Karena tidak sengaja terluka oleh barang berbahaya dari seorang pelanggan gila. Hisa harus berakhir dengan penyakit aneh yang sekian detik menghancurkan bagian tubuhnya.
racunnya terlalu kuat membuatnya harus mencari beberapa bahan ramuan yang langka atau bahkan sudah menjadi legenda hanya untuk sekedar sembuh.
tapi...kejadian berbahaya yang tidak dia inginkan terjadi satu demi satu, mengejarnya sekuat tenaga seolah mencegahnya untuk hidup.
"Dewi keberuntungan, dimanakah engkau? aku sangat lelah hingga raga ku tidak sanggup lagi untuk hidup!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulanan astraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gila
Hari sudah agak gelap ketika Hisa keluar menyelusuri jalan setapak. Lampu jalan berisi batu mineral yang dapat bercahaya segera mendapatkan kebebasannya dan mengeluarkan sinarnya dengan gila-gilaan menerangi sekitarnya dengan usahanya.
Pada sore menjelang malam kota tempat tinggal Hisa agak sepi, rumor akan adanya makhluk aneh yang berkeliaran beberapa waktu lalu dan beberapa warga yang hilang secara tiba-tiba memicu keributan masa hingga beberapa warga tidak berani berkeliaran saat malam hari.
Mahkluk aneh yang di sebutkan adalah sebuah kabut hitam yang bukan dari dunia ini, mereka dapat memiliki bentuk yang berbeda dan tidak menentu hingga tidak bisa di katakan apa sebenarnya itu mereka diberi nama Dabael oleh .
Selama ribuan tahun setelah daratan azba terbelah dan menjadi lima benua makhluk ini tercipta dan melahap makhluk yang hidup di sekitarnya. Banyak organisasi hingga bangsa terkuat berbondong-bondong mencoba mencari akar sumber mereka namun pemicu sebenarnya masih belum di temukan hingga kini anomali tersebut masih ada dan dunia masih belum damai.
Hisa adalah salah satunya, klan cabang dari klan elf tertua di dunia ikut andil dalam membantai anomali ini namun hingga zaman ayahnya anomali tersebut masih belum terpecahkan.
tidak ingin memikirkan apapun Hisa dengan langkah ringan kembali berjalan menuju lokasi yang telah diberikan oleh nona blair tempat hilangnya anjing wanita itu.
Sebuah taman luas dibelakang villa mewah. Lokasinya sangat tersembunyi hingga nampak terpencil, taman ini kadang ramai oleh anak kecil pada siang hari namun kini terlihat sepi hingga ayunan kayu yang digantung di pohon besar didalam bergoyang kesepian karena angin, Hisa berjalan masuk dan mendekati bangunan kecil berlantai dua yang dihias oleh goresan batu kapur, nampak tua dan kurang terawat namun sering di gunakan oleh anak-anak dan orangtua untuk berteduh atau mengadakan teh sore.
hisa masuk dengan gerakan ringan setelah membuka pintu, saat dia menuju kedalaman dan berdiri di ruang tamu, pintu dibelakangnya tertutup pelan dengan bunyi klik kunci yang membosankan.
Dia masih merasa berada didalam bangunan itu beberapa saat, namun saat pintu tertutup ruangan yang terasa bukan milik dunia ini muncul.
Karena terlalu gelap dia mengeluarkan mutiara malam yang segera menerangi secara redup disekitarnya mengusir kegelapan yang seakan-akan ingin menelan dan mengunyahnya.
gesekan sepatu boot dengan lantai kayu yang berdebu mengeluarkan suara berdecit. Ada pergerakan aneh didepannya membuat telinganya bergerak.
bayangan hitam lewat secepat kedipan mata, bayangan itu berhenti, nampak tertegun mengapa ada manusia gelap-gelap hari ini disini sebelum menariknya kesudut ruangan dengan cepat.
Terlalu cepat hingga dia sedikit terseret.
"apa yang kau lakukan disini?!"
Desakan dan teguran terdengar pada kata-kata itu, seorang pria kekar dengan pakaian hitam dan berbalut topeng menatapnya dengan marah. Tangan kanannya mencengkram bahu Hisa sedangkan tangannya yang lain mencengkram tombak dengan mata pisau berbahan batu yang sedikit berkilauan diruang gelap bangunan.
"mencari sesuatu yang hilang, pesanan orang. dan kau?" suaranya terdengar ceria seperti pemuda yang baru mengenal dunia. Pria itu tertegun saat melihat mata yang nampak berkilau karena kilatan cahaya dari mutiara malam, terlihat polos hingga hati nuraninya ingin melindunginya.
Dia mempererat genggamannya pada tombak.
"anggota pemburu bayaran dari guild lokal, Aruba. Aku mendapat pemberitahuan bahwa ada anomali di sekitar sini. Beberapa warga yang tidak sempat pulang pada malam hari melihat bayangan aneh muncul disini." Gerakannya sedikit waspada, dia berbicara dengan suara rendah seolah takut akan ada orang ketiga yang mendengar ucapannya.
Pemuda didepannya memiringkan kepala lalu berseru seperti murid yang baru mengerti akan materi yang diberikan guru.
"woow....lalu apa kau menemukannya?"
Dia bertepuk tangan dengan ringan lalu dia ikut bertanya dengan suara berbisik.
Aruba merasa bertemu dengan seorang anak nakal yang terlalu menjengkelkan.
"tidak...."
"apa yang tidak?"
"diam!"
Pemuda itu segera berdiri tegak setelah dimarahi oleh Aruba, namun mata pemuda dihadapannya yang sedikit menyipit dengan kegembiraan karena melihat seseorang menderita tanpa adanya rasa bersalah, membuatnya ingin memukul dan mengajaknya keasosiasi anak agar di ceramahi.
"pulanglah, tidak ada yang bisa kau cari disini...kau bisa mencari sesuatu itu besok ketika hari sudah cerah." Ujar Aruba dengan nada tegas, dia tidak ingin main-main hari ini. Terlalu berbahaya ketika malam sudah datang.
"aku akan mengambil ini juga, ini milikku mulai sekarang" setelah berkata dengan nada tegas Aruba merampok mutiara malam milik Hisa dan mengatasnamakan atas namanya.
Namun sebelum mengantar pemuda nakal itu kedepan pintu, suara deritan kayu dan hentakan kaki yang lambat dari anak tangga menghentikannya, dia segera mendorong Hisa kebelakang punggungnya dan berpose waspada, tombaknya yang tajam mengarah kearah tangga itu.
"Maa....Arrrrghmm" suara kasar yang tumpah tindih seketika memekakkan telinga, suaranya sangat tidak beraturan seperti jeritan anak kecil dan erangan kucing yang berkelahi. Ada dentingan lonceng ringan yang bergema bersama suara jelek itu.
Aruba mengambil posisi, dia sedikit mengangkat lengannya lebar agar memudahkannya dalam bertindak. Saat akan mencari tahu asal suara itu, Sebuah kepala berbulu dengan rambut hitam muncul di balik lengannya yang segera mengambil mutiara malam dari kantong celananya.
"apakah itu anjing? Atau kucing?"
Aruba tersentak, jantungnya berdebar terlalu kencang hingga nafasnya terasa tersumbat. Kepala yang tiba-tiba muncul itu menakutinya.
"hm? Ada apa?"
Tanya kepala hitam itu, pemuda sialan yang nakal itu bertanya tanpa dosa, dia memutar mutiara malam ditelapak tangannya dan mengarahkannya tinggi-tinggi keatas setelah dia bergerak kesamping dan berdiri tegak disebelah kiri Aruba.
Aruba meliriknya dengan mata tajam sebelum kembali waspada dengan mahkluk didepannya yang berdiri di anak tangga yang telah disinari lembut oleh cahaya mutiara malam.
Seekor hewan, tidak itu tidak bisa dikatakan hewan lagi. Disekujur tubuhnya penuh dengan mata dan gigi tajam yang bergerak liar seolah ditanam paksa oleh seorang penyihir gila. Tubuhnya membengkak seperti balon yang ditiup terlalu kencang hingga kulitnya robek dan darah serta nanah keluar terus menerus. Ada sebuah kalung anjing dengan tiga lonceng kecil tersangkut di salah satu daging yang tumbuh yang berbunyi setiap kali makhluk itu bergerak.
"Dabael?!" Hisa berseru dengan gembira, dia melirik penuh ketelitian pada gumpalan daging di depannya yang berjarak beberapa meter darinya. Cahaya dari mutiara memudahkannya untuk melihat lebih jelas warna dan wujud makhluk itu.
Apa dia gila!
Siapa yang bersemangat melihat makhluk menyeramkan seperti itu???
Aruba merasa pandangan dunianya telah berubah, apakah dia bertemu orang gila mesum???
Makhluk didepan mereka sepertinya sudah terlalu lapar melihat mangsanya, karena ruangan yang terbilang tidak terlalu besar, dengan sedikit getaran dari langkahnya makhluk aneh itu dengan kedipan mata segera berdiri didepan mereka.
Bau busuk yang kuat dan amis ketika dia mendekat membuat perut siapapun akan mual, anomali membuka mulutnya ingin melahap kedua orang tersebut dalam satu gigitan. Tapi, dia dinyatakan gagal sebab kedua orang tersebut segera menghindar kearah yang berlawanan.
Aruba berhenti pada jarak aman, dia berbalik dan melemparkan tombak miliknya dengan kuat pada anomali tersebut. Mata tombak miliknya adalah batu khusus yang digunakan untuk melawan para anomali namun bahkan menggunakan senjata khusus membuatnya benar-benar mati belum tentu bisa.
"ARRRHMM!!"
makhluk jelek itu marah ketika mata tombak mengenainya, dengan anggota tubuh lain yang lebih fleksibel dia menjentikkan sepasang tentakel daging penuh darah kearah Aruba, menjerat kakinya dan menyeretnya hingga bisa diremukkan.
pria kekar itu seketika terjatuh telungkup sangat keras seperti sepotong kayu lapuk. Matanya melebar ngeri, dia berusaha sebaik mungkin mengeluarkan apapun yang dapat menundanya dimakan.
"wah...menyedihkan sekali"
Suara pemuda tadi terdengar di Telinganya, ternyata dia belum mati!
sebelum dia mengeluarkan suara untuk memastikan desiran angin dengan suara dentingan besi dan dentuman keras melewatinya. gumpalan daging itu terlempar kedinding dengan keras. Ada sebuah parang bulan sabit besar yang menancap kuat disana memakunya kedinding tanpa bisa melepaskan diri.
Tapi, dia ikut terlempar kearah dinding mengingat kakinya masih diikat erat oleh anomali tersebut membuat punggungnya terasa patah. Erangan sakit terdengar dari bibirnya.
Aah, sepertinya dia melupakan orang lain selain dirinya dan makhluk menyeramkan itu disini.