Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^
Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Biar saja. Kalau sudah mau pulang pasti akan pulang" kata Miko dengan merasa malas.
Mike duduk.
"Ya. Kita nikmati saja sekarang apalagi gue ditraktir lo" kata Mike dengan tertawa.
Miko mengambil buku menu yang ada di atas meja lalu membuka dan memilih menu. Miki mengedarkan pandangannya untuk mencari jalan keluar dari mall itu tapi justru dirinya tidak sengaja melihat seorang perempuan yang bermain dengan anak kecil berjenis kelamin lelaki dan kurang lebih umur 8 tahun. Miki berhenti berjalan dan melihat terus. Sekian lama Miki tersenyum.
"Dia sangat sabar menanggapi anak kecil itu dan...lembut" pikir Miki kagum.
"Ayo lempar lagi. Lempar" kata dia semangat.
Anak kecil itu menurut dan melempar kembali bola basket ke dalam keranjangnya. Bola itu masuk dan mereka bersorak gembira lalu tanpa sengaja dia menoleh ke belakang dan melihat Miki.
"Lo mau main? Sejak tadi menunggu?"
Dia segera menjauh lalu Miki berhenti melihat dia dengan merasa tidak enak dan baru sadar kalau dirinya berdiri di dekat mereka. Miki bertanya dalam hati kapan dirinya berjalan? Sekian lama akhirnya Miki merasa malu.
"Gue sudah selesai. Lo bisa main"
Miki melihat dia.
"Bukan. Gue gak mau main" kata Miki segera.
Dia merasa heran.
"Sepertinya dia masih seumuran gue" pikir Miki.
"Dia...pintar ya?" kata Miki dengan melihat anak kecil itu.
Dia melihat anak kecil dan tersenyum.
"Ya. Tentu saja. Keponakan gue jago dalam hal apapun" kata dia dengan mengacak sebentar rambut anak itu.
Sepasang suami istri datang dan mengajak pulang lalu mereka saling bicara dan perempuan itu memanggil 'Kak' sehingga Miki menebak salah satu pasangan itu adalah Kakaknya.
"Iya. Ayo" kata dia.
Mereka berjalan pergi dan ketika perempuan itu akan pergi Miki segera memanggil.
"Sebentar" kata Miki mencegah.
Dia tidak jadi berjalan dan melihat Miki dengan merasa ingin tahu.
"Siapa nama lo kalau gue boleh tahu?"
Dia merasa heran.
"Selama ini lo memang gak mengenal gue atau gak mau mengenal gue?"
"Maksud lo?"
Dia menghela napas.
"Lupakan saja. Padahal kita satu sekolah tapi lo sedikit pun tidak tahu gue. Lo memang sombong, Miko" kata Novita dengan mengangkat bahu.
Miki berpikir dengan merasa heran.
"Maksud lo?" tanya Miki dengan merasa tidak mengerti.
"Lo..."
Dia berhenti bicara karena ada yang memanggil.
"Novita, ayo. Kenapa masih di sana?"
Miki melihat perempuan yang tadi bersama suaminya memanggil Novita dari jarak yang agak jauh. Novita menoleh ke belakang.
"Ah...ya. Kak, sebentar. Aku akan segera menyusul"
"Ayo cepat"
"Iya. Iya"
Novita melihat Miki.
"Pokoknya begitulah. Lo sombong. Masa gak tahu gue? Maaf. Gue harus segera pulang. Bye" kata Novita dengan berjalan pergi.
Miki semakin berpikir keras.
"Maksudnya apa? Gue sombong? Sebentar. Kalau gak salah dengar tadi dia memanggil gue Miko. Miko? Apa maksudnya Kak Miko?" pikir Miki.
Miki melihat ke depan dan dia sudah menghilang dari pandangannya.
"Cepat sekali dia berjalan" pikir Miki dengan tersenyum heran.
Miki berjalan dengan pelan.
"Novita. Baiklah. Namanya Novita" pikir Miki dengan merasa senang.
Pukul 17.55. Miki sampai di rumah dan berjalan masuk. Seperti biasa suasana sepi kecuali terdengar suara air di dalam dapur tanda pembantu masih kerja. Miki menuju kamar dan masuk lalu duduk dan memikirkan Novita.
"Gimana caranya gue bisa mengenal lebih?" pikir Miki.
Pukul 18.30. Sejak tadi Novita kedatangan dua sahabatnya yaitu Winda dan Silvia.
"Lo yakin, Nov?" tanya Winda dengan merasa heran.
"Yakin. 100%"
"Jadi Miko sudah berubah?" tanya Silvia dengan merasa senang.
"Lo jangan senang dulu. Gue yakin Novita salah. Sejak dulu Miko terkenal sombong dan memang kenyataannya begitu. Gayanya juga sok. Jangan karena pintar dan kaya. Di atas langit masih ada langit. Gue gak butuh cowok seperti dia" kata Winda mencibir.
"...tapi gue baru ingat" kata Novita dengan melihat kedua sahabatnya secara bergantian.
"Apa?" tanya Silvia penasaran.
Winda melihat Novita dengan merasa malas.
"Miko seperti bingung"
"Bukan bingung tapi sok gak kenal lo"
"Gak. Gue yakin tadi...mimik wajahnya bingung dan heran" kata Novita dengan mengangguk yakin.
"Apa benar, Nov?" tanya Silvia pelan.
Novita mengangguk keras.
"...dan tanya maksud gue" lanjut Novita dengan berpikir.
Mereka saling berpikir.
"Mungkin atau gak dia bukan Miko tapi saudara kembarnya? Miko punya dua saudara kembar. Benar atau gak, sih?" tanya Winda menebak.
"Ya. Gue memang pernah dengar Miko punya saudara kembar" kata Novita yakin.
"Lo tahu, bukan?" tanya Winda kepada Silvia.
"Ya. Gue tahu"
"Lo salah tanya sama Silvia. Silvia pasti tahu semuanya tentang Miko" kata Novita dengan tertawa pelan.
Silvia tersipu malu.
"Gak semua"
"Benar. Semuanya" kata Winda dengan melihat Silvia.
"Gak semua. Sungguh. Buktinya gue gak tahu hari ini dia sedang apa?" tanya Silvia dengan menopang pipi kirinya.
"Maksud gue...ah...susah bicara dengan lo" kata Winda dengan mengerucutkan bibirnya.
Novita hanya menggelengkan kepalanya sebentar dan berpikir.
"Mirip sekali dengan Miko. Kalau memang benar tadi saudara kembarnya jadi gue salah sasaran, donk"
"Mirip sekali ya?" tanya Winda.
Novita mengangguk.
"Gue yakin pasti ada yang beda. Gimanapun juga Miko yang keren" kata Silvia tersipu malu.
"Ya itu kata lo" kata Winda mencibir.
Novita hanya tertawa pelan hanya sebentar.
"Kenyataannya lo gak berani mendekati Miko. Lo cuma bisa basa basi dengan Miko. Sok minta diajarkan Fisika, Kimia atau apalah itu" kata Winda mencibir.
"Memang gak semudah itu mendekati Miko dan gue memang gak paham ketiga mata pelajaran itu"
"Lo bisa, Sil"
"Gak bisa"
"Bisa
"Gak bisa"
"Aduh...sudah. Sudah. Kenapa jadi ribut, sih?" kata Novita menengahi.
"Gue jengkel sama Silvia, Nov"
Winda melihat Silvia.
"Lo itu kena santet Miko atau gimana, sih? Dari zaman siswa baru sampai sekarang, dari zaman Miko jomblo sampai pacaran dengan Rani lo cuma bisa melihatnya dari jauh. Sekarang Miko sudah putus dengan Rani lo masih saja gak ada tindakan. Sekalinya bicara cuma basa basi. Apa coba yang lo lihat dari Miko? Sudah sombong, gak ada etika, acuh. Malas gue. Gimana bisa lo suka sama cowok seperti dia?" kata Winda kesal.
"Sudah. Sudah, Win. Kita gak bisa memaksakan Silvia untuk melupakan Miko. Menurut gue Silvia memang harus banyak berpikir kalau mau lebih dekat lagi dengan dia. Seperti yang kita tahu kalau Miko sombong jadi gue sendiri pasti berpikir dua kali untuk mendekati lebih dulu. Miko itu pemilih sekali. Buktinya yang dipacari orang seperti Rani. Rani anak ratu" kata Novita.
"Lo pikir kita beda level dengan Rani? Kita sama dengan Rani, lho. Gue percaya diri saja" kata Winda mencibir.
semangat💪