JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻
Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.
Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEMBATALAN PERTUNANGAN
...02...
Kamar yang semula hancur lebur akibat amukan seseorang kini telah mengalami perubahan drastis. Kekacauan yang menyelimuti ruangan, barang-barang berserakan, lemari yang terbuka, dan meja yang tertutup oleh tumpukan barang, satu per satu disingkirkan dengan cekatan. Pelayan yang telaten bekerja tanpa henti, mengembalikan kondisi kamar ke keadaan yang tertata rapi.
Perabotan yang sebelumnya berantakan kini diletakkan kembali pada tempatnya, dan lantai yang tertutup oleh barang-barang kini bersih, menyisakan permukaan yang mengkilap.
Tirai yang berantakan kini terpasang dengan rapi, membiarkan cahaya matahari pagi menyinari ruangan. Buku-buku yang berserakan di lantai telah dikembalikan ke raknya dengan tertib. Meja yang sebelumnya penuh dengan barang-barang yang tidak pada tempatnya kini tertata bersih, dengan dokumen-dokumen tersusun rapi.
Di balik perubahan ini, kerja keras pelayan yang penuh perhatian dan dedikasi terlihat jelas. Mereka telah berhasil mengubah kekacauan menjadi ketertiban dengan tangan mereka yang cekatan dan mata yang tajam. Ruangan yang tadinya hancur kini menampilkan ketenangan dan kerapian, berkat upaya tanpa lelah mereka.
Liora Ravenscroft duduk di sofa kamarnya, merenungi semua hal yang terjadi padanya hingga mengubah hidupnya dalam sekejap. Tatapan matanya kosong, tertuju pada buku tebal dengan sampul berwarna hijau tua.
Buku itu mengisahkan tentang sejarah Kerajaan Valoria, tempatnya menjalani kehidupan keduanya. Liora berniat untuk mengulik semua informasi yang ada, agar dia tidak terlihat seperti orang bodoh yang baru melihat dunia.
"Sialan, di kehidupan pertamaku, aku terlalu banyak belajar dan bekerja hingga meninggal dunia. Jangan sampai di sini aku meninggal lagi karena banyak belajar!" ucapnya pelan dengan frustrasi.
Gila rasanya, tiba-tiba terlempar ke dunia yang berbeda dan menjadi seorang putri bungsu dari Grand Duke yang agung.
"Saina sudah menjelaskan semuanya padaku. Rupanya aku memiliki sifat yang sangat buruk. Tapi... Tidak ada alasan bahwa aku pantas diselingkuhi! Wajar saja jika Liora kesal, tunangannya saja memiliki kekasih lain selain dirinya! Dasar berandal bajingan, aku akan memukulmu di tempat yang tepat sehingga masa depanmu terganggu!" kesal Liora, melampiaskan kekesalannya pada sebuah cangkir teh di meja.
KRAK!!
Cangkir teh itu secara mengejutkan retak hanya karena Liora meremasnya dengan sedikit tenaga. Tidak bisa dijelaskan betapa terkejutnya dia.
"Apa-apaan... Kenapa cangkir ini mudah pecah?" gumam Liora heran. "Hah, semakin lama semakin aneh tempat ini!" lanjutnya.
Dia kembali bersandar di sofa dengan perasaan yang semakin frustrasi. Berharap dengan bersandar, perasaannya akan semakin membaik. Namun, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan butler (kepala pelayan) memasuki kamarnya.
"Nona Muda, saya datang untuk menyampaikan pesan dari Baginda Grand Duke, bahwa Nona Muda diminta untuk menghadap beliau," ucap sang butler sedikit tidak sopan.
Tanpa mengetuk pintu, tanpa menunduk memberi salam, dan berani mengarahkan tatapan kepada Liora, sungguh tidak sopan. Liora yang berasal dari dunia modern saja tahu bahwa sikap itu tidak sopan. Dia memicingkan tatapannya pada sang butler.
Tersenyum sinis, Liora berkata sarkastis, "Sungguh sikap yang sangat sopan, ya, Butler. Sepertinya pengajaran yang kau terima benar-benar yang terbaik."
Butler hanya diam dengan wajah datarnya. Bukan berarti ia tidak paham maksud Liora, namun butler pribadi Grand Duke yang terkenal memiliki kepribadian tenang dan tajam itu memilih untuk diam dan tidak terpengaruh.
"Ck! Baiklah, pergi saja duluan. Aku akan menyusul nanti," ucap Liora pasrah menghadapi butler yang sulit untuk dihadapi ini.
"Kalau begitu, saya pamit undur diri, Nona Muda."
Liora hanya menatap punggung sang butler yang kini perlahan menghilang, ditelan oleh ambang pintu. Perasaan kesal, heran, dan bingung telah ia rasakan. Bagaimana caranya menghadapi Grand Duke nanti? Karena dia tidak mengetahui hubungan sebenarnya antara Liora dan Dimitri.
Hubungan seperti apa yang mereka miliki sehingga membuat Liora ragu untuk menghadapinya? Apakah dia harus bersikap sok akrab atau hormat layaknya seorang bangsawan?
"Aku harus memberikan reaksi seadanya demi melindungi nyawaku. Aku tidak tahu, orang seperti apa Grand Duke itu, aku tidak boleh salah langkah," ucapnya hampir berbisik.
...****************...
Di dalam kediaman Grand Duke, suasana ruangan tampak damai dan teratur. Langit-langit yang tinggi dihiasi dengan ukiran indah, dan sinar matahari yang lembut masuk melalui jendela-jendela besar, menciptakan permainan cahaya yang menenangkan di atas lantai marmer yang berkilauan.
Di sepanjang dinding, rak-rak buku penuh dengan karya-karya klasik dan manuskrip berharga, menambah nuansa tenang namun sarat dengan pengetahuan.
Namun, di balik ketenangan yang tampak, terdapat aura ketegasan yang tak bisa diabaikan. Ruangan itu seolah memancarkan sebuah kekuatan dan kepemimpinan yang menggetarkan, membuat setiap benda di dalamnya seakan berdiri tegak dalam hormat.
Grand Duke sendiri, meskipun berusia lebih dari empat puluh tahun, memiliki wajah yang tampak seperti pemuda berusia dua puluh lima tahun. Ciri-ciri wajahnya tetap tajam dan tampan, dengan mata yang tajam dan penuh wibawa, dan kulit yang tampak awet muda.
Aura yang tak terbatas yang mengelilinginya membuatnya seolah tidak mengalami penuaan. Setiap gerakan dan tatapan yang dikeluarkannya memancarkan kekuatan dan kebijaksanaan yang mengesankan.
Di meja besar yang terletak di tengah ruangan, tumpukan dokumen dan berkas yang menumpuk menunjukkan betapa sibuknya Grand Duke. Dia dengan tekun memeriksa setiap lembaran, tangan terampilnya bergerak cepat dari satu dokumen ke dokumen lainnya.
Setiap detik berharga bagi Grand Duke, dan meskipun tampaknya terbenam dalam pekerjaan, keberadaan dan karismanya tidak pernah meredup.
Ruangan ini, meskipun tenang, adalah tempat di mana kekuatan dan kecerdasan bersatu dalam harmoni yang sempurna, mencerminkan sosok Grand Duke yang memimpin dengan tangan yang kuat namun penuh kebijaksanaan.
Suasana ruangan yang sunyi tiba-tiba dipecahkan oleh suara ketukan pintu.
Tok Tok Tok...
"Masuklah," ucap Dimitri dengan suara pelan namun tegas.
Pintu ruangan terbuka perlahan, memperlihatkan Liora yang sedang mengintip sebelum akhirnya masuk ke dalam. Dengan sikap canggung, Liora membungkuk sedikit untuk memberikan hormat.
"Selamat siang, Yang Mulia," ucapnya dengan keanggunan khas seorang bangsawan.
Namun, sapaan tersebut tidak mendapatkan balasan. Dimitri tetap sibuk dengan berkas-berkasnya. Liora, yang merasakan ketidakpedulian itu, memutuskan untuk berbicara lagi.
"Saya di sini—" namun ia belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika Dimitri menyela.
"Ini adalah surat pembatalan pertunangan," ucap Dimitri dengan nada berat. "Kau dan Putra Mahkota resmi berpisah."
Liora terpaku, menatap surat itu dengan tatapan kosong. Meskipun di dalam hatinya ia bersorak gembira karena perpisahan ini menguntungkannya, penampilannya justru menunjukkan kesedihan dan frustasi. Dimitri, yang melihat ekspresi Liora, mengira putrinya sedang patah hati.
"Liora?" panggil Dimitri, membuat lamunan Liora buyar.
"I, iya, Yang Mulia?" jawab Liora, masih berusaha mempertahankan ekspresi wajahnya.
Dimitri terdiam sejenak, melihat putrinya dalam kondisi yang tampak berantakan. Dia merasa khawatir dengan perasaan putri bungsunya, namun dia tidak punya pilihan selain memisahkan Liora dari Putra Mahkota yang terang-terangan berselingkuh.
"Lupakan saja, dan kembali ke ruangan mu," ucap Dimitri.
"Baiklah, Yang Mulia. Jika begitu, saya pamit undur diri," jawab Liora sebelum meninggalkan ruangan.
Dimitri menatap punggung putrinya saat ia pergi, perasaan bertanya-tanya mengisi pikirannya.
"Mengapa Liora memanggilku 'Yang Mulia' dan bukan 'Ayah,' seperti biasanya?" gumam Dimitri dengan penuh rasa ingin tahu, seolah dirinya baru saja kehilangan sesuatu.
Penampilan Grand Duke Dimitri Ravenscroft :
^^^TO BE CONTINUED^^^