NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Bab 2

"Saya tidak akan membiarkan anak kamu bebas setelah apa yang dilakukan terhadap putra saya!" Tegas Aksa menatap tajam wanita di depannya.

Ocehan Elen sedari tadi tidak didengarkan oleh pria itu. Mau bagaimana Elen menjelaskan dia tidak peduli, yang terpenting adalah dia tidak akan mengampuni orang yang sudah mencelakai anaknya.

"Sekali ini saja, Tuan. Saya akan mendidik putra saya dengan baik kedepannya, saya mohon cabut kesaksian putra anda. Saya juga akan bertanggung jawab penuh akan biaya pengobatan putra anda." Ucap Elen lembut.

"Kamu pikir saya kekurangan uang sampai tidak sanggup membayar biaya rumah sakit?" Aksa kesal.

"Tidak, bukan seperti itu Tuan." Elen juga tahu pria di hadapannya ini kaya melihat dari penampilan dan barang yang ia kenakan. Bahkan bisa dipastikan lebih kaya dari dirinya.

"Saya tahu anda sangat mampu namun saya juga tetap akan bertanggung jawab penuh akan pengobatan putra anda."

"Tidak perlu. Saya pastikan anak kamu mendekam di penjara!" Putus Aksa hendak melangkah pergi namun ditahan oleh Elen meraih lengan pria itu.

"Saya mohon, putra saya masih kelas X. Masa depannya masih panjang, bisakah anda mempertimbangkannya lagi?" Pintanya memelas. la sudah berjanji di depan makam orang tua kandung Al akan menjaga dan mendidik anak itu dengan baik, Elen tidak bisa mengingkari janji itu. Bagaimanapun caranya Al harus bebas dan tetap melanjutkan sekolahnya.

"Tidak ada negosiasi lagi." Aksa menghempas Elen dan berlalu pergi.

"Gimana, mbak?" Rissa datang menghampiri.

"Nggak mau damai, Ris. Bagaimana dengan saksinya?" Tanya Elen.

"Saksinya tetap ngotot kalau yang nusuk Al, mbak."

"Yasudah, Ris. Kamu pulang dulu aja, mbak mau disini nemenin Al. Besok kita pikirkan lagi gimana caranya."

"Ya, mbak. Kalau begitu Rissa pulang, mbak."

Di dalam mobil, Aksa terdiam mengingat percakapannya dengan Elen. Entah mengapa sejak pertama kali melihat Elen, dia tidak bisa melupakan wajah Elen. Dia seperti tersihir akan wajah cantik Elen. Tapi, dia menyayangkan bagaimana perempuan semuda Elen sudah memiliki anak sebesar Al. Apakah perempuan itu menikahi pria tua demi harta? Jika, bukan mana mungkin seusia Elen sudah memiliki putra sebesar Al?

"Lo yakin mau menjarain anak itu, Sa? Dia masih bocah, Sa. Masa depannya masih panjang?" Tanya Brian.

"Gue nggak akan biarin orang yang udah ngelukain anak gue berkeliaran bebas, Bri. Dia harus terima resikonya karena udah berani nyentuh Arka Walker." Tegas Aksa.

"Bagaimanapun Sa, kita nggak tahu kejadian yang sebenarnya. Bisa aja tuh anak nggak sengaja." Ervan menimpali. Dia merasa kasihan pada Al. Ya, Ervan sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri si Al.

"Betul apa kata Ervan, Sa. Kasihan dia." Brian sependapat.

"Lagian Sa. Lo kayak nggak biasanya. Anak lu sering luka nggak pernah lu jeblosin lawannya ke penjara beneran, padahal waktu itu Arka sampai patah tulang." Bara ingat saat smp Arka pun pernah tawuran sampai patah tulang tapi Aksa masih berbaik hati tidak sampai menjebloskan anak itu ke penjara.

"Beda."

"Apanya yang beda, Sa?"

"Anak itu terlalu nakal. Mamanya cantik tapi anaknya nakal, nggak becus sama sekali." Ucap Aksa keceplosan memuji kecantikan Elen.

"Wait, Lo bilang apa tadi cantik?" Ervan bertanya barangkali indera pendengarannya bermasalah. Sejak kapan Aksa memuji perempuan cantik?

"Ckckck, sayang sekali udah punya suami."

"Mungkin nikah sama duda, Sa. Gue lihat dia masih muda. Nggak mungkin anaknya segitu." Brian menyahut.

"Mungkin juga sengaja menikahi pria tua demi harta," tebak Aksa.

"Lo tertarik, Sa? Pepet aja kalau lo minat." Ervan memancing Aksa. Hal langka seorang Aksa tertarik pada wanita, Ervan harus memanfaatkan hal tersebut untuk memastikan jika sahabatnya masih normal mengingat sejak Arka kecil, Aksa tidak lagi menyukai wanita. Tidak terlibat lagi dengan wanita. Bahkan bara saja ragu apakah burung kecil Aksa masih bisa bediri tegak mengingat selama ini Aksa tidak tergoda dengan wanita seksi manapun.

"Gila, istri orang lo suruh pepet, Van. Lo jangan kasih ide gila ke Aksa." Brian nampak tidak setuju. Keberatan akan ide Ervan.

Namun, Aksa terdiam. Entah apa yang dipikirkan pria itu, yang jelas wajah Elen memang hari ini mengganggu pikirannya.

"Kan, bisa main cantik, Bri. Banyak kok para istri yang mau diajak selingkuh sekarang," Ervan terkekeh, "Apalagi kalau dikasih duit segepok."

"Lu serius suka sama ibu muda itu, Sa?" Telisik Brian. Melihat Aksa yang diam saja Brian langsung menghela napas, sudah dipastikan sahabatnya itu memang tertarik pada istri orang. Jika tidak Aksa pasti akan langsung membantah nya.

"Sekalian aja Lo jadiin ibunya Arka, Sa. Rebut dari suaminya. Kan, kata Lo bisa aja tuh cewek nikah sama pria tua. Berani lah, Sa, Lo adu tampang dan mekanik," Celetuk Ervan lagi dengan ide gilanya.

"Sarap Lo, Van. Istri orang, Sa. Nggak bisa main rebut aja." Brian nampak masih waras otaknya.

"Kenapa nggak?" Tanya Aksa datar,

"Mungkin Arka memang butuh seorang ibu sekarang. Gue lihat dia cukup lumayan."

"Gilaaaaa." Ervan berteriak dengan senyum merekah seolah bahagia sekali, "Istri orang beneran Lo mau embat, Sa?" Mencoba memastikan apa yang didengarnya.

"Sa, gue cariin gadis lain mau kayak apa jangan istri orang juga, Sa. Jangan cari masalah. Bisa jadi suaminya bukan orang sembarangan." Brian memperingatkan.

"Hubungi perempuan itu, Bri. Gue perlu ngobrol soal anaknya." Ucap Aksa tiba-tiba.

Brian memijit pelipisnya yang pening. Sedikit curiga dengan ucapkan Aksa, terlebih ide si Ervan yang gila.

Tanpa kedua sahabatnya sadari, Aksa menarik tipis dua sudut bibirnya ke atas.

***

Pagi harinya Elen ditemani Rissa pergi ke rumah sakit tempat dimana Arka dirawat. Mereka sengaja datang pagi untuk menjenguk Arka.

"Mbak siapa?" Tanya Arka heran melihat dua perempuan muda masuk ke kamar rawat inapnya, Arka bahkan tidak mengenalnya.

"Hallo, Arka ya." Elen mendekat lalu meletakan keranjang buah di nakas. "Saya Elen, mamanya Al. Dan, ini Rissa adiknya tante."

"Mamanya Al?" Arka menaikkan salah satu alisnya. Melihat perempuan di depannya yang ternyata seorang ibu muda.

"Iya, boleh tante duduk disini?" Setelah Arka mengizinkan barulah Elen duduk di bangku sebelah brankar sementara Rissa berdiri di sebelah Elen.

"Arka, tante mewakili Al mau minta maaf sama kamu."

"Maksudnya gimana?" Arka tidak mengerti bahkan tidak mengenal siapa Al.

"Iya, Arka. Tante mau minta maaf sama kamu karena Al udah melukai kamu, sebenarnya tante mau mengajak Al buat minta maaf langsung kesini tapi dia masih dikantor polisi. Luka kamu gimana? Parah nggak? Sakit banget ya?"

"Permisi, waktunya minum obat." Baru saja Elen mau mengatakan banyak hal, suster sudah masuk dan mengusir Elen. Setelahnya Elen tidak bisa masuk lagi karena Arka harus istirahat. Terpaksa Elen pergi dari sana.

Sementara Arka bingung sendiri, dia tidak mengenal Al secara pribadi dan bukan Al yang melukainya lalu kenapa mamanya Al yang datang minta maaf? Heran Arka.

"Iya, Ka. Yang masuk penjara si Al, anak SMA Garuda juga." Jawab salah satu teman Arka. Mereka datang setelah Elen dan Rissa pergi.

"Bukan Siba?" Tanya Arka karena yang melukai dia adalah Siba.

"Bukan, dia adik kelasnya Siba. Denger-denger tu anak mengorbankan diri karena Arman anak beasiswa, kalau terlibat kriminal bisa aja beasiswanya dicabut."

"Emang bodoh tuh anak." imbuh teman Arka yang lain.

"Tapi, kita juga mau minta maaf, Ka. Gara-gara kita lo yang terluka. Padahal lu gak tahu apa-apa. Siba juga asal tuduh tanpa tahu cerita benarnya," Sesal salah satu teman Arka.

"Coba gue lihat yang namanya Al?" Arka abaikan ucapan temannya itu, ia justru tertarik dengan Al.

Teman Arka menyodorkan ponselnya yang memperlihatkan foto Al. Foto itu mereka dapat dari akun sosial medianya si Al.

"Bodoh, dia nggak peduli dikeluarin dari sekolah? Emang keluarganya kaya?" Tanya Arka.

"Lumayan, mama nya punya beberapa toko kue dan kafe." Jawab temen Arka. Yang memang tahu seluk beluk Al karena pernah satu les privat.

"Tetep aja nggak sekaya daddy lo, Ka. Masih susah kalau mau cari sekolah lain. Kalau dikeluarkan."

"Cih, bocah goblok."

Dan, yang dibicarakan malah asik ngobrol dengan pak polisi. Tidak hanya mengobrol tapi menikmati kopi panas hitam.

"Kamu kok tenang-tenang aja Al, udah siap kalau bakalan tinggal lama di penjara?" Tanya pak polisi.

"Ya, saya mah ikut takdir aja, pak. Tapi, mama pasti cari cara buat bebasin saya sih, pak." Yah, meskipun nggak begitu yakin tapi Al masih positif thinking. Dan, dia sangat mempercayai mama mudanya.

***

Sore harinya Elen pergi menemui Aksa. Tadi, ia mendapatkan pesan dari pengacara Aksa jika Aksa ingin bertemu dan mendiskusikan masalah Al. Karena menyangkut Al, Elen langsung semangat menuju lokasi. Dia berpikir mungkin saja orang tua Arka berubah pikiran.

"Silahkan masuk, Non. Tuan Aksa sudah menunggu di dalam." Ucap seorang pelayan yang membukakan pintu untuk Elen.

Elen sama sekali tidak berpikiran aneh-aneh meskipun Aksa mengajak bertemu di apartemennya. Sebab pengacara Aksa mengatakan dia juga akan berada disana nanti tapi nyatanya hanya ada Elen dan Aksa disana. Bahkan pelayan yang tadi membukakan pintu itu keluar.

"Silahkan duduk!" Ucap Aksa datar lalu duduk di sofa yang berada di hadapan Elen. Hal yang sama dilakukan oleh Elen. Dia juga langsung duduk di sofa yang ditunjuk oleh Aksa.

"Langsung saja, saya tidak akan basa-basi, saya bisa membebaskan putra kamu dan mencabut kesaksian putra saya maupun temannya juga membuat putra kamu terbebas dari catatan kriminal tapi ada syaratnya.."

Elen nampak tenang mendengarkan.

"Apa syaratnya, Tuan?" Tanya Elen menatap Aksa serius.

"Kamu jadi partnert s*ks saya. Kita bisa bertemu dua minggu sekali, saya tidak masalah dengan status kamu yang istri orang. Kita bisa menjalankannya dengan aman. Kamu bisa mempercayai saya, saya akan mengatur semuanya dengan aman." Ucap Aksa dengan entengnya plus seringaian tipis, "Oh tentu tidak ada yang Gratis. Selama menjadi partner s*ks saya, kamu akan mendapatkan apapun yang kamu mau. Saya akan menuruti semua keinginan kamu dan mengurus segala hal mengenai kenakalan putra kamu. Tentu dengan cara aman, yang tidak menimbulkan kecurigaan dari suami kamu. Anggap saja kamu jadi simpanan saya, bagaimana?" Imbuh pria itu. Sebelum bertemu Elen, Aksa sudah memikirkan apa yang akan dia lakukan kepada perempuan yang sudah membuat dia tersihir sejak pertemuan pertama mereka. Sampai Aksa terpikirkan ide gila itu, yah partner ranjang. Sangat gila. Sangat tidak patut ditiru tingkah Aksa itu.

Elen melongo tapi sedetik kemudian membelalak, "Tuan, apa anda tahu, anda baru saja melakukan pelecehan pada Saya? Pelecehan verbal, tau kan?" Tanya Elen mencoba untuk tenang.

"Tidak. Saya tidak melecehkan, saya hanya menawarkan kesepakatan sama kamu."

Kesepakatan? Menjadi simpanan? Menjadi partner ranjang itu kesepakatan? Wah tidak waras nih orang. Elen tidak bisa dilecehkan begini. Dia tidak terima, sakit hati banget rasanya. Harus banget Elen jambak nih orang di depannya, tapi rambutnya kurang memuaskan untuk dijambak. Atau tendang burung kecilnya kali ya? Pikiran Elen menggebu ingin mengatai pria itu tapi sebisa mungkin mencoba sabar. Masalah Al belum beres.

"Sepertinya kita tidak bisa berbicara hari ini, Tuan. Mungkin anda sedang tidak sehat, saya akan menemui anda lain waktu untuk membahas masalah putra saya, saya permisi." Elen beranjak berdiri dan melangkah pergi.

"Mau kemana kamu?" Cekal Aksa pada pergelangan tangan Elen menghentikan langkah kaki perempuan itu.

"Kamu menolak kesepakatan yang saya tawarkan? Menolak menjadi simpanan saya?"

"Jelas saya menolak. Saya masih waras, sementara kesepakatan anda begitu nggak masuk akal di otak waras saya. Bagaimana mungkin saya tidak menolak?!" Tegas Elen menghempas tangan Aksa.

"Siapa kamu berani menolak kesepakatan yang saya tawarkan?" Aksa kembali menahan tangan Elen.

"Kenapa tidak? Siapa anda dengan berani menawarkan kesepakatan menjijikkan itu kepada saya? Saya pikir anda pria yang bisa menghargai wanita tapi sepertinya first impression saya terhadap anda terlalu tinggi." Cibir Elen sudah emosi dia nggak bisa terima. Pria itu melukai harga diri dan perasannya. Apa pria itu menganggap Elen perempuan gampangan? Apa karena Elen yang seorang janda sampai pria itu bisa semena-mena padanya? Padahal kenyataannya Aksa tidak tahu Elen janda.

Sementara Aksa, dia menatap Elen dengan senyuman menakutkan dan licik.

"Kamu cukup menarik, Elen. Saya suka perempuan seperti kamu. Atau kamu mau jadi istri saya saja jika tidak mau jadi simpanan saya?" Aksa menarik tangan Elen membawa perempuan itu terpojok pada dinding dan mengunci tubuhnya. Salah satu tangan Aksa mengunci kedua tangan Elen dan meletakkan diatas kepala perempuan itu. Sedangkan tangan yang lain menahan pinggang Elen.

"Lepas, anda tidak ada hak berbuat seperti ini terhadap saya, tuan." Pekik Elen berusaha melepaskan diri dari Aksa namun gagal.

"Kamu tidak akan rugi dengan kesepakatan yang saya tawarkan, Elen." Ucap Aksa tenang.

"Saya tidak mau, Tuan." Tolak Elen tegas, " Silahkan cari perempuan lain. Saya sudah memiliki anak. Anda pasti tidak kekurangan perempuan 'kan?" Bujuk Elen. Dia yang tadinya emosi mencoba menahan diri membujuk pria di depannya ini.

"Tapi saya mau kamu yang jadi simpanan saya, partner ranjang saya, ah, perempuan yang sudah menikah pasti lebih berpengalaman." Ujar Aksa asal. Dengan seringaian tipisnya. Manik matanya menatap lekat kedua netra Elen. Indah. Satu kata itu terlintas dibenak Aksa. Manik mata perempuan di depannya ini begitu indah dan menghipnotis, Aksa menyukainya.

Oh, apa Aksa baru saja jatuh cinta tanpa sadar pada mamanya Al? Entahlah. Dia benar-bener tersihir oleh Elen.

Lama mereka dengan posisi seperti itu. Saling menatap dalam hening dengan pikiran masing-masing. Sampai Aksa mengambil langkah lain

Aksa menggendong Elen secara paksa, membawa Elen ke kamar.

Brukk!!

Aksa mendorong tubuh Elen ke rajang dan ia langsung naik ke atas ranjang hendak mengungkung Elen.

Plakk!!

"Anda pria brengsek!" teriak Elen tak terima diperlakukan seperti itu.

"Berani kamu menampar saya?" Aksa murka, dia mengungkung tubuh Elen mengunci kedua kaki Elen yang diapit dengan kakinya lalu menahan kedua tangan Elen dan meletakkannya di atas kepala Elen hingga perempuan itu sama sekali nggak bisa berkutik.

Lalu, Aksa dengan kasar mencium bibir Elen. Menggigit kecil bibir bawah Elen agar Elen mau membuka mulutnya dan setelahnya Aksa dengan brutal mengeksplor setiap rongga mulut Elen. Dia tidak menghiraukan air mata yang sudah merembes di pipi Elen.

Empptth.

Elen hampir saja kehabisan napas jika saja Aksa tidak melepaskan ciuman mereka. Sejenak Aksa menghentikan aktivitasnya dan menatap perempuan yang menangis di bawahnya.

"Sebenarnya apa salah saya sama anda, kenapa anda memperlakukan saya seperti ini?" Tanya Elen dengan tangisnya.

"Saya mau kamu jadi partner ranjang saya, apa kurang jelas?" Jawab Aksa datar membungkuk dan meletakkan bibirnya di sekitar leher Elen mengecap menyesap kulit mulus area leher jenjang Elen.

Elen tidak bisa berontak, dia sungguh kalah akan kekuatan tubuh Aksa yang lebih besar dibandingkan dirinya. Dan, pria itu seolah tuli. Segala teriakan makian Elen yang memintanya berhenti dari aktivitasnya ia abaikan. Sampai Elen kelelahan berteriak dan pasrah dengan perlakuan Aksa apalagi dia juga sudah terbakar gairah akan perlakuan Aksa.

"Tolong jangan lakukan itu!" Mohon Elen memelas. Aksa sudah menjamah seluruh bagian atas tubuhnya dan mungkin saja meninggalkan beberapa bekas disana. Elen sudah merasa jijik akan tubuhnya sendiri, dia hanya memiliki mahkotanya sebagai bagian terakhir tubuhnya yang bisa dipertahankan dari jamahan Aksa. Ia berharap Aksa mau berbelas kasihan padanya namun tidak.

"Kamu hanya perlu menikmatinya, mendesahlah seperti yang baru saja kamu lakukan." Smirk Aksa sambil memberikan gigitan kecil pada ujung salah satu aset kembarnya.

"Arghh." Pekik Elen sedikit menjerit sambil menjambak rambut kepala Aksa saat sesuatu yang besar dan tajam menghujam intinya.

"Shit." Aksa menghentikan aktivitasnya, " Kamu masih perawan?" Tanya pria itu menatap intens manik mata yang tengah mengeluarkan cairan kristal bening dan menatapnya. Elen rasa tidak ada gunanya dia menjawab. Toh dia juga sudah sepenuhnya kotor, dia memalingkan wajahnya enggan menatap Aksa.

Sekalipun terkejut namun Aksa tidak bisa menghentikan aktivitasnya, dia sudah tanggung.

"Aku akan pelan." Ucap Aksa lembut sambil mengecup pipi Elen lalu melanjutkan gerakannya dengan tempo yang pelan dan semakin lama semakin cepat.

Aksa terbangun setelah tertidur satu jam, ia melirik Elen yang masih tidur di sebelahnya dengan tatapan penuh tanya. Lalu meraih ponsel di nakas untuk menghubungi seseorang.

"Bri, suruh Ervan membebaskan anak itu, dan Lo urus anak yang bisa menjadi saksi!"

"Oke, Sa."

Setelah menghubungi Brian, Aksa membawa Elen yang masih terlelap dalam pelukannya. Banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Elen tapi dia akan mencari tahu sendiri nanti.

1
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
Killspree
Tidak bisa berhenti
Hillary Silva
Alur yang menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!