NovelToon NovelToon
Guru TK Yang Cantik

Guru TK Yang Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Masalah Pertumbuhan / Karir
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aldo Kelas 1 SD

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan tanpa disadari, Aldo kini telah memasuki dunia baru sebagai siswa kelas 1 SD. Arman dan Nadia merasa terharu melihat perubahan anak mereka yang semakin besar. Dari seorang bocah kecil yang polos di TK, Aldo kini tampak lebih bersemangat dan berani menghadapi tantangan baru di sekolah.

“Sayang, lihat Aldo!” Nadia berseru sambil menatap Aldo yang telah siap dengan seragam barunya. Aldo mengenakan seragam putih biru, lengkap dengan dasi yang sedikit miring dan tas ransel yang terlihat lebih besar dari tubuhnya.

“Aku siap sekolah, Ma!” teriak Aldo dengan senyum lebar. Wajahnya berbinar, mencerminkan antusiasme yang tak tertandingi.

Arman mengelus kepala Aldo. “Kamu pasti jadi siswa yang paling pintar di kelas, Nak,” ujarnya dengan bangga. “Jangan lupa, pelajari banyak hal baru dan jadilah yang terbaik.”

“Ya, Ayah! Aku pasti belajar dengan giat!” jawab Aldo, penuh semangat.

Pagi itu, mereka bertiga mempersiapkan diri dengan semangat. Aldo sangat bersemangat untuk memasuki dunia barunya. “Aku mau bawa bekal yang enak, Ma. Apa yang bisa kita bawa?” tanyanya dengan penasaran.

Nadia tersenyum dan berpikir sejenak. “Bagaimana kalau kita buat sandwich isi telur dan sayuran, ditambah dengan buah favoritmu, apel?” saran Nadia.

“Wah, sandwich favoritku! Yeay!” Aldo melompat kegirangan. “Aku pasti akan bilang ke teman-temanku kalau mama aku jago masak!”

Arman tertawa, “Tentu saja, sayang. Mama kamu memang yang terbaik!”

Mereka pun bergegas menyiapkan bekal untuk Aldo. Di tengah kesibukan, Nadia tak henti-hentinya mengingatkan Aldo agar tidak lupa membawa alat tulisnya dan menjaga sikap baik di sekolah. “Ingat, Nak, kamu harus sopan kepada guru dan teman-temanmu,” pesan Nadia sambil mengikat sepatu Aldo.

“Ya, Ma. Aku akan berusaha!” jawab Aldo, berusaha menunjukkan bahwa ia siap menghadapi tantangan di sekolah.

Setelah selesai bersiap, mereka bertiga berangkat ke sekolah. Di sepanjang jalan, Aldo bercerita tentang semua hal yang ingin ia lakukan di sekolah baru. “Aku ingin bermain di lapangan, belajar menggambar, dan belajar membaca dengan cepat!”

“Bagus, Sayang! Itu semua menyenangkan. Jangan lupa, jika ada yang sulit, tanya saja kepada guru atau temanmu,” Arman menambahkan dengan penuh perhatian.

Sesampainya di sekolah, suasana terasa ramai. Banyak anak-anak baru yang juga siap memulai tahun ajaran baru. Aldo melihat teman-temannya dengan rasa ingin tahu, merasa sedikit gugup namun juga bersemangat.

Nadia dan Arman mengantar Aldo ke gerbang sekolah. “Ingat, Nak, kita akan menunggu di sini setelah sekolah selesai,” kata Nadia sambil memberikan ciuman di pipi Aldo.

“Semangat, ya! Kami bangga padamu!” Arman menambahkan sambil mengusap kepala Aldo.

Dengan penuh percaya diri, Aldo melangkah masuk ke area sekolah. Ia menoleh dan melambaikan tangan kepada orang tuanya sebelum bergabung dengan teman-teman barunya.

Setelah Aldo masuk, Arman dan Nadia berdiri menunggu di depan gerbang. Mereka melihat Aldo berinteraksi dengan teman-teman barunya, senyuman di wajahnya menjadi tanda bahwa anak mereka siap untuk petualangan baru.

“Nadia, lihat betapa bahagianya Aldo,” kata Arman dengan rasa bangga. “Dia sudah semakin besar dan mandiri.”

“Iya, sayang. Rasanya baru kemarin dia belajar berjalan, sekarang dia sudah siap untuk belajar di sekolah,” jawab Nadia, matanya sedikit berkaca-kaca.

Mereka menghabiskan waktu di sekitar sekolah, mengenang masa-masa ketika Aldo masih kecil. Saat itu, Nadia mengambil kesempatan untuk berbicara. “Sayang, kita harus lebih banyak meluangkan waktu untuk Aldo. Sekarang dia butuh perhatian kita lebih dari sebelumnya,” sarannya.

“Setuju! Kita akan mengatur waktu agar bisa lebih sering terlibat dalam aktivitasnya, seperti mengerjakan PR bersama dan bermain,” jawab Arman, bertekad untuk mendukung Aldo sepenuhnya.

Waktu berlalu dan bel sekolah berbunyi menandakan bahwa kelas pertama Aldo telah dimulai. Beberapa saat kemudian, Aldo terlihat keluar dari gerbang sekolah dengan wajah ceria.

“Mama! Ayah! Aku dapat teman baru!” teriak Aldo dengan kegembiraan.

“Oh, siapa namanya?” tanya Nadia penasaran.

“Aku berkenalan dengan Dimas! Dia baik banget, kami suka main bola bareng!” jawab Aldo dengan penuh semangat.

Arman dan Nadia saling bertukar pandang, bahagia mendengar berita baik itu. “Keren, Nak! Semoga kalian bisa jadi teman baik,” ujar Arman sambil menggenggam tangan Aldo.

Sesampainya di rumah, Nadia menyiapkan makanan favorit Aldo untuk merayakan hari pertamanya di sekolah. “Kita bisa rayakan dengan makan pizza! Bagaimana?” tanya Nadia.

“Pizza! Yeay!” Aldo melompat kegirangan. “Hari ini sangat menyenangkan, Ma!”

Setelah makan malam, Arman dan Nadia membantu Aldo mengerjakan PR pertamanya. Aldo tampak antusias belajar, dan Arman sangat bangga melihat semangatnya.

“Nak, jangan ragu untuk bertanya jika ada yang tidak kamu mengerti,” Arman menekankan sambil menulis di buku catatan Aldo.

“Terima kasih, Ayah! Aku pasti akan bertanya,” jawab Aldo dengan percaya diri.

Setelah semua pekerjaan rumah selesai, mereka duduk bersama di ruang tamu, mendiskusikan tentang pelajaran yang telah Aldo dapatkan di sekolah.

“Jadi, pelajaran apa yang paling kamu suka hari ini?” tanya Nadia.

“Aku suka belajar menghitung! Mudah dan menyenangkan!” Aldo menjawab dengan gembira.

Arman dan Nadia saling tersenyum, merasa bangga memiliki anak yang ceria dan bersemangat untuk beLajar. Malam itu, mereka merasa bahagia melihat Aldo tumbuh menjadi anak yang mandiri dan percaya diri, siap menghadapi dunia baru yang menantinya.

Kegaduhan King Kobra

Saat suasana di rumah terasa tenang, Arman, Nadia, dan Aldo sedang asyik belajar bersama. Mereka duduk di ruang tamu dengan buku-buku terbuka, saling membantu mengerjakan PR. Aldo tampak bersemangat, sementara Arman dan Nadia juga tak kalah antusias untuk mendukung anak mereka.

“Ayo, Nak, kita kerjakan soal matematika ini sama-sama,” kata Nadia sambil menunjuk ke buku latihan Aldo.

“Siap, Ma! Ini soal tentang penjumlahan, kan?” Aldo menjawab dengan percaya diri.

Tiba-tiba, tanpa peringatan, suara gaduh terdengar dari pintu belakang rumah. Seolah-olah ada sesuatu yang besar dan berat bergerak di sana. Arman dan Nadia saling menatap, merasakan ketegangan yang mengisi udara di antara mereka.

“Apa itu, sayang?” Nadia bertanya dengan nada cemas.

“Aku tidak tahu, tapi kita harus periksa,” jawab Arman, berusaha terdengar tenang meskipun hatinya berdebar-debar.

Mereka bertiga berdiri dan mendekati pintu belakang. Ketika Arman membuka pintu, suasana di luar terlihat sepi. Namun, saat matanya menajam ke arah kebun, dia melihat sesuatu yang sangat mencengangkan: seekor king kobra besar melintas di halaman belakang mereka.

“Ya Tuhan! Itu ular kobra!” seru Arman, langsung menutup pintu dengan cepat.

“Apa? Ular kobra?” Nadia terkejut, wajahnya pucat. Dia melindungi Aldo di belakangnya, merasakan ketakutan yang melanda.

“Kalem, sayang. Kita harus tetap tenang,” kata Arman, berusaha menenangkan Nadia. “Kita tidak bisa panik sekarang.”

“Bagaimana kalau dia masuk ke dalam rumah?” Nadia bergetar, matanya terbelalak melihat Aldo yang juga tampak ketakutan.

“Biar aku cari sesuatu untuk mengusirnya,” Arman berinisiatif. Dia berjalan cepat menuju dapur untuk mengambil sapu panjang yang biasanya digunakan untuk membersihkan atap.

Sementara itu, Aldo yang masih ketakutan berusaha mengingat semua yang diajarkan tentang ular. “Ayah, apakah ular kobra itu berbahaya?” tanyanya, suaranya bergetar.

“Ya, Nak. Mereka bisa berbahaya jika merasa terancam. Jadi kita harus hati-hati dan tidak mendekatinya,” Arman menjelaskan sambil kembali dengan sapu di tangannya.

Ketika Arman membuka pintu sedikit lagi, dia melihat kobra itu mulai melingkar di dekat pagar. “Ayo, kita usir dia sebelum dia bisa masuk ke rumah,” Arman berseru.

Nadia berusaha menahan napas, sementara Aldo mengintip dari belakang ibu, ingin melihat lebih dekat. “Ayah, hati-hati!” seru Aldo, meskipun ketakutannya masih terasa.

Arman mengarahkan sapu panjangnya ke arah king kobra. “Ayo, pergi dari sini! Kami tidak ingin kamu di rumah kami!” teriaknya, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa takut yang sebenarnya.

Kobra itu mulai mengangkat kepala dan mengeluarkan suara mendesis, memperlihatkan sikap defensifnya. Melihat ini, Nadia berteriak, “Arman! Dia terlihat marah!”

“Tenang, sayang. Aku hanya ingin mengusirnya,” Arman menjawab dengan suara tegas namun berusaha tetap tenang. “Aldo, tetap di belakang Mama ya!”

Dengan cepat, Arman mendorong sapunya ke arah ular, berharap bisa mengusirnya. Namun, kobra itu tidak mundur. Justru, ular tersebut mulai bergerak lebih agresif, seolah-olah merespons tantangan Arman.

“Ayo, cepat! Kita harus masuk ke dalam!” Nadia panik, menarik Aldo lebih dekat kepadanya.

“Tidak, kita tidak bisa masuk sekarang. Kita harus pastikan ular itu pergi terlebih dahulu!” Arman menjawab dengan tegas, meskipun hatinya berdebar kencang.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Arman akhirnya mendapatkan keberanian untuk melangkah lebih dekat. Dengan sapu yang terangkat tinggi, dia berusaha mengarahkan kobra ke arah pagar. “Ayo pergi! Kami tidak ingin masalah denganmu!” serunya lagi.

Ular itu mendesis lebih keras, dan seolah merasakan ketegangan, ia mulai bergerak mundur perlahan, mencoba mencari jalan keluar dari area tersebut.

“Ya! Itu dia, sayang! Dia mulai pergi!” teriak Nadia dengan harapan.

“Aldo, tetap di belakang Mama, ya,” Nadia menegaskan sambil memegang tangan anaknya.

Dengan gerakan cepat, Arman terus mendorong kobra tersebut hingga akhirnya ular itu melarikan diri ke semak-semak di tepi halaman. “Huh, itu sukses!” Arman menghela napas lega.

Nadia menutup pintu belakang dengan cepat dan mengunci. “Aku tidak bisa percaya itu terjadi,” ujarnya, masih terengah-engah. “Kita benar-benar harus lebih berhati-hati.”

“Aku tidak mau lagi melihat ular seperti itu!” Aldo menambahkan, suaranya masih bergetar.

“Jangan khawatir, Nak. Kita akan lebih waspada ke depannya,” Arman berjanji, merangkul keduanya. “Sekarang kita kembali ke belajar, ya?”

Dengan ketegangan yang perlahan mereda, mereka kembali duduk di ruang tamu, tetapi suasana masih terasa sedikit tegang. Aldo, yang semula bersemangat, kini terlihat agak lemas.

“Bagaimana kalau kita istirahat sejenak? Mungkin kita bisa nonton kartun sebelum melanjutkan belajar?” Nadia menyarankan.

“Setuju, sayang,” jawab Arman sambil tersenyum lemah. “Tapi kita harus tetap waspada, ya. Siapa tahu kobra itu kembali.”

Mereka semua tertawa ringan, dan rasa cemas yang sempat menyelimuti perlahan hilang. Dengan kebersamaan yang penuh cinta, mereka siap melanjutkan hari dengan semangat yang baru.

Malam yang Tenang

Malam semakin larut, dan suasana di ruMah Arman dan Nadia terasa tenang setelah kejadian siang tadi. Aldo sudah berada di kamarnya, tertidur pulas dengan mimpi indah, sementara Arman dan Nadia bersiap untuk tidur di kamar mereka.

“Sayang, aku masih merinding kalau ingat ular tadi,” Nadia mengungkapkan ketakutannya saat mereka berbaring di ranjang.

“Iya, aku juga. Tapi kita sudah berhasil mengusirnya, dan yang terpenting, kita semua aman,” jawab Arman, sambil mengaitkan tangannya di pinggang Nadia.

Nadia menatap suaminya dengan penuh rasa syukur. “Kamu selalu jadi pelindungku, sayang. Aku merasa aman setiap kali bersamamu.”

“Dan aku akan selalu melindungimu, termasuk Aldo,” Arman menjawab sambil mengelus rambut Nadia dengan lembut. “Kita adalah keluarga, dan aku bertanggung jawab untuk menjaga kalian.”

Setelah berbincang-bincang singkat, mereka mematikan lampu, membiarkan kegelapan menyelimuti kamar. Suara nyaring dari serangga malam terdengar di luar jendela, memberikan melodi yang menenangkan. Arman dan Nadia berbaring berhadap-hadapan, saling menatap.

“Sayang, kamu ingat saat pertama kali kita tidur bersama?” Nadia bertanya dengan senyum nakal.

Arman tertawa pelan. “Bagaimana bisa aku lupa? Kamu sangat cemas, seolah-olah ada monster di bawah tempat tidur.”

“Iya! Aku bahkan memeriksa di bawah tempat tidur sebelum tidur,” Nadia menjawab sambil tertawa.

“Dan aku juga memeriksa lemari, menganggap mungkin ada hantu yang bersembunyi di sana,” Arman menambahkan sambil mengingat momen lucu itu. “Kini kita sudah berkeluarga, dan sepertinya monster dan hantu itu sudah pergi.”

Mereka berdua tertawa, kenangan manis itu menambah kehangatan di malam yang sunyi. Dengan senyuman di wajah, mereka pun menutup mata, merasakan rasa nyaman yang mendalam di antara mereka.

Tak lama kemudian, ketenangan malam itu mulai membuat mereka terlelap. Namun, sebelum sepenuhnya tertidur, Nadia merasakan getaran di ponselnya. Dia meraih ponsel yang terletak di meja samping tempat tidur.

“Siapa yang menghubungi kita tengah malam begini?” Nadia bertanya dengan suara pelan, mengalihkan pandangannya ke arah Arman.

“Coba lihat, mungkin ada yang penting,” jawab Arman sambil membuka matanya sedikit. “Tapi hati-hati, jangan sampai membuatmu terjaga terlalu lama.”

Nadia memeriksa pesan masuk di ponselnya dan mendapati itu dari teman-temannya, mengajak berkumpul besok. “Sayang, ini dari teman-temanku. Mereka ingin berkumpul besok,” katanya.

“Ah, jadi kita bisa berencana untuk memiliki waktu yang menyenangkan. Tapi jangan lupa, kita punya Aldo juga. Pastikan dia juga senang,” jawab Arman, tersenyum.

Nadia mengangguk. “Iya, aku akan mengajak Aldo. Kami bisa menghabiskan waktu bersama, sementara kamu juga bisa beristirahat.”

Setelah menanggapi pesan tersebut, Nadia menaruh ponselnya kembali dan merasakan ketenangan menyelimuti kembali mereka. Arman menarik Nadia lebih dekat ke pelukannya, dan dia merasakan hangat tubuh suaminya.

“Selamat tidur, sayang,” kata Arman lembut, menatap wajah cantik istrinya yang kini terlihat lebih damai.

“Selamat tidur, sayang,” balas Nadia sambil mengedipkan mata, menutupnya dengan lembut.

Malam itu, di tengah keheningan, mereka berdua tertidur dengan perasaan yang tenang. Dalam pelukan satu sama lain, mereka merasakan betapa berartinya kehadiran satu sama lain dalam hidup mereka. Di luar sana, bintang-bintang bersinar terang, seolah menyaksikan cinta mereka yang terus tumbuh.

Beberapa jam berlalu, dan Aldo yang tidur di kamarnya terbangun. Dia merasa haus dan ingin sekali minum. Dengan langkah kecil, dia berjalan menuju dapur, mengabaikan suara lembut dari orang tuanya yang sedang tertidur. Aldo mengambil gelas dan menuangkan air, tetapi saat itu juga, dia mendengar suara gemuruh di luar.

“Hmm, suara apa itu?” Aldo berpikir. Rasa penasaran membuatnya ingin keluar dan melihat. Namun, sebelum dia melangkah lebih jauh, suara dari arah kamar orang tuanya menarik perhatiannya.

“Aduh, nak! Hati-hati!” suara Nadia samar terdengar, seolah mereka sedang tertawa dalam mimpi.

Aldo tersenyum sendiri. “Ibu dan Ayah pasti sedang bermimpi lucu,” gumamnya sambil kembali ke kamarnya, merasakan rasa kantuk kembali menyelimuti dirinya. Dalam benaknya, ia membayangkan betapa bahagianya keluarganya, meskipun ada banyak kejadian aneh yang terjadi sebelumnya.

Akhirnya, Aldo kembali tidur, dan malam pun terus berlalu dengan tenang. Dalam kegelapan, Arman dan Nadia terlelap, dikelilingi oleh rasa nyaman dan cinta yang mendalam. Hari-hari yang akan datang pasti penuh dengan tantangan dan tawa, tetapi malam ini adalah saat yang tepat untuk beristirahat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!