Bagaimana jadinya jika siswi teladan dan sangat berprestasi di sekolah ternyata seorang pembunuh bayaran?
Dia rela menjadi seorang pembunuh bayaran demi mengungkap siapa pelaku dibalik kematian kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siastra Adalyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Perjalanan Baru
2 tahun kemudian...
Waktu menunjukkan pukul 1 dini hari, di kegelapan malam yang sunyi, gadis itu harus memulai kembali pekerjaanya.Ia beranjak dari gang sempit yang sedari tadi menjadi tempat persembunyian, gadis itu mengenakan jaket dan topi, lalu menarik risleting dan memasang tudung di kepala, ia juga mengenakan masker hitam hingga hanya matanya yang terlihat.
Di hadapannya sudah berdiri kokoh rumah besar dan mewah dengan 4 lantai. Ia mengeluarkan sebuah foto dari saku jaketnya dan menatap foto tersebut selama 1 menit kemudian tersenyum.
"Hm...hakim yang menerima suap ya" Katanya sambil berjalan ke arah pagar belakang rumah.
Gadis itu menyusup melalui pintu belakang, ia langsung berjalan menaiki tangga menuju lantai 3. Berdasarkan informasi dari kliennya, hakim itu selalu ada di ruang kerjanya sampai pukul 2 dini hari. Dan sesuai ucapannya juga, kalau hari ini kebetulan penjaga keamanan di rumah itu hanya ada 2 orang karena yang lain sedang cuti.
Tak...tak...tak...krieett...
Suara langkah kaki dan pintu ruang kerja yang dibuka secara perlahan olehnya.
Pria itu terkejut saat melihat kedatangan gadis itu. "Siapa kamu?! Kenapa kamu ada disini?!'
"Haha, aku tidak akan memberitahukan identitasku pada orang yang akan segera mati" gadis itu menyunggingkan senyuman dibalik masker yang dikenakannya.
"AAKHH TOLONGG!!" Pria itu berteriak dengan keras meminta tolong pada petugas keamanan yang ada di rumahnya.
Dengan satu gerakan mulus, gadis itu langsung mengayunkan pisau jagdkommando dari saku jaketnya, lalu menusuk leher pria tersebut. Dia cepat, pria itu bahkan tak sempat bereaksi. Darah mulai bercucuran keluar dari leher nya setelah gadis itu mencabut pisau jagkommandonya. Setelah 5 menit melihat pria tersebut kesakitan dan sekarat, gadis itu menusukkan kembali pisaunya ke jantung pria itu yang membuatnya langsung lemas tak berdaya. Ya, hakim itu sudah mati.
.
.
.
.
.
Di pagi hari, saat Agacia berangkat sekolah dengan berjalan kaki tiba-tiba terdengar ada suara orang yang memanggil namanya.
"Hei Agacia!" Panggil seorang anak perempuan.
Agacia berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya itu.
"Wah, kamu benar-benar mengubah penampilanmu ya. Kamu merapikan rambutmu dan mengecatnya jadi warna biru, cocok banget ternyata. Aku kira bakal kaya jamet hahaha, pasti nanti kamu bakal mencuri perhatian orang-orang" Canda gadis itu.
Pada awalnya rambut Agacia berwarna hitam seperti yang lainnya, namun ada beberapa alasan yang membuat Agacia mengubah penampilannya dan mengecat rambutnya yang semula berwarna hitam menjadi biru dengan gradasi silver.
" Ya, untunglah di JIS boleh mewarnai rambut" Jawab Agacia sambil merapikan rambutnya.
Hellen adalah sahabat Agacia sejak SMP, gadis dengan rambut pendek sebahu, tinggi sekitar 165cm, anak tunggal dari keluarga kaya pemilik tambang batu bara yang hartanya gak akan habis 7 turunan sekalipun. Cukup pintar, ceria, populer waktu di SMP nya, narsis dan ekstrovert akut.
"Itu sangat cocok untukmu, cantik" Jawab Hellen sambil tersenyum dan menepuk punggung sahabatnya itu.
"Duh..aku deg-degan banget tau, karena kita kali ini gak akan sekelas lagi karena beda jurusan. Nanti aku bakal bisa akrab sama yang lain atau gak ya? Haahh...aku selalu mikirin itu tiap malam tau" Ucap Agacia dengan raut wajah yang terlihat cukup cemas.
"Tenang, pasti berjalan lancar kok, kamu kan anak baik, pintar, cantik pula. Mana mungkin ada orang yang gak mau berteman sama kamu, yang ada mereka berebutan buat kenalan sama kamu" Jawab Hellen yang menghibur Agacia.
"Bisa gak sih gak usah bawa bawa kata "cantik" di setiap obrolan kamu ke aku" Tanya Agacia sambil menyipitkan mata dengan sinis.
"Hehe, abisnya seru kalo ngegodain kamu kaya gitu" Jawab Hellen sambil tersenyum kecil.
"Oh iya, btw ujian masuk sekolah waktu itu gimana menurut kamu? Ternyata gak terlalu sulit ya, aku kira sekelas JIS (Jardin International School) bakal susah banget" Agacia bertanya ke Hellen yang ada di sebelahnya.
JIS atau Jardin International School merupakan sekolah kejuruan internasional terbaik di negara ini, baik dari dari segi pendidikan, prestasi, olahraga maupun seni. Tak heran kalau siswa-siswi nya memiliki kualifikasi akademik yang diakui secara internasional.
"APA?! GAK TERLALU SULIT?!" Ucap Hellen syok.
"Aku bisa lolos ujian masuk jurusan tata boga aja udah beruntung banget huhuu..." Jawab Hellen terharu, karena jurusan yang ia minati adalah arsitektur.
"O-oh..gitu ya hehe, selamat kalau begitu" Ucap Agacia memberi selamat.
"Aku tau kalo kamu emang pintar, tapi aku juga jadi penasaran sepintar apa kamu ini sampe bisa bilang ujian masuk JIS gak susah, apalagi jurusan kamu itu peluang lolosnya kan kecil" Ucap Hellen yang mendekatkan wajah nya ke Agacia.
"Aku juga gak tau" Jawab Agacia sambil tersenyum dan mendorong wajah Hellen menjauh.
Setelah beberapa lama berjalan akhirnya mereka berdua sampai di depan gerbang Jardin International School, terlihat banyak siswa-siswi peserta didik baru yang berlalu lalang.
Dari gerbang sudah terlihat halaman sekolah yang sangat luas dan bersih.
"Agacia, tolong cubit aku" Pintanya.
"Aw!" Teriak Hellen saat Agacia mencubit pipinya.
"Katanya minta di cubit, gimana sih" Jawab Agacia.
"Ya jangan sekencang itu juga dong, sakit tau" Jawab Hellen sambil mengusap pipinya yang dicubit oleh sahabatnya itu.
"Omg, aku gak mimpi kan bisa sekolah disini" Ucap Hellen yang pandangan matanya terkunci pada bangunan Jardin International School yang megah itu.
"Kalau kamu gak lolos ujian tulis nya kan kamu bisa langsung bayar pake uang" Celetuk Agacia sambil tersenyum tipis.
"Iiih...rasanya beda tau, aku jadi merasakan betapa kerasnya perjuangan ku ini" Jawab Hellen dramatis.
"Udah udah, ayo buruan kita masuk" Ajak Agacia.
Mereka berdua mulai berjalan melewati gerbang dan berjalan masuk ke aula. Di dalam aula para siswa disuruh untuk berkumpul sesuai jurusannya masing-masing. Karena Agacia dan Hellen berbeda jurusan jadi terpaksa mereka harus berpisah.
Agacia melihat para siswa baru berkumpul dan saling berkenalan, ia juga mulai menatap sekeliling dan menengok ke kanan kiri untuk mengajak kenalan beberapa orang.
.
.
.
Bersambung...
Panjangin lah thorr/Whimper/