NovelToon NovelToon
Lezatnya Dunia Ini

Lezatnya Dunia Ini

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Spiritual / Keluarga / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Diceritakan seorang pemulung bernama Jengkok bersama istrinya bernama Slumbat, dan anak mereka yang masih kecil bernama Gobed. Keluarga itu sudah bertahun-tahun hidup miskin dan menderita, mereka ingin hidup bahagia dengan memiliki uang banyak dan menjadi orang kaya serta seolah-olah dunia ini ingin mereka miliki, dengan apapun caranya yang penting bisa mereka wujudkan.
Yuk simak ceritanya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Yang Indah

Setelah menikmati sarapan lezat, Gobed bergegas bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia merasa sangat senang dan penuh energi setelah sarapan nasi Padang dengan rendang sapi yang memuaskan. Dengan semangat baru, ia mengganti pakaian dan mengenakan sepatunya yang sudah hampir jebol.

“Pak, Bu, aku siap berangkat!” teriak Gobed dengan riang saat keluar dari kamar.

Jengkok dan Slumbat tersenyum melihat semangat anak mereka. “Hati-hati di jalan, Gobed. Jangan lupakan bekal makan siang yang sudah kami siapkan,” kata Slumbat sambil mengemas bekal untuk Gobed.

Jengkok menambahkan dengan ceria. “Dan ingat, sepatumu itu tampaknya sudah butuh perbaikan. Kalau ada yang bertanya tentang sepatu itu, katakan saja itu adalah ‘fashion terbaru’!”

Gobed tertawa. “Iya, Pak. Aku bilang saja sepatuku ini adalah model ‘tumpul’ yang sedang tren!”

Saat Gobed keluar dari rumah dan berjalan menuju sekolah, sepatu tua yang dipakainya menganga lebar di bagian depan. Setiap langkahnya menimbulkan suara “krik-krik” dari sepatu yang sudah usang itu. Beberapa teman sekolah yang melihatnya mulai tertawa.

“Gobed, sepatumu itu kenapa bisa begitu?” tanya salah seorang teman sekelasnya.

Gobed menjawab dengan santai. “Oh, ini sepatu terbaru! Model ‘angin masuk’ agar kaki tetap segar!”

Teman-temannya tertawa terbahak-bahak. “Hahaha, benar-benar sepatu keren! Bisa-bisa kamu jadi tren di sekolah!”

Di tengah perjalanan, Gobed bertemu dengan Pak Darto, penjaga sekolah yang terkenal ramah. Pak Darto memandang sepatu Gobed dan tidak bisa menahan tawa.

“Wah, Gobed! Sepatumu itu sudah seperti jaring ikan! Jangan sampai ada ikan yang nyangkut di sana ya!” kata Pak Darto sambil tertawa.

Gobed tertawa juga. “Nggak masalah, Pak. Sekalian jadi tempat peristirahatan ikan-ikan kecil yang kebetulan lewat!”

Sesampainya di sekolah, Gobed disambut oleh teman-teman sekelasnya yang sudah menunggu. Mereka langsung mengerubungi Gobed, terpesona dengan sepatu “fashion” yang menganga itu.

“Gobed, bagaimana caranya kamu mendapatkan sepatu keren seperti ini?” tanya Rina, salah satu teman sekelas.

Gobed menjawab sambil tersenyum. “Ini sepatu spesial dari rumah. Katanya sih, sepatu ini bisa membuat kamu merasa seperti melayang!”

Selama pelajaran pertama, Gobed merasa lebih percaya diri dengan sepatu barunya, meskipun itu sebenarnya adalah sepatu tua yang sudah usang. Teman-temannya terus bertanya-tanya tentang sepatunya dan Gobed dengan ceria menceritakan berbagai kisah lucu tentang “fashion” barunya.

Akhirnya, meskipun sepatu Gobed menganga dan tampak usang, kebahagiaan dan semangatnya tidak pernah pudar. Dengan tawa dan cerita lucu yang dibagikannya kepada teman-temannya, hari itu menjadi salah satu hari yang paling menyenangkan di sekolah.

Dengan penuh kegembiraan, Gobed menikmati setiap momen di sekolah dan siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan penuh percaya diri, berkat sarapan lezat dan dukungan dari keluarganya.

Gobed tiba di sekolah dengan penuh semangat, meskipun sepatu tuanya yang menganga membuatnya sedikit canggung saat berjalan. Di gerbang sekolah, dia disambut oleh teman-temannya yang masih tertawa tentang sepatunya yang unik. Namun, Gobed tidak terganggu dan tetap melanjutkan perjalanan ke kelas.

Di ruang kelas, suasana agak tegang. Guru Matematika, Bu Ratna, berdiri di depan papan tulis dengan ekspresi serius. “Anak-anak,” katanya dengan tegas, “hari ini kita punya tantangan matematika. Siapa yang bisa menjawab soal ini—98 dikali 7, lalu dibagi 2, ditambah 867, dikurangi 5, lalu dikali 3—tanpa kalkulator akan mendapatkan hadiah uang tunai seratus ribu!”

Anak-anak di kelas langsung heboh, banyak yang mulai membolak-balik buku catatan dan menghitung dengan jari mereka. Beberapa teman Gobed mencoba menjawab dengan penuh keyakinan, namun jawaban mereka tidak tepat. Suasana semakin tegang saat waktu terus berjalan dan tidak ada satu pun jawaban yang benar.

“Pasti sulit banget,” bisik Rina kepada Gobed sambil memandangnya dengan penasaran.

Gobed, yang sejak pagi sudah merasa bersemangat dan berfokus, memutuskan untuk mencoba menjawab tantangan tersebut. Ia duduk di bangku, mulai berpikir keras sambil berusaha mengingat rumus-rumus yang telah dia pelajari.

Dia mulai menghitung dengan teliti di kepala. “98 dikali 7… itu 686. Lalu dibagi 2… jadi 343. Tambah 867… jadi 1210. Kurangi 5… jadi 1205. Dan terakhir kali 3… jadi 3615.”

Gobed mengangkat tangan dengan penuh keyakinan. “Bu Ratna, saya sudah menghitung jawabannya!”

Bu Ratna menatap Gobed dengan penuh perhatian dan mengangguk. “Baik, Gobed. Mari kita lihat hasilnya.”

Bu Ratna menulis rumus di papan tulis dan mulai menghitung dengan kalkulator, memastikan bahwa jawaban Gobed benar. Setelah beberapa menit, Bu Ratna mengangkat kepala dengan senyum lebar.

“Selamat, Gobed! Jawabanmu benar. Kamu mendapatkan hadiah seratus ribu!”

Seluruh kelas bersorak. Teman-teman Gobed mengerubungi dan memberi selamat padanya. Rina dengan ceria berkata, “Wow, Gobed, kamu benar-benar jenius! Bagaimana caranya kamu bisa menghitung semua itu tanpa kalkulator?”

Gobed tersenyum dengan bangga. “Aku cuma berusaha fokus dan ingat rumus-rumus. Lagipula, aku sudah latihan berhitung di rumah.”

Bu Ratna mendekati Gobed dan memberikan uang tunai seratus ribu. “Ini hadiah untuk kerja keras dan ketelitianmu. Teruslah belajar dan jangan berhenti mencoba.”

Gobed menerima uang itu dengan tangan gemetar. “Terima kasih, Bu Ratna. Ini berarti banyak buat aku.”

Ketika bel sekolah berbunyi, Gobed pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri. Dia menunjukkan uang seratus ribu kepada orang tuanya, Jengkok dan Slumbat, yang sangat bangga.

“Pak, Bu, aku menang! Aku dapat seratus ribu!” kata Gobed dengan penuh semangat.

Jengkok dan Slumbat memeluk Gobed dengan penuh kebanggaan. “Kamu hebat, Gobed! Kami sangat bangga padamu!” kata Slumbat sambil meneteskan air mata kebahagiaan.

Mereka duduk bersama di meja makan, dan Jengkok mulai bercerita sambil tertawa. “Kalau saja sepatu Gobed bisa berbicara, dia pasti bilang, ‘Saya mungkin tua dan menganga, tapi saya punya anak yang pintar!’”

Seluruh keluarga tertawa bahagia, dan suasana di rumah terasa penuh kebahagiaan. Dengan sepatu tua yang menganga dan uang seratus ribu yang baru didapatkan, Gobed merasa sangat bangga dan bahagia. Dia tahu bahwa dengan kerja keras dan semangat, ia bisa mencapai banyak hal, tidak peduli seberapa sulit tantangannya.

Hari itu menjadi salah satu hari yang paling berharga dalam hidup Gobed, penuh dengan rasa bangga, kebahagiaan, dan momen-momen yang akan dikenang selamanya.

Sore itu, setelah Gobed pulang dari sekolah, rumahnya dipenuhi dengan semangat dan kebahagiaan. Jengkok dan Slumbat sedang mempersiapkan makan sore sederhana, sementara Gobed dengan antusias menceritakan tentang tantangan matematika yang dimenangkannya kepada orang tuanya.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Jengkok membuka pintu dan terkejut melihat Bu Ratna berdiri di depan dengan senyum lebar.

“Selamat sore, Bu Ratna!” sapa Jengkok sambil membuka pintu lebih lebar.

Bu Ratna melangkah masuk ke dalam rumah dengan penuh semangat. “Selamat sore, Jengkok, Slumbat. Saya datang untuk mengunjungi Gobed. Saya sangat terkesan dengan kejeniusan Gobed hari ini di sekolah.”

Slumbat menyambut Bu Ratna dengan ramah. “Selamat datang, Bu Ratna. Silakan duduk. Kami sangat senang ibu datang.”

Bu Ratna duduk di kursi yang disediakan, dan Gobed dengan penuh semangat segera mendekat. “Bu Ratna, apa kabar? Terima kasih sudah datang!”

Bu Ratna tersenyum. “Baik, Gobed. Aku datang untuk memberitahumu betapa bangganya aku dengan jawabanmu yang luar biasa hari ini. Kamu benar-benar hebat!”

Jengkok dan Slumbat saling bertukar pandang dengan bangga. “Kami memang sangat bangga dengan Gobed. Kami tahu dia memiliki potensi besar,” kata Slumbat dengan penuh kasih sayang.

Selama percakapan, Bu Ratna mulai memperhatikan kondisi rumah mereka. Meski sederhana, suasana rumah terasa hangat dengan tawa dan keceriaan. Namun, Bu Ratna tidak bisa tidak merasa miris melihat betapa sederhana dan usangnya perabotan di rumah mereka.

“Wah, saya sangat terkesan dengan semangat Gobed,” kata Bu Ratna sambil memandang sekeliling. “Tapi saya juga tidak bisa tidak merasa miris melihat kondisi rumah ini.”

Slumbat menghela napas pelan. “Iya, Bu Ratna. Kami memang hidup sederhana. Kami berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan, tapi kadang-kadang sangat sulit.”

Bu Ratna mengangguk dengan penuh empati. “Saya ingin membantu. Mungkin kita bisa mencari cara agar Gobed dan keluarga bisa mendapatkan bantuan tambahan. Saya bisa berbicara dengan pihak sekolah atau komunitas untuk mencari solusi.”

Di saat yang sama, Gobed baru saja datang dari luar setelah bermain dengan teman-temannya. Melihat Bu Ratna di rumah, ia merasa terkejut dan senang. “Bu Ratna! Apa yang membawa ibu ke sini?”

Bu Ratna memeluk Gobed dengan penuh kasih. “Aku datang untuk memberi selamat secara langsung dan melihat keadaanmu. Kamu benar-benar membuatku sangat bangga.”

Gobed tersenyum lebar. “Terima kasih, Bu Ratna. Aku senang sekali ibu datang.”

Mereka melanjutkan percakapan sambil menikmati minuman teh manis yang telah disediakan oleh Slumbat. Bu Ratna bercerita dengan penuh antusias tentang kekagumannya terhadap Gobed dan bagaimana prestasinya membuatnya terinspirasi.

“Di kelas, aku tidak pernah melihat anak yang begitu cerdas tanpa kalkulator seperti Gobed. Kamu membuat semua orang di sekolah bangga,” kata Bu Ratna.

Selama percakapan, Jengkok, Slumbat, dan Gobed merasakan kedekatan yang mendalam dengan Bu Ratna. Sambil berbincang, Bu Ratna menyinggung kemungkinan membantu mereka dengan cara lain. “Mungkin ada bantuan dari berbagai program yang bisa meringankan beban kalian. Aku akan mencari informasi dan memberitahu kalian nanti.”

Jengkok dan Slumbat mengucapkan terima kasih dengan tulus. “Kami sangat berterima kasih, Bu Ratna. Bantuan ibu akan sangat berarti bagi kami.”

Setelah beberapa saat berbincang, Bu Ratna berpamitan. “Saya sangat senang bisa berkunjung dan melihat keluarga kalian secara langsung. Semoga kita bisa segera menemukan solusi terbaik.”

Jengkok dan Slumbat mengantar Bu Ratna ke pintu dengan penuh terima kasih. “Terima kasih banyak, Bu Ratna. Kami sangat menghargai bantuan dan perhatian ibu.”

Ketika Bu Ratna akhirnya pergi, suasana di rumah tetap ceria dan penuh rasa syukur. Jengkok, Slumbat, dan Gobed duduk bersama sambil menikmati sore yang tenang. Gobed memandang orang tuanya dengan penuh rasa syukur dan bertekad untuk terus berusaha keras.

“Meskipun kita hidup sederhana, kita memiliki satu sama lain dan dukungan dari orang-orang baik seperti Bu Ratna,” kata Slumbat sambil memeluk Gobed.

Jengkok menambahkan dengan senyum. “Dan ingat, dengan semangat dan usaha, kita bisa mengatasi semua tantangan yang ada.”

Sore itu, mereka menikmati kebersamaan dengan penuh rasa syukur. Meskipun kehidupan mereka penuh tantangan, momen-momen seperti ini memberikan kekuatan dan harapan baru bagi mereka untuk menghadapi masa depan dengan lebih optimis.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
dapat inspirasi di mana nama unik begitu wkwk
DJ. Esa Sandi S.: oke gas brow
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯: follow sampeyan di follback gak nih?
total 3 replies
anggita
like👍+☝hadiah iklan. moga novel ini sukses.
DJ. Esa Sandi S.: makasih Anggita,, moga kamu juga sukses ya/Smile/
total 1 replies
anggita
Jengkok, Slumbat, Gobed...🤔
DJ. Esa Sandi S.: hehehe iya, tau gak artinya?
total 1 replies
Princes Family
semangat kak..
DJ. Esa Sandi S.: makasih ya dek , sukses kembali untukmu ya /Drool/
total 1 replies
Maito
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
DJ. Esa Sandi S.: terimakasih suportnya ya 🤗. semoga kamu sukses selalu ya
total 1 replies
Gemma
Terjebak dalam cerita.
DJ. Esa Sandi S.: hehehe . thanks
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!