak-acak padepokanku!!!”. Bentak ki Ageng Aksatriya yang sudah sampai di padepokannya.
“Hahahahaha, akhirnya keluar juga kamu Ki Ageng Aksatriya!”. Bentak salah seorang yang berpakaian ninja yang sedang menunggangi burung elang.
“Siapa kamu?”. Tanya Ki Ageng dengan mengeraskan suaranya
“Hahahaha, sudah lama kita tidak bertemu, kekuatanmu masih belum berkembang juga sampai saat ini, dasar manusia tak berguna, sok-sokan membuat padepokan yang begitu lemah ini”. Jawab orang itu.
Ki ageng sambil melipat-lipat telapak tangan dan jarinya yang mengeluarkan cahaya berwarna ungu kemudian mengarahkan cahaya tersebut ke arah orang itu dan berteriak
“Petir ungu penghancur langiiiiit”. Teriak Ki Ageng
“Hahahaha, kekuatan kecil semacam ini mana mungkin melukaiku”. Teriak orang yang memakai ninja tersebut sambil menunjuk ke arah kilatan cahaya yang menujunya, dari jari telunjukna keluar api yang begitu besar hingga menghilangkan kilatan petir ungu yang lemparkan kepadanya.
“Orang ini sangat kuat, aku tidak mungkin bisa mengalahkannya”. Gumam ki Ageng Aksatriya
“Saatnya kau akhiri cerita hidupmu Ki Ageng”. Teriak orang itu sambil kembali menunjukkan jarinya yang mengeluarkan cahaya api yang lebih besar dari sebelumnya.
Ketika api itu hampir mengenai ki Ageng Aksatriya, tiba-tiba mendadak menghilang seluruh api yang sangat besar itu.
“Siapa yang berani menghalangi jurusku??”. Tanya orang berninja itu
“Woy orang tua, kamu berani mau membunuh guruku?”. Tanya Rama yang sudah sampai dipadepokan dan masih menunggang Macan putih bertubuh singa.
“Waduh, siapa anak muda ini?, dia menunggangi hewan peliharaan para dewa, Tapi kekuatannya masih ditingkat satu?”. Gumam orang berninja didalam hatinya dengan raut wajah agak bingung.
“Anak muda…. Kalau kamu ingin mati bersama gurumu ini, akan aku permudah jalan kematianmu”. Kata orang berninja sambil melipat-lipatkan telapak tangan dan jarinya
“Api Neraka Hanguskan Semestaaaaaaaaaaaaaa”. Teriak orang itu dan keluarlah kobaran api yang sangat besar sekali didepannya yang siap diarahkan ke Rama dan Ki Ageng Aksatriya yang berada dibawahnya.
“Hancurkaaaaaaan”. Teriaknya kembali
“Ah api lampu ceplik begitu kok dibilang api neraka”. Kata rama sambil mengibaskan tangannya keatas
“Haaaaaaaaaaaaah, Apaaaaaan bocah iniiiiiiiiiiiiii, Api nerakaku dihilangkan hanya dengan kibasan tangan saja????!”. Teriak orang ninja itu sambil bola matanya keluar semua karena tidak percaya melihat kejadian ini, tidak hanya orang berninja itu yang kaget, Ki Ageng Aksatriya dan teman-teman seperguruannya juga hampir pingsan melihat kejadian itu.
“Elang!, jatuhkan orang itu!!!!”. Teriak rama
Secara sepontan si elang langsung membalikkan badannya sehingga orang berninja yang tadinya menaikinya langsung terjatuh kebawah.
“Sini kamu!!”. Teriak Rama kepada orang berninja tersebut.
Berjalanlah orang berninja itu menuju Rama yang masih menunggangi macan putih.
“Minta maaf ke Ki Ageng Aksatriya!”. Bentak Rama kepadanya.
“Maafkan saya kiii, Saya sudah melakukan kesalahan besar…., saya pantas dihukum mati…”. Kata orang berninja itu kepada Ki Ageng Aksatriya.
“Aku Tanya sekali lagi, Siapa kamu?”. Tanya ki Ageng Aksatriya mengulangi pertanyang diawal
“Saya Buana Abadi Nadi, saingan Ki Ageng saat masih muda dulu…”. Jawab orang berninja yang ternyata dulunya adalah teman seperguruan ki Ageng Aksatriya.
“Owalah koe toh Buana Abadiooooooo Buana Abadi, yasudah, jangan lakukan yang begini lagi!”. Bentak ki Ageng kepada Buana Abadi.
“ Nggih ki, maafkan saya”. Jawab Buana Abadi
“Anak muda, panjenengan namanya siapa?, Hewan apa yang ditunggangis ama panjenengan itu?” Tanya Buana Abadi kepada Rama.
Rama turun dari macan putih dan menghampiri Buana Abadi yang masih membungkuk merasa bersalah
“Namaku Rama, Ini hewan pemberian seseorang, kamu tidak perlu tahu dari siapanya dan tidak penting!”. Jawab rama ketus.
“Kalau boleh, jadikan saya menjadi ajudan tuan muda, saya akan melakukan apapun perintah dari tuan muda”. Kata Buana Abadi berharap menjadi ajudan Rama.
“Nanti saya fikirkan, saat ini saya mau ketemu sama Ki Ageng Aksatriya dulu, kamu disini saja dulu jangan kemana-mana, ada hadiah special buat kamu nanti”. Kata Rama kepada Buana Abadi.
“Baik tuan muda, saya akan setia menunggu disini”. Jawab Buana Abadi.
“Rama, kamu darimana saja selama ini?, kami disini sangat mengkhawatirkanmu”. Kata Ki Ageng sambil berjalan menuju ruangan tamu.
“Nanti kita cerita didalam saja guru”. Jawab Rama.
Setelah didalam ruangan, rama kemudian bercerita kejadian yang menimpanya itu dan berkata
“Oh iya guru, ada salam dari Mbah Ananta Ajya, dan ini saya dibawakan air ini, katanya suruh dikasihkan kepada siapapun yang ingin meminumnya”. Kata Rama sambil menunjukkan satu gentong gede Air spiritual yang disimpan di tempat penyimpanan gaibnya.
“Buseeeeeeeeeeeeeeeeet, ini beneran kamu bertemu dengan Mbah Ananta Ajya??, dia itu simbahku, aku sendiri belum pernah ditemuinya, katanya dia dialam keabadian saat ini??”.
“Wooooooooooooooow, Woooooooooooooooow, Wooooooooooooooow, Ini, Ini, Ini, Air spiritual para dewa??? Kamu dikasih ini sama simbahku????!”. Kata ki ageng lebih kaget lagi ketika mengetahui jika yang dibawa oleh Rama adalah air spiritual dewa, yang hanya tinggal cerita saja.
“Lah emangnya sekeren itukah air ini guru?”. Tanya Rama dengan wajah yang sangat lugu sekali
“Ini air yang pernah guru ceritakan padamu dahulu rama, Guru boleh meminumnya jugakan rama???”. Tanya ki Ageng sambil memasang wajah penuh harapan
“Jangankan minum guru, mandi pakai air inipun boleh guru….” Jawab Rama sambil cengegesan.
“Kamu ini, ini air diminum saja bisa meningkatkan kekuatan sampai 5 tingkat seketika, apalagi buat mandi, kata mbah Ananta air ini suruh dikasihkan ke semua orang yang ingin meminumnya kan?”. Tanya ki Ageng Aksatriya kembali.
“Iya guru”. Jawab Rama
“Baiklah, panggil semua murid, dahulukan yang terluka agar dapat mengobati lukanya”. Kata Ki ageng Aksatriya.
Berkumpulah para murid diarena latihan beladiri.
“Murid-muridku, Rama sudah kembali dan membawa air yang sangat spesial untuk kalian minum, silahkan yang terluka dahulu yang meminumnya”. Kata ki Ageng sambil mengangkat tangannya kedepan.
“Wadaw, lukaku langsung sembuh semua setelah minum air ini!!!!”. Teriak seorang murid yang kaget setelah meminum air spiritual tersebut langsung sembuh lukanya.
“Wah tidak hanya itu!!, Titik kekuatan kedua dan ketigaku juga sudah mulai terisi kekuatan!!, aku coba dulu kekuatan apa yang aku dapat, hyaaaaaaaaaaat”. Teriak murid tersebut sambil mengarahkan kepalan kesebuah pohon, tiba tiba pohon tersebut hancur berantakan menjadi debu.
Para murid yang lain langsung gaduh dan ingin langsung ikut meminum air tersebut.
“Hey kamu, kamu kesini tiba-tiba menyerang padepokan ini memangya ada masalah apa?”. Tanya rama sambil menghampiri Buana Abadi
“Begini tuan muda, saya adalah pemimpin kelompok Geni Pelangi yang menjadi bawahan kelompok besar dinegara ini yaitu kelompok Akaash semesta, kami disuruh untuk menguasai seluruh padepokan yang berada di kerajaan Buminata ini”. Kata Buana Abadi sambil menerangkan.
“Owalah, kelompok semut tah, sudah!, suruh bawahanmu belajar disini saja, bagi yang ranahnya sudah tinggi suruh ikut melatih teman-teman seperguruan saya saja disini!”. Kata Rama sambil menyuruh Buana Abadi.
“Baik tuan muda, eh iya tuan muda, hadiah apa yang akan saya terima tuan muda?”. Kata Buana Abadi sambil melenggak lenggokkan tubuhnya.
“Nih, minum air ini, kamu yang sudah di tingkat langit kesatu, bisa naik ke langit ke tiga setelah minum ini”. Kata Rama.
“Buseeeeeeeeeeeeeeet, Air Spiritual dewaaaaaaaaaaaa? Ini beneran tuan muda??! Ini buat saya??!”. Teriak Buana Abadi sangat kaget melihat air spiritual dewa yang diberikan secara gratis kepadanya.
“Hush!, brisik!, tak jahit cangkemmu!”. Kata rama sambil menyomot dua bibir Buana Abadi dan menariknya hingga terlihat monyong.
Setelah selesai murid-murid meminum air spiritual semua, Ki Ageng Aksatriya memanggil Rama ke ruangannya, dan menceritakan kekhawatiran raja Danuarsa saat ini.
“Tenang saja guru, guru juga termasuk paman sepupuku, jadi guru akan aku spesialkan nanti, dan raja danuarsa juga kata mbah Ananta Ajya masih termasuk mbahku juga”. Kata Rama sambil menerangkan.
“Laaaaah, kamu anaknya siapa???”. Tanya ki Ageng Aksatriya semakin penasaran
“Rama sendiri belum tahu, Rama anak siapa guru, kan dari kecil Rama sudah dirawat oleh guru disini, setahu saya ya guru adalah orang tua saya sendiri”. Jawab Rama sambil garuk-garuk kepala.
Akhirnya ki Ageng Aksatriya menceritakan perjalanan Rama dari kecil hingga kabur dari padepokan.
“Besok kita menghadap raja bersama, sepertinya raja Danuarsa juga penasaran sama kamu”. Terang ki Ageng
“Baik paman guru”. Jawab Rama.
Keesokan harinya Rama bersama Ki Ageng Aksatriya dan mengajak Ki Buana Abadi terbang menggunakan Elang yang sebelumnya ditunggangi oleh Ki Buana Abadi.
Sesampainya dikerajaan, Raja menyambut ki Ageng Aksatriya dengan penuh kebahagian karena kabar kekalahan kelompok Geni Pelangi sudah dikalahkan sudah didengar olehnya.
“Aku ikut bahagia mendengar kalau kelompok Geni Pelangi sudah dikalahkan”. Kata Raja Danuarsa
“Nggih raja, ini malah pemimpin kelompok Geni Pelangi ikut bersama kami disini”. Jawab ki Ageng Aksatriya sambil menunjuk ke Ki Buana Abadi yang sedikit malu dan menundukkan kepalanya.
“Hah??!, Kamu, Pasukaaaan”. Teriak Raja
“Tidak usah khawatir raja, dia sudah jadi pengawal saya saat ini”. Rama menghentikan teriakan raja yang sepertinya akan menyuruh pasukan untuk menangkap ki Buana Abadi.
“Apa???!, Kamu anak muda, bisa-bisanya kamu bilang begitu??!”. Kata raja sambil terheran-heran
“Iya raja, Namanya ki Buana Abadi, dia sekarang dan anak muda ini yang namanya Rama, yang kemarin saya ceritakan”. Ki Ageng Aksatriya menjelaskan kepada raja Danuarsa
“Oooo, kamu orangnya, sepertinya aku tidak salah menilai, kamu punya bakat beladiri yang sangat luar biasa sepertinya anak muda…”. Kata raja sambil menghadap ke Rama
“Hehehehe, tidak juga raja, saya hanya diranah Pembukaan awal saja..”. jawab Rama
“Itu dia masalahnya, kamu masih ditahap pembukaan awal, tapi pengawalmu mantan ketua kelompok Geni Pelangi, bagaimana bisa ini terjadi??”. Kata raja dengan sedikit bingung
“Begini raja, kekuatan api pelahap alam punya saya, dilibas hanya dengan satu libasan telapak tangan saja, dan kelompok kami dianggapnya kelompok semut saja sama dia”. Ki Buana Abadi ikut menerangkan kepada raja.
“Nah kan, Nah kan, Kamu ini punya kekuatan apa sebenarnya anak muda? Jangan-jangan kamu punya satu paru-paru dikanan atau ginjal ganda?”. Tanya raja kepada Rama yang sedang duduk didepannya
“Hehehehe, saya punya dua-duanya raja, paru-paru saya satu disebelah kanan dan ginjal saya ganda”. Jawab Rama
“Walaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, pantesan kamu punya kekuatan super power itu, bagaimana kamu bisa menghidupkan kekuatan itu anak muda?”. Tanya raja kembali yang semakin penasaran
“Saya sudah ketemu dengan leluhur kita raja, mbah Ananta Ajya di gunung”. Jawab Rama.
“Apa??!, kamu bertemu dengan mbah Ananta Ajya?? Trus kamu disuruh minum air spiritual dewakah? Atau apakah?”. Tanya raja dengan semakin penasaran
“Tidak Cuma air spiritual yang saya minum, bahkan saya mandi di danau air spiritual yang ada di belakang rumahnya mbah Ananta, juga disuruh makan daging sapi super bakar yang wenak sekali, raja”. Jawab Rama sambil cengengas cengeges dan garuk-garuk kepalanya.
“Edyaaaaan, Edyan, kamu masih muda sudah dikasih asupan seperti itu???!, memangnya tubuh fisikmu kuat menahan fluktuasi kekuatan daging sapi super itu?”. Kembali raja menanyakan dan lebih penasaran lagi dari sebelumnya
“Tadinya rasanya tubuh saya akan terbakar semua raja, tapi tiba-tiba mbah Ananta menendang saya sampai saya terlempar ke danau spiritual itu dan langsung disuruh mandi, katanya badan saya bau banget sudah bertahun-tahun tidak mandi”. Jawab Rama sambil bercerita awal kejadian hingga akhirnya dia disuruh kembali dan bertemu dengan ki Buana Abadi yang sekarang menjadi pengawalnya.
Setelah lama bercerita akhirnya raja menyuruh Rama untuk tinggal dikerajaan menjadi jendral perang kerajaan namun Rama menolak karena dia merasa masih harus mencari pengalaman yang lebih banyak lagi kedepannya.
Akhirnya rajapun memaklumi dan menyerahkan semuanya kepada Rama, setelah itu Ki Ageng Aksatriya dan yang lainnya berpamitan untuk kembali menuju ke padepokan Daivan Sejati.
Diperjalanan, ki Buana Abadi menceritakan jika Kelompok Akaash Semesta punya banyak kelompok-kelompok kecil diantaranya kelompok Macan Ngamuk yang rata-rata tingkatan spiritual pengikutnya sudah diranah Kekuatan sejati yang pastinya lebih hebat dibanding dengan kekuatan dari kelompok Geni Pelangi.
Kelompok ini anggotanya lebih sedikit dari kelompok Geni Pelangi, hanya sekitar 100 orang saja, namun tingkatan terendahnya adalah kekuatan sejati.
“Apakah tuan muda mampu menghadapi mereka nantinya?”. Tanya ki Buana Abadi kepada Rama
“Bisaaa, bisaaa, kalau kerepotan ya panggil saja para dewa, gampang kan?”. Jawab rama sambil cengengesan
“Apa apaan manusia ini? Memanggil dewa??”. Gumam ki Buana Abadi didalam hatinya.
“Kamu bingung?? Apa saya panggil satu dewa sekarang?!”. Tanya Rama sambil menantang.
“Ja… Jangan tuan muda, nanti seluruh kerajaan ini akan menjadi buta kalau melihat kedatangan dewa”. Jawab ki Buana Abadi dengan wajah ketakutan
“Baiklah, tidak usah takut begitu, nanti kalau dibutuhkan akan aku buktikan omonganku ini”. Kata Rama
“Nggih tuan muda”. Jawab ki Buana Abadi sambil menyuuruh Elangnya turun karena sudah sampai dipadepokan Daivan Sejati.
Dikerajaan kini mulai terasa nyaman dan tenteram kembali, raja dan para bawahannya sedang musyawarah mendiskusikan hasil panen masyarakat ditahun ini yang cukup melimpah, sehingga selama dua tahun kedepan tidak akan kekurangan pasokan pangan.
“Kita harus bersyukur, karena tahun ini hasil panen dari masyarakat sangat melimpah, sehingga tidak usah khawatir untuk pasokan pangan selama dua tahun kedepan nanti”. Kata raja danuarsa sambil memegang jenggotnya.
“Nggih raja, tapi ada kabar dari seorang peramal, yang mengatakan kalau di tahun ini akan ada bencana besar yang menimpa kerajaan ini, raja”. Kata seorang adipati kepada raja.
“Siapa peramal itu?, apakah peramal itu orang yang bisa dipercaya? Apakah dia orang sakti?”. Tanya raja kepada adipati yang sebelumnya bercerita mengenai ramalan.
“Nggih raja, ramalan orang itu jarang sekali meleset, dan sering menjadi kenyataan”. Tuturnya
Di Padepokan, Rama berpamitan kepada Ki Ageng Aksatriya untuk pergi mencari pengalaman dan berkelana mengelilingi dunia ini.
“Paman guru, Rama pamitan dulu untuk mencari pengalaman diluar”. Kata Rama sambil berpamitan
“Baiklah, hati-hati, apakah Ki Buana Abadi akan ikut bersamamu?”. Tanya Ki Ageng Aksatriya
“Nggih paman guru, tapi bawahan-bawahannya sudah disuruh untuk ikut melatih murid-murid padepokan Daivan sejati ini, guru”. Jawab Rama.
“oooo begitu, baiklah, apakah akan pergi sekarang juga?”. Tanya Ki Ageng Kembali.
“Iya paman guru, saat ini Ki Buana Abadi sudah menunggu di luar”. Jawab rama kembali
Kemudian Rama keluar dari ruangan Ki Ageng Aksatriya menuju Ki Buana Abadi yang sudah berada diatas burung elangnya yang besar dan bersiap untuk terbang.
“Kita akan pergi kemana tuan muda?”. Tanya Ki Buana Abadi.
“Kita akan pergi ke kerajaan Singo Ngaung terlebih dahulu, aku punya seorang teman disana”. Jawab Rama.
“Baiklah, Kerajaan tersebut tidak begitu jauh dari sini, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hari saja untuk dapat sampai disana”. Kata Ki Buana.
“Tiga hari tu lama coooook”. Kata Rama sampil menabok kepalanya Ki Buana Abadi yang sekarang terlihat lebih culun dari Rama.
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.