NovelToon NovelToon
Feathers

Feathers

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Beda Dunia / Iblis / Dunia Lain
Popularitas:813
Nilai: 5
Nama Author: Mochapeppermint

Mereka bilang aku adalah benih malaikat. Asalkan benih di dalam tubuhku masih utuh, aku akan menjadi malaikat pelindung suatu hari nanti, setelah aku mati. Tapi yang tidak aku tahu adalah bahaya mengancam dari sisi manapun. Baik dunia bawah dan dunia atas sama-sama ingin membunuhku. Mempertahankan benih itu semakin lama membuatku mempertanyakan hati nuraniku.

Bisakah aku tetap mempertahankan benih itu? Atau aku akan membiarkan dia mengkontaminasiku, asal aku bisa menyentuhnya?

Peringatan Penting: Novel ini bisa disebut novel romansa gelap. Harap bijak dalam membaca.
Seluruh cerita di dalam novel ini hanya fiksi, sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mochapeppermint, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 The Fallen

Saat kedua siluet itu menghilang aku bisa mendengar nafas tertahan dari para teman-temanku kembali terhembus lega, tidak aku pungkiri, aku pun juga menghembuskan nafas lega. Bukannya kami membutuhkan oksigen seperti manusia, hanya saja itu sebagai kontrol pada diri kami sendiri yang seharusnya bisa dibilang mustahil.

“Kamu tahu kan betapa berharganya gadis tadi?” Aku tahu Kruz akan berkata hal yang sudah jelas kami semua ketahui. “Apa kalian nggak lihat seutuh apa benihnya?”

“Kita nggak buta, Kruz.” Sahut Astar seraya menyulut rokoknya yang entah keberapa kalinya.

“Nah, sudah berapa lama kita nggak lihat benih seutuh itu?” Ujar Kruz lebih bersemangat. “Dua puluh? Tiga puluh?”

“Enam belas tahun, Kruz. Nggak perlu melebih-lebihkan.” Tukas Deynara. Dari sudut penglihatanku aku bisa melihatnya sengaja menaikkan keliman gaunnya sebelum duduk kembali di meja di hadapanku. Aku menaikkan tanganku hendak menyingkirkannya dari depanku, namun wanita itu malah mencengkram tanganku dan meletakkannya dengan lembut di pahanya yang terbuka.

Kruz membuka lebar mulutnya, menampakkan gigi-giginya yang berlapis emas dan tertawa. “Ha!” Serunya seraya menepuk tangannya keras-keras. “Sudah lama sekali kan? Gadis itu pasti lebih dari cukup untuk menyegarkan tenggorokan kita yang sudah lama kering.”

“Yeah, pasti terasa sangat enak.” Ujar Kaliyah sambil lalu dan merayap naik kepangkuan Sa’el yang dengan senang hati mencumbu leher gadis itu.

“Pasti sangat mudah memburu gadis itu.” Suara nyaring belati yang terasah mengiringi ucapan Ozzeus yang terdengar sangat bersemangat seraya mengasah senjata kesayangannya.

Di antara kami semua, Ozzeus lah yang memiliki naluri melacak sangat baik. Kesenangannya hanyalah melacak sesuatu. Terkadang dia menghabiskan waktunya dengan mengamati seseorang di klub, lalu mulai melacaknya berbulan-bulan kemudian tanpa bantuan siapapun atau apapun yang manusia sebut sebagai teknologi. Hanya dengan ingatan akan bau manusia itu dan hebatnya tak ada satu pun yang lolos dari Ozzeus, dia pasti akan mendapatkan buruannya.

“Kapan kita mulai perburuannya? Malam ini?” Tanya Kruz semakin bersemangat menggosok-gosokan kedua tangannya.

Terdengar erangan tertahan dari Deyna dan saat kusadari kuku-kukuku sudah menancap di pahanya. “Aku tahu kamu juga nggak sabar, Raz.” Jemari lentiknya seolah merayap seperti ular di wajahku dan menyusup ke rambutku.

“Bukan malam ini.” Ucapku seraya menepis tangan Deyna dariku dan berdiri.

“Apa?” Bisa dibilang Kruz melompat ke arahku. “Kita nggak bisa mengabaikan kesempatan ini! Benih itu bisa rusak kapan saja! Atau malah kita bisa kehilangannya!”

Kruz benar. Kalau benih itu rusak setitik saja, benih itu tidak akan cukup memuaskan nafsu kami yang sudah lama terkubur. Benih itu berharga untuk kami para malaikat jatuh karena benih itu adalah benih malaikat. Memakan benih itu membuat kami merasakan kembali kejayaan kekuatan kami seperti dulu sebelum kami terjatuh. Walau tidak untuk jangka panjang, namun esensi benih itu lebih dari cukup memuaskan dahaga kami yang selalu ada berabad-abad lamanya.

Sebenarnya kalau kami mengambil benih dari gadis itu, dia akan terbebas dari pekerjaan malaikat yang merepotkan, seperti kami dulu. Tapi sayangnya gadis itu akan mati saat kami menarik benih malaikat darinya. Namun jiwanya akan tetap kemanapun Tuhan membawanya, karena tidak ada yang memusnahkan jiwa selain Dia. Hanya saja gadis itu tidak akan menjadi malaikat seperti yang sudah di takdirkannya. Gadis itu seharusnya bersyukur pada kami kalau kami merenggut benih itu.

“Besok malam.” Ucapku seraya berjalan keluar dari bilik ini. Aku mendengar erangan frustasi dari Kruz, namun aku mengabaikannya.

Kedua mataku menyapu lantai dansa yang ada di bawah. Kemungkinan gadis itu masih ada disini. Kami yang terjatuh bisa melacak apa saja sejauh apapun, yah, walau tidak sehebat Ozzeus. Tapi entah itu manusia atau iblis kami bisa melacak mereka, namun kami tidak bisa melacak benih atau para malaikat. Biasanya para iblis lah yang bisa melacak benih, karena bagi mereka benih itu seperti suar di dalam kegelapan. Tapi mereka yang terkutuk tidak menginginkan benih seperti kami menginginkannya. Mereka lebih suka merusak benih itu hingga tidak utuh lagi, hanya untuk mengejek kami.

Jangan kira yang terjatuh dan yang terkutuk bersekutu di dunia ini. Kami dulu memerangi mereka, dan kini kami terbuang di daerah teritori mereka, tentu saja tidak ada keakraban di antara kami dan mereka.

Sebenarnya banyak benih yang tersebar di dunia ini, namun karena ulah iblis, benih-benih itu tidak lagi utuh. Mereka masih tetap hidup, namun nyala benih itu meredup atau bahkan ada yang sudah padam dan mereka sudah tidak terlalu menarik lagi bagi kami. Si terkutuk tidak bisa mengambil benih itu seperti kami bisa mengambilnya dari tubuh fana manusia, jadi mereka hanya senang mengkorupsinya saja.

Seperti kata Deyna, terakhir kali kami memburu benih yang utuh sekitar enam belas tahun lalu. Saat itu kami ada di Singapura, dan sekitar lima tahun lalu kami baru pindah ke Indonesia. Kami terus berpindah dari satu negara ke negara yang lain, dari satu kota ke kota yang lain untuk mencari mangsa.

Seiring berjalannya waktu benih yang utuh tidak lagi banyak. Para iblis kini semakin menggiatkan pekerjaannya. Memang harus kuakui, mereka itu maniak kerja. Namun bukan hanya para terkutuklah yang membuat kami harus bergerak cepat, tapi sesama kami. Para kelompok terbuang yang lain. Ada banyak malaikat terbuang di dunia ini dan kami berjumlah jutaan. Namun ada yang yang menetap di neraka, ada juga yang berkeliaran di dunia ini.

Seperti manusia, kami yang ada di dunia membentuk kelompok-kelompok yang tersebar di seluruh dunia ini. Bisa di bilang kelompokku termasuk kelompok yang terkecil, hanya tujuh. Biasanya setiap kelompok memiliki puluhan hingga ratusan malaikat terbuang. Karena itu, bagi kelompok-kelompok besar, kelompok ku ini bukanlah ancaman besar. Sebaliknya, mereka adalah ancaman cukup besar untuk kami.

Untungnya kami masih bisa melacak satu sama lain, dan menurut informasi dari Ozzeus, kelompok terdekat yang lain, kebetulan berada agak jauh dari sini. Mereka sedang berburu di Indonesia Timur, sedangkan kami ada di pusat negara ini, Jakarta.

Kruz sempat uring-uringan mengetahui kelompok lain berburu di daerah kami, apalagi kami sendiri sudah lama tidak berburu. Mereka kelompok dari Australia, tidak begitu jauh dari Indonesia, jadi mungkin karema itulah mereka datang. Tapi seperti yang aku bilang tadi, kami tidak ingin membawa ancaman pada kelompok kecil kami, jadi kami hanya bisa membiarkan mereka. Selain itu karena kami tidak bisa melacak benih dengan mudah, mereka pasti kebetulan mendengar keberadaan benih itu.

Jadi sebenarnya aku sangat memahami kenapa Kruz begitu ingin berburu secepatnya. Keberadaan kelompok lain itu bisa cukup merepotkan. Aku hanya berharap tidak ada kekacauan dalam perburuan kali ini.

Saat itu di Singapura terjadi kekacauan cukup parah. Informasi tentang benih tersebar di antara kelompok-kelompok terjatuh dan itu akibat para terkutuk sialan itu! Selain merusak benih, mereka juga suka melihat kami para terjatuh terpecah belah, melawan satu sama lain. Dan itu yang sangat ingin kuhindari kali ini.

Harum tubuh Mikaela sampai pada ke penciumanku. Saat aku menoleh ke arahnya yang sedang duduk di bar bersama seorang laki-laki, aku tidak melihat benih itu bersamanya.

Sebenarnya aku tidak sedang mengikuti benih itu. Yang tadi aku katakan pada Kruz memang benar, aku memang tidak ingin ada perburuan hari ini. Melihat benih utuh tidak membangkitkan keinginanku akan benih seperti sebelumnya, malahan mengingatkanku tentang apa yang terjadi di Singapura. Jadi aku hanya ingin keluar dari tempat ini atau lebih tepatnya, aku ingin keluar dari neraka ini. Aku sangat lelah dengan semua ini. Memang benar, penyesalan selalu datang terlambat.

Langkahku terhenti.

Disana. Benih itu ada disana.

Gadis itu berada di ujung lorong sepi yang mengarah ke tempat lain dan dia tampak sedang mengobrol dengan seorang pria paruh baya. Aku tidak bisa melihat wajah gadis itu karena gadis itu membelakangiku, sedangkan pria paruh baya itu sedang berbicara dan tertawa.

Sial!

Hanya beberapa menit saja benih itu sudah mulai terkontaminasi.

Di sini suara musik sudah tidak terlalu menggelegar hingga cukup membuat keletak sepatuku terdengar cukup nyaring. Namun itu saja tidak cukup memisahkan kedua manusia itu hingga aku sampai di belakang gadis itu dan menarik bahunya.

Suara kisapannya cukup lantang. Saat gadis itu berbalik dan melihatku, kedua matanya membulat saat melihat akulah yang menariknya. Akhirnya aku bisa melihat wajahnya dengan jelas di bawah sinar lampu yang lebih terang. Namun bukan kelembutan wajahnya yang membuatku tertegun, tetapi rasa tubuhnya yang berada di bawah telapak tanganku. Walaupun ada sehelai kain yang memisahkan antara tanganku dan kulitnya, aku bisa merasakan denyut hangat dari benih itu terasa merembes dari telapak tanganku dan mengalir ke seluruh tubuhku. Rasanya kehangatan mulai bersemayam di dadaku. Hangat dan nyaman.

Aku hampir kehilangan akal kalau tidak kembali menyadari ada dua manusia yang sedang menatapku keheranan. Rasa muak di dalam dadaku kembali berkobar.

“Apa yang kamu lakukan!” Itu bukan pertanyaan. Selantang ucapanku yang menggema, itu adalah tuduhan.

Mulut gadis itu terbuka dan tertutup, namun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dia hanya terpaku di tempat, dan kedua matanya berkilat kebingungan dan ketakutan. Pria yang berada di belakang gadis itu berdeham. “Mmm… Lain kali kita bicara lagi.” Sayangnya pria itulah yang sanggup menyadarkan gadis itu, bukan aku, dan untuk itulah aku ingin membungkam pria itu selamanya. Namun saat aku melihat pria itu ketulusan lah yang terpancar dari kedua matanya, bukan tatapan yang aku curigai sebelumnya.

Masih di dalam cengkramanku, gadis itu berusaha menghadap pada pria itu, namun aku tidak membiarkannya bergerak lebih jauh. “Tapi pembicaraan kita belum selesai.” Ujarnya terdengar kecewa.

“Sudah selesai sekarang.” Jawabku. Tanpa menunggu apapun, aku menarik gadis itu bersamaku.

“Aw! Sakit!” Gadis itu berusaha menyingkir dariku, namun cengkramanku pada bahunya tidak mengendur sedikit pun.

Aku bisa merasakan hangat nafasnya saat gadis itu melihat cengkramanku di bahunya. Jemarinya yang dingin mengusap tanganku dengan lembut sebelum mulai menarik jari kelingkingku ke arah berlawanan. Rasa sakit mulai terasa, namun sebuah senyum terulas di bibirku.

Gadis ini pintar. Siapa tadi namanya? Amy?

Sebelum melepaskannya aku menyentaknya dan membuatnya menghadapku sepenuhnya. Kedua mata kami bertemu dan beberapa detik berlalu begitu saja. Aku tahu dengan pasti di dalam sana benih itu berdengung rendah, dan dengungan rendah itu mulai membuat apa yang tersembunyi di dalam benakku bergolak. Seperti bara yang mulai menyala, saat aku pikir sudah padam.

“Beritahu aku, apa yang bisa kamu dapatkan dari pria tua seperti tadi, Amy?”

Gadis itu mengerutkan dahinya. “Apa urusannya denganmu?”

“Apa Mikaela mengajarkannya padamu?” Tanyaku alih-alih menjawabnya. Namun memang iblis bisa menggunakan siapa saja untuk merusak sebuah benih, termasuk sahabat atau keluarga sendiri.

“Apa?” Tanya gadis itu semakin bingung, namun kedua matanya semakin berkobar dengan kekesalan yang terlukis jelas. “Aku tidak tertarik mengkonsumsi sesuatu yang haram! Begitu juga, Mikaela! Jangan bertransaksi apapun lagi dengannya!”

“Aku tidak membicarakan temanmu.” Tepisku. “Aku tidak peduli padanya.”

“Lalu kenapa kamu di sini?” Tanyanya sambil menunjukku. “Kalau kamu ingin menawarkan barangmu padaku, maka itu tidak akan terjadi!”

Amy berputar pada kakinya dan mulai melangkah melewatiku. “Lalu apa yang kamu tawarkan pada pria tadi?” Tanyaku pada Amy yang masih berjalan.

“CVku tentu saja!” Teriak gadis itu tetap berjalan menjauh. Dia membuka pintu keluar dan membiarkannya berdebam keras di belakangnya.

Tawa kecil terlepas dari bibirku. Aku tahu ini salah, tidak seharusnya aku berbicara padanya, apalagi besok kelompokku akan mulai memburunya. Namun tentu saja aku tidak bisa berdiam diri kalau ada seseorang atau sesuatu yang hendak merusak benih itu. Karena itu aku memutar kakiku dan mengikuti langkah-langkah Amy

1
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
cerita ini benar-benar bisa menenangkan hatiku setelah hari yang berat.
Yue Sid
Gak sabar nunggu kelanjutannya thor, semoga cepat update ya 😊
Mochapeppermint: Thank you 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!