Merubah kisa lama setelah penglihatan nya di dalam mimpi.
Perselingkuhan tunangannya dengan kaka iparnya membuat kaka laki - lakinya terpukul.
Kaka laki - lakinya menjadi pendiam dan dingin.
Gracia Randolph sangat sedih melihat kaka laki - lakinya menjadi seperti itu, tanpa dia sadari bahwa dia juga adalah korban.
kebenciannya terhadap mantan tunangnnya dan mantan kaka iparnya membuat dia ingin membalas dendam atas apa yang mereka lakukan terhadap kaka laki - lakinya.
Dia seorang putri Jendral dari Keluarga Randolph harus membersihkan orang - orang yang mengotori nama keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 2
Dia tidak bisa berkata apa - apa, bunga yang ada di tangannya langsung terjatuh.
Dia terperanjat melihat istrinya tanpa sehelai benangpun duduk di atas tubuh seorang lelaki yang tak lain tunangan adiknya.
Emosinya meluap, orang yang ada di atas tempat tidur gelagapan.
"Reinhard, kapan kamu datang sayang.." ucapnya terbata - bata sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
Tanpa menjawab, Reinhard langsung menuju ketempat lelaki yang berusaha memakai celana dalamnya dan :
BUKK..
Satu pukulan langsung mendarat ke wajahnya.
BUKK..
Pukulan lain ke perutnya dan kembali kewajahnya.
"Tenang sayang, tenang sayang, cukup. Dia Duke Andreas."
Tanpa mendengar ucapan istrinya dia tetap menghajar sang Duke sampai babak belur. Setelah dia kelelahan baru dia berhenti.
Kemudian menghampiri istrinya yang berdiri gemetaran.
"Sayang, jangan salah sangka, tidak seperti yang kamu lihat."
Lelaki itu semakin emosi,
"Tidak seperti yang terlihat? Kamu dengan tawa bahagia di atas perutnya mengatakan tidak seperti yang terlihat?!"
PLAK..!
Sebuah tamparan mendarat di pipi mulusnya.
"Tunggu surat cerai dariku, jalang!" ucapnya dengan emosi dan berlalu.
Dia sebenarnya tidak pernah berniat untuk menampar istrinya itu, tapi mendengar perkataan pembelaan yang dia lontarkan, membuat Reinhard tidak bisa mengendalikan tangannya.
'Cukup sekali ini aku memukul wanita' ucapnya dalam hati.
Dengan wajah lesu dia menaiki kudanya dan pulang ke kediaman sang Jendral. Ketika Ayah dan adiknya melihat keadaanya yang berantakan langsung menghampiri.
"Kakak, kenapa tanganmu berdarah? Kemana kaka ipar?"
"Reinhard apa yang terjadi? Siapa yang kau pukuli? Jangan katakan bahwa itu Meriam."
"Andreas.."
"Andreas? Kenapa dengan tunangan saya kak?"
"Kamu harus membatalkan pertunanganmu dengannya."
"Reinhard!"
"Kenapa kak?"
"Dia berselingkuh dengan kaka iparmu."
"Hah?!" mereka berdua sama - sama terkejut.
"Bagaimana itu terjadi?" ucap Gracia
"Mereka sedang berhubungan intim saat aku temukan di dalam kamar meriam."
Gracia langsung terduduk seakan tak percaya. Ayahnya memijat kepalanya sendiri mendengar peristiwa itu.
"Saya juga akan bercerai, besok saya ke istana menemui kaisar, sekalian membatalkan pertunanganmu. Apakah kau setuju?" dia menatap Gracia yang terduduk di lantai dengan wajah sembabnya.
Gracia hanya mengangguk pelan. Kemudian ayahnya menyuruh pelayan Gracia untuk membawa Gracia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Semua yang ada di dalam ruangan itu ikut merasa sedih. Baik asisten dan para prajurit, mereka tak menyangka Jendral Muda yang gagah berani di medan perang bisa mengalami kemalangan yang seperti ini.
Diam-diam mereka pergi ke barak tempat prajurit tentara tinggal. Rencana awal mereka akan minum - minum untuk merayakan kepulangan dan kemenangan. Tapi akhirnya mereka urungkan, karena melihat kondisi Jendral muda mereka yang tak bergairah.
Gracia juga dengan gontai di papah pelayannya ke kamar. Dengan pandangan kosong dia di baringkan di kasur, di bantu oleh pelayan pribadinya itu.
"Nona, istirahat ya, besok pagi akan baik-baik saja." Ucap pelayannya sambil menyelimuti dirinya yang diam, tapi tetap meneteskan air mata.
Pelayan tersebut menutup gorden setiap jendela, yang ada di kamar putri jendral itu. Kemudian mematikan lilin yang tadi menyala.
"Jika anda hendak minum, saya telah menyediakan air minum di meja."
Ucap pelayannya sebelum dia menutup pintu dan keluar. Gracia tidak menjawab, hanya air mata yang terus menetes.
'kenapa aku menangis?'
Dia memikirkan kenapa dia menangis seperti orang linglung. Tadi sore dia hanya melihat kesedihan kakaknya dan putus pertunangan, hanya itu yang selalu terngiang di kepalanya.