NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menuju Tempat Hiburan

Pov Dudung

Aku terus berjalan di jalan besar yang membelah kampung Cisuren, diiringi oleh suara jangkrik dikendangi oleh suara ciang ciang. Aku berjalan dengan tergesa-gesa dengan wajah yang cemberut merasa kesal dengan orang tuaku.

"Tega, benar-benar tega orang tuaku! sampai tidak ngasih uang." gumamku sambil mengepalkan tangan.

Namun dalam hati kecil, aku sangat memaklumi karena memang kenyataannya orang tuaku bukan tidak pelit, tapi keadaannya serba kekurangan bisa disebut orang miskin dan sederhana.

Tidak lama berjalan akhirnya aku pun sampai ke tempat teman-temanku sedang berkumpul di pinggir jalan mau pergi menonton. sudah menjadi Kebiasaan kalau ada hiburan kita akan berkumpul terlebih dahulu, untuk berangkat bersama-sama melewati jalan besar, sama seperti ketika pulangnya saling menunggu tidak pernah hidup masing-masing.

Angin Malam berhembus terasa sangat dingin, namun tidak menjadi halangan untuk kami yang masih berumur muda yang mau pergi menonton.

"Sudah siap kamu Dudung?" tanya Ajo menyambutku.

"Siap dong! ayo kita berangkat." jawabku dengan bersemangat , sangat antusias ketika ada hiburan malam seperti sekarang. menyembunyikan kesusahan dan kesedihan yang berada di dalam hati karena tidak dikasih ongkos oleh Bapak.

"Kamu tidak akan menjemput non Rara terlebih dahulu dDung? Ini kesempatan yang baik untuk mempererat hubungan Tali Kasih yang sedang terjalin. ujar Ajo dengan nada bercanda, membuat teman-teman Yang Lain terlihat menggulung senyum.

Rara adalah gadis yang berada di kampungku, Dia adalah anak orang terkaya di kampung Cisuren, hartanya melimpah, sawahnya sejauh mata memandang, mobilnya ada dua. sedangkan di kampungku tidak ada yang memiliki.

"Jangan manas-manasin lah, Jo! Aku sedang sedih nih! aku tidak memiliki uang, aku tidak berani menjemput untuk mengajaknya menonton. kalau tidak memiliki modal itu sama aja dengan bunuh diri." jawabku dengan mengulum senyum menimpali candaan, padahal hatiku sangat menginginkan sekali pergi bersama dengan wanita cantik itu, gadis yang sedang didekati namun belum pernah mengungkapkan perasaan karena untuk bertemu saja sangat jarang.

"Ah, kamu jadi laki-laki sangat penakut sekali. bagaimana kalau non Rara diembat oleh orang lain. mending dari sekarang kamu terus pepet, agar tidak ada orang lain yang berani mendekati." ujar Ajo memberikan saran.

"Sudahlah jangan membicarakan hal itu. Lagian Kenapa kalian memperdulikan hidupku, Biarkan saja dia tumbuh menjadi besar, supaya nanti ketika dipetik sudah dalam keadaan matang."

"Matang apanya Dudung, Bukankah dia sudah keluar dari SMA?"

"Yah Nunggu dia keluar kuliah dulu, supaya ilmunya banyak tidak bodoh sepertiku."

"Kalau nunggu sampai dia lulus kuliah, nanti bagaimana kalau dia ketika kuliah bertemu dengan laki-laki yang lebih gagah dan lebih mapan dibandingkan kamu?" Timpal Amin yang sudah tahu kalau aku sedang dekat dengan Rara.

"Kenapa kalian malah jadi ngeroyok? Biarkan saja kalau jodohnya orang lain, tapi jangan deh! hehehe," jawabku dengan tersenyum Getir merasa takut kalau apa yang disampaikan menjadi kenyataan.

"Makanya sekarang kamu ajak dia untuk pergi bersama kita, supaya hubungan kamu semakin terjalin dengan erat." ujar Ajo Kukuh dengan pendiriannya.

"Sudah ah jangan membahas itu terus mendingan sekarang kita berangkat. Nanti keburu malam." jawabku yang tidak mau memperpanjang pembicaraan tentang Rara, karena sebenarnya aku pun menginginkan hal yang sama yang diajukan oleh teman-temanku. namun aku tidak memiliki keberanian, tapi kalau diceritakan bisa menjadi milik orang lain tiba-tiba hatiku terasa berdebar seperti ada yang takut hilang dari Separuh Jiwaku.

"Berangkat ya, berangkat! Ayo semuanya, Enong, Nani, Bidin. Ayo kita berangkat!" pinta Amin sama teman-temannya.

Akhirnya para Pemuda dan Pemudi kampung cisuren yang berjumlah 11 orang, bersiap-siap untuk memulai perjalanan. kami yang tidak semua memiliki motor, memutuskan untuk menuju tempat hiburan dengan cara berjalan kaki dan ini akan menjadi kisah kenangan nanti ketika kami sudah tua.

Aku berjalan paling depan dengan penuh percaya diri, kepalaku tegak menatap ke arah depan, tidak sedikitpun memiliki ketakutan. Bahkan aku bersiul untuk menyembunyikan kalau kantong Celanaku tidak ada isinya, hanya ada uang berwarna ungu yang sudah dekil.

Teman-temanku berjalan di belakang sambil terus bercerita di selingi dengan suara canda tawa, seperti tidak ada kesusahan dalam hidupnya. mungkin mereka masih termasuk remaja yang masih senang bermain belum merasakan getirnya kehidupan.

Semakin lama kami berjalan semakin menjauhi kampung cisuren, melewati jalan desa yang besar yang di samping kanan terhampar sawah dan di samping kirinya ada pohon bambu. sampai akhirnya kami pun sampai ke jembatan, terdengar suara air yang mengalir dari arah jauh terdengar suara anjing yang menggonggong, burung gagak terdengar marah seperti tidak mau ketinggalan, menambah keangkeran suasana malam  namun itu semua tidak menjadi penghalang dengan tekad yang sudah kuat, yang hendak menikmati liburan yang sangat jarang didapatkan di daerah perkampungan.

Ketika ada jalan Setapak, kami pun berbelok memasuki jalan itu untuk memotong Kompas supaya cepat sampai ke tempat tujuan. jalan yang dilalui mulai terasa susah, Naik turun dengan berkelok-kelok yang nantinya akan tiba di kampung Jelegong, yang terhalang oleh bukit kecil dengan kampung cisuren.

"Dung, jalannya jangan terlalu cepat! Awas nanti di dekat jembatan selokan suka ada anak kecil yang botak." ujar min menakut-nakutiku yanv berjalan terpisah dengan rombongan.

"Ah Biarkan saja namanya juga anak kecil belum tumbuh rambut. kalau Bertemu Dengannya sangat beruntung, nanti kita akan tangkap untuk dijadikan tontonan, supaya dapat uang tambahan." jawabku seenaknya.

"Kenapa kamu Dudung, Kudung. kalau berbicara itu suka asal nguap, aku takut nih! sudah sering banyak orang yang bertemu kecil namun menyeramkan itu." Timpal Enong yang terdengar ketakutan.

"Tapi kita nggak usah takut Enong, Karena ada Dudung di sini  soalnya dia sangat pemberani, kita buktikan saja nanti bagaimana kalau bertemu dengan yang botak itu." jawab Amin menenangkan.

"Paling juga dia yang paling awal kabur meninggalkan kita. emang apa keberaniannya si Dudung, aku tahu dia sangat penakut." sahut Ajo yang terus berjalan di belakangku.

Tak lama diantaranya akhirnya kami pun tiba di jembatan kecil yang terlihat sangat angker, karena di atasnya ada rumpun bambu yang sangat lebat, bulu Kuduk mulai terasa berdiri padahal tidak ada apa-apa. suasana terasa sangat hening karena teman ke temanku, tidak ada yang berbicara hanya aku yang masih bernyanyi menghilangkan kesedihan.

Aku melirik ke arah belakang terlihatlah Anak-anak gadis yang yang ikut, mereka berjalan dengan berdempet-dempetan sambil memegang satu sama lain, membuat para pemuda merasa bahagia karena memiliki kesempatan dalam kesempitan.

"Awas kalian!" gumamku sambil menundukkan tubuh untuk mengambil batu yang barusan ketendang, kemudian aku melemparkan ke arah rumpun bambu.

Suara kemrosok yang diikuti dengan suara batu yang jatuh ke arah bawah, membuat teman-temanku terlihat terperanjat kaget. bahkan terlihat ada orang yang berlari menyusulku membuat keadaan pun semakin panik.

"Hantu.....! ada hantu.....!" terdengar teriakan Enong yang diikuti dengan suara derap kaki yang berlari menuju ke arahku, yang sudah berjalan paling depan. bahkan Amin Dan Ajo Mereka pun terbawa takut, padahal belum diketahui apa yang mereka takutkan.

Akhirnya mereka pun tiba di dekatku, terdengar suara deru nafas yang menggema. terasa ada orang yang memegang pundakku.

"Ini ada apa. Kenapa kalian sampai berlari seperti orang yang kurang kerjaan?" Tanyaku dengan nada yang meledek.

"Ada suara kemrosok Dung!" jawab Amin dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Kenapa harus takut, Paling juga itu kadal."

"Mana mungkin ada suara kadal yang terdengar begitu kencang ketika menyentuh tanah, kamu ada-ada aja kalau berbicara itu Dudung." Timpal Enong dengan judes.

"Mungkin saja kalau kadalnya sebesar batu."

"Maksudnya batu apa, jangan-jangan kamu yang melempar batu ke arah rumpun bambu?" jawab Nong yang pandai menebak situasi.

"Nggak tahu." jawabku tidak memperpanjang perdebatan, Aku mulai berjalan kembali yang diikuti oleh-oleh dengan tetapan penuh kecurigaan.

"Dudung Kenapa kamu suka iseng, Mending kalau tidak ngerugiin orang lain?" tanya suara Amin dengan nada yang kesal.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!